Atasi Paparan Mikroplastik dengan Kurangi Jumlah Sampah Plastik

Rabu, 30 Maret 2022 - 04:07 WIB
loading...
Atasi Paparan Mikroplastik...
Indonesia memiliki masalah plastik yang luas dan berkembang karena infrastruktur pengelolaan limbah yang buruk / Foto: ist
A A A
JAKARTA - Para peneliti menemukan kandungan partikel plastik dalam darah manusia untuk kali pertama. Sebanyak 77 persen sampel darah yang diuji pada sebuah studi ilmiah diketahui mengandung polusi mikroplastik.

Menurut studi tinjauan sejawat yang dipublikasikan pada jurnal Environment International, polietilena tereftalat (PET) merupakan jenis plastik yang paling banyak ditemukan pada aliran darah manusia. Plastik PET paling sering digunakan untuk memproduksi botol minuman, kemasan makanan dan pakaian.

Dari penemuan itu menunjukkan bahwa partikel-partikel tersebut melakukan perjalanan ke seluruh tubuh. Bahkan partikel kecil itu mungkin bersarang di organ-organ tubuh. Studi ini dilakukan berdasarkan instruksi Common Seas dan dipimpin ilmuwan dari Vrije Universiteit, Amsterdam.

Baca juga: 3 Bintang Film Hollywood yang Belum Pernah Raih Piala Oscar

Studi ini mengamati darah dari 22 orang yang diuji untuk mengetahui kandungan lima jenis plastik-polimetil metakrilat (PMMA), polipropilena (PP), polistirena (PS), polietilena (PE), dan polietilena tereftalat (PET).

Diketahui bahwa 17 dari 22 donor yang diamati mengandung sejumlah besar partikel plastik dalam darahnya. Para pegiat yakin bahwa temuan baru ini menimbulkan kekhawatiran serius atas dampak plastik terhadap kesehatan.

Para peneliti telah membuktikan bahwa partikel plastik dapat diangkut ke organ lainnya melalui aliran darah dan dapat menyebabkan respons peradangan. Mereka menyebut partikel mikroplastik itu bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, air, serta udara yang dihirupnya.

Temuan tersebut tentu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Karena polusi plastik di Indonesia sangat tinggi dengan sampah plastik berada di sungai, di laut, di darat dan di daerah pertanian. Hal ini meningkatkan kemungkinan dikonsumsi hewan ternak dan ikan yang kemudian dimakan manusia.

Selain itu, di Indonesia, plastik sering bersentuhan dengan makanan misalnya, sayuran, buah-buahan, air, minuman ringan, daging, dan ikan. Sehingga, cara terbaik untuk mengurangi paparan mikroplastik itu adalah dengan mengurangi jumlah sampah plastik.

Namun Indonesia memiliki masalah plastik yang luas dan berkembang karena infrastruktur pengelolaan limbah yang buruk, kurangnya alternatif plastik yang layak, dan impor limbah. Indonesia adalah rumah bagi dua sungai paling tercemar di dunia dan lebih dari 80 persen kota di Indonesia akan kehabisan ruang TPA dalam tiga tahun ke depan.

"Sampah plastik mengambil alih negara kita. Melalui karya kami, kami melihat secara langsung kehancuran lingkungan, sosial, dan ekonomi yang disebabkan oleh aliran plastik ke sungai Brantas. Sungguh mengejutkan mengetahui hari ini bahwa plastik juga ada dalam darah kita, mengalir melalui tubuh kita," kata Chief Operating Officer Common Seas Indonesia, Celia Siura dalam keterangannya, baru-baru ini.

Dia menyebut, Common Seas sebagai LSM internasional yang memiliki misi untuk mengatasi polusi plastik, dengan dukungan dari pemerintah daerah dan 40 juta komunitas PC Muslimat NU yang kuat, akan bekerja sama untuk membantu menciptakan Sungai Brantas yang bersih, aman, dan sehat.

"Sungai Brantas merupakan salah satu sungai paling tercemar di dunia. Common Seas mencatat, terdapat 1,5 juta sampah popok sekali pakai yang dibuang di Sungai Brantas setiap harinya. Pada tahun 2023, Common Seas akan mencegah pembuangan 62,4 juta popok sekali pakai ke Sungai Brantas," bebernya.

"Mereka melatih penjahit lokal dan penyandang disabilitas untuk membuat dan menjual popok yang dapat dipakai kembali, menjangkau ribuan keluarga dengan cepat melalui jaringan yang ada, dan mengurangi jumlah sampah popok yang masuk ke sungai," sambung Celia Siura.

Baca juga: Warisan Dorce Gamalama, Saudara Kandung Minta Diatur Secara Hukum Islam

Common Seas, menurutnya, akan mempekerjakan lebih dari seratus ibu rumah tangga yang tinggal di sepanjang sungai. "Proyek ini akan menghasilkan sekitar Rp130 miliar keuntungan ekonomi ke daerah tersebut, dan keluarga juga dapat menghemat biaya dengan beralih ke popok yang dapat dipakai kembali," pugkasnya.
(nug)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1225 seconds (0.1#10.140)