5 Potret Nasida Ria, Grup Kasidah Semarang yang Sukses Manggung di Jerman
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nasida Ria , grup kasidah asal Semarang sekses manggung di Kassel, Jerman. Membawakan lagu Perdamaian, Nasida Ria tampil di ajang Documenta Fifteen pada Sabtu, 18 Juni 2022.
Penampilan Nasida Ria viral di media sosial. Kompak menggunakan gamis hitam dan kuning, aksi panggung grup ini pun berhasil membuat warga Jerman berjoget dan terhibur.
Foto/Instagram Nasida Ria
Nasida Ria melalui akun Instagram resminya juga membagikan potret aksi mereka di acara yang diadakan untuk menyuarakan perdamaian dan antinuklir tersebut. Begitu juga dengan foto bersama para warga Jerman yang terlihat antusias.
"Haii guyss!! finally nasidaria bisa perform di acara yang hanya ada selama 5 tahun sekali di jerman yaitu Documenta Fifteen!! dan hari inii mimin mau berbagi beberapa momen saat perfom hari inii!! enjoyy," tulis akun tersebut dikutip pada Selasa (21/6/2022).
Foto/Instagram Nasida Ria
Nasida Ria dibentuk di Semarang, Jawa Tengah pada 1975 oleh HM Zain, seorang guru qira'at. Zain mengumpulkan sembilan siswinya untuk menjadi band. Mereka adalah Mudrikah Zain, Mutoharoh, Rien Jamain, Umi Kholifah, Musyarofah, Nunung, Alfiyah, Kudriyah, dan Nur Ain.
Grup ini awalnya hanya menggunakan rebana sebagai alat musik. Wali Kota Semarang saat itu, Iman Soeparto Tjakrajoeda yang juga merupakan penggemar mereka, menyumbangkan suatu organ untuk membantu Nasida Ria, dan juga memperlancar pelajaran musik mereka.
Foto/Instagram Nasida Ria
Mereka kemudian hari mendapatkan gitar bas, biola, dan gitar. Album debut Nasida Ria, Alabaladil Makabul, dibuat 3 tahun kemudian dan dipasarkan oleh Ira Puspita Records. Lagu mereka berdasarkan dakwah dan menarik ilham dari musik Arab.
Tiga album mereka berikutnya menggunakan tema yang sama dan banyak berbahas Arab. Setelah saran dari kyai Ahmad Buchori Masruri bahwa lagu mereka akan lebih efektif jika semuanya berbahasa Indonesia, gaya Nasida Ria diubah. Masruri juga menulis lagu untuk mereka dengan nama samaran Abu Ali Haidar.
Foto/Instagram Nasida Ria
Foto/Instagram Nasida Ria
Gaya Nasida Ria yang baru ternyata popular, dengan beberapa lagu mereka seperti Pengantin Baru, Tahun 2000, Jilbab Putih, Anakku, dan Kota Santri, banyak diputar di radio, baik di pedesaan maupun kota. Mereka juga muncul di telivisi nasional dan melakukan tur di seluruh Indonesia.
Nasida Ria juga mengadakan konser di Malaysia untuk merayakan Tahun Baru Islam pada 1 Muharram. 6 tahun kemudian, mereka diundang ke Berlin, Jerman untuk bermain di Die Garten des Islam (Pameran Budaya Islam) oleh Haus der Kulturen der Welt. Pada bulan Juli 1996, mereka kembali ke Jerman untuk Festival Heimatklange, dengan acara di Berlin, Mulheim, dan Dusseldorf.
Penampilan Nasida Ria viral di media sosial. Kompak menggunakan gamis hitam dan kuning, aksi panggung grup ini pun berhasil membuat warga Jerman berjoget dan terhibur.
Foto/Instagram Nasida Ria
Nasida Ria melalui akun Instagram resminya juga membagikan potret aksi mereka di acara yang diadakan untuk menyuarakan perdamaian dan antinuklir tersebut. Begitu juga dengan foto bersama para warga Jerman yang terlihat antusias.
"Haii guyss!! finally nasidaria bisa perform di acara yang hanya ada selama 5 tahun sekali di jerman yaitu Documenta Fifteen!! dan hari inii mimin mau berbagi beberapa momen saat perfom hari inii!! enjoyy," tulis akun tersebut dikutip pada Selasa (21/6/2022).
Foto/Instagram Nasida Ria
Nasida Ria dibentuk di Semarang, Jawa Tengah pada 1975 oleh HM Zain, seorang guru qira'at. Zain mengumpulkan sembilan siswinya untuk menjadi band. Mereka adalah Mudrikah Zain, Mutoharoh, Rien Jamain, Umi Kholifah, Musyarofah, Nunung, Alfiyah, Kudriyah, dan Nur Ain.
Grup ini awalnya hanya menggunakan rebana sebagai alat musik. Wali Kota Semarang saat itu, Iman Soeparto Tjakrajoeda yang juga merupakan penggemar mereka, menyumbangkan suatu organ untuk membantu Nasida Ria, dan juga memperlancar pelajaran musik mereka.
Foto/Instagram Nasida Ria
Mereka kemudian hari mendapatkan gitar bas, biola, dan gitar. Album debut Nasida Ria, Alabaladil Makabul, dibuat 3 tahun kemudian dan dipasarkan oleh Ira Puspita Records. Lagu mereka berdasarkan dakwah dan menarik ilham dari musik Arab.
Tiga album mereka berikutnya menggunakan tema yang sama dan banyak berbahas Arab. Setelah saran dari kyai Ahmad Buchori Masruri bahwa lagu mereka akan lebih efektif jika semuanya berbahasa Indonesia, gaya Nasida Ria diubah. Masruri juga menulis lagu untuk mereka dengan nama samaran Abu Ali Haidar.
Foto/Instagram Nasida Ria
Foto/Instagram Nasida Ria
Gaya Nasida Ria yang baru ternyata popular, dengan beberapa lagu mereka seperti Pengantin Baru, Tahun 2000, Jilbab Putih, Anakku, dan Kota Santri, banyak diputar di radio, baik di pedesaan maupun kota. Mereka juga muncul di telivisi nasional dan melakukan tur di seluruh Indonesia.
Nasida Ria juga mengadakan konser di Malaysia untuk merayakan Tahun Baru Islam pada 1 Muharram. 6 tahun kemudian, mereka diundang ke Berlin, Jerman untuk bermain di Die Garten des Islam (Pameran Budaya Islam) oleh Haus der Kulturen der Welt. Pada bulan Juli 1996, mereka kembali ke Jerman untuk Festival Heimatklange, dengan acara di Berlin, Mulheim, dan Dusseldorf.
(dra)