Hadirkan Solusi Revolusioner, Solos Menyasar Freelancer dan Solopreneur

Rabu, 18 Mei 2022 - 22:00 WIB
loading...
Hadirkan Solusi Revolusioner,...
Solos, platform e-commerce yang membantu solopreneur dan freelancer menjual layanan mereka dengan cepat dan mudah secara online secara resmi diluncurkan. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Solos, platform e-commerce yang membantu solopreneur (solo-entrepreneur) dan freelancer menjual layanan mereka dengan cepat dan mudah secara online secara resmi diluncurkan. Dibangun oleh pemuda asal Medan yang pernah memenangkan penghargaan Telkomsel NextDev Summit untuk entrepreneurship dan solusi digital, Ricky Willianto, Solos memiliki visi untuk memberdayakan setiap orang untuk melakukan pekerjaan yang mereka sukai dengan cara yang berkelanjutan secara finansial.

Solos menghadirkan 3 solusi utama yaitu sebagai portfolio builder, online shop for service, dan payment solutions for service sellers. Solusi ini diciptakan untuk mewujudkan misi Solos membantu freelancer dan solopreneur menemukan klien baru dengan cepat.

“Solos diciptakan untuk membantu mereka mempersingkat waktu yang diperlukan untuk menyepakati transaksi, yang pada akhirnya menghasilkan lebih banyak pendapatan. Kami ingin meningkatkan pendapatan bagi para profesional Asia dari USD20 per hari menjadi USD20 per jam,” ujar Ricky Willianto selaku CEO dari Solos melalui siaran resminya, Rabu (18/5/2022).

Solos saat ini merupakan platform e-commerce layanan jasa yang paling komprehensif dan unggul di antara kompetitor sejenis di Indonesia. Solos menjawab tantangan yang selama ini dihadapi pelaku freelancing hadapi ketika menggunakan platform sejenis, seperti biaya administrasi atau bagi hasil yang mahal, komunikasi dengan klien yang dibatasi pada satu platform tertentu, dan skema pembayaran yang terbatas.

Solos dilengkapi dengan teknologi yang memudahkan para freelancer untuk membangun website dan toko online, dengan tampilan depan (storefront) yang menarik dan memungkinkan para freelancer untuk memamerkan karya dan jasa mereka secara online dan kredibel. Sehingga freelancers tidak perlu lagi membuat website terpisah atau mencantumkan Linktree atau tool sejenis yang berisikan tautan website, portfolio, nomor telepon, email, dan sosial media karena Solos menghadirkan seluruh fungsi tersebut dalam satu tempat.

Solos juga didukung dengan teknologi di belakang layar yang membantu pengaturan proyek freelance dengan lebih mudah dan teratur, mulai dari project management, chat, tagihan, hingga sistem pembayaran. Selain itu Solos memberi kebebasan dan keleluasaan bagi para freelancer untuk menentukan cara bekerja dengan klien, kebebasan komunikasi langsung dengan klien, serta bebas menentukan cara pembayaran dengan klien.


“Berbeda dengan platform pencarian layanan freelance lainnya yang membatasi cara komunikasi dan skema pembayaran antara klien dengan freelancer, Solos memberi kebebasan bagi freelancer dan solopreneur untuk menawarkan layanan jasa mereka secara langsung kepada klien dengan platform komunikasi dan skema pembayaran yang bisa mereka tentukan sendiri,” ungkap Ricky.

Badan Pusat Statistik mencatat 33,34 juta orang bekerja sebagai freelancer dan small business owners hingga Agustus 2020. Angka ini naik 4,32 juta orang atau 26 persen dari tahun sebelumnya. Menurut Ricky, pasokan tenaga kerja yang menginginkan pekerjaan jam 9-5 kini semakin berkurang, terutama untuk kategori pekerjaan yang banyak diminati seperti teknik, desain, UI/UX, penelitian, pembinaan (training), dan strategi.

Selain faktor fleksibilitas waktu dan tempat bekerja, ada kecenderungan sosial yang mendasari, terutama di kalangan generasi muda, untuk mendapatkan pekerjaan yang memiliki makna bagi hidup mereka. Hal ini dapat berupa melakukan pekerjaan yang berdampak positif bagi dunia, atau bahkan hanya pekerjaan yang selaras dengan nilai-nilai pribadi seseorang seperti kreativitas atau kebebasan.

Akibatnya, perusahaan berjuang untuk mengisi jumlah karyawan mereka, dan karena itu mereka mencari cara alternatif untuk bekerja dengan generasi muda. Perusahaan sukses seperti Google sudah memanfaatkan tenaga kerja kontrak dan freelancers dalam bisnis mereka. Faktanya, 54% tenaga kerja Google adalah outsource. Sementara SAP menemukan bahwa rata-rata 25% tenaga kerja dari organisasi terbesar terdiri dari pekerja lepas dan kontraktor.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1586 seconds (0.1#10.140)