Cacar Monyet Bisa Menyebabkan Komplikasi, Salah Satunya Infeksi Paru
loading...
A
A
A
JAKARTA - Cacar monyet disebut bisa menyebabkan komplikasi. Kondisi ini disebabkan karena infeksi virus zoonosis. Meski kondisi ini mungkin saja terjadi, namun komplikasi tergantung pada sistem kekebalan tubuh masing-masing.
"Untuk cacar monyet ini komplikasi masih bisa," kata Dokter RSPI Sulianti Saroso, dr. Ni Luh Putu Pitawati, SpKK baru-baru ini.
Adapun komplikasi yang disebabkan cacar monyet meliputi bekas luka pada tempat cacar, cacar mengeluarkan nanah atau kondisi memburuk, infeksi paru-paru bagi mereka yang sedang melakukan kemoterapi atau sistem kekebalan tubuh lemah, infeksi saluran napas dan terjadi jika infeksi pada seluruh tubuh.
"Pertama bentuknya kelainan kulit yang dalam menimbulkan lesi atau meninggalkan bekas atau cekung di kulit. Kemudian, lainnya mungkin terjadi bila personal hygiene (kebersihan) kita buruk, misalkan selama sakit tidak mandi, sebabkan infeksi bakteri masuk di luka, bisa menimbulkan plenting (cacar) bernanah," jelas Ni Luh.
Sementara untuk mereka yang sedang mengidap penyakit lain atau sedang kemoterapi juga bisa meningkatkan risiko komplikasi karena cacar monyet. Ini karena kondisi lemah sehingga bisa menyebabkan infeksi di paru-paru.
"Jika infeksi virus menyebar ke tubuh saat kondisi lemah bisa sebabkan infeksi pada saluran nafas," ujar Ni Luh.
Karena itu, Ni Luh menekankan pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan diri. "Cacar monyet memang self limitting atau bisa sembuh sendiri. Tapi jika tidak didasari dengan kondisi yang sehat bisa terjadi komplikasi," tandasnya.
Di sisi lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan cacar monyet belum menjadi darurat kesehatan global. WHO masih melakukan investigasi mendalam soalan cacar monyet ini. Sampai saat ini, kasus cacar monyet sudah mencapai 3.417 yang dilaporkan di 58 negara.
Kebanyakan adalah negara non endemik yang mana kasusnya didominasi oleh laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki.
"Saya sangat prihatin dengan wabah cacar monyet, ini jelas merupakan ancaman kesehatan yang berkembang yang diikuti oleh rekan-rekan saya dan saya di Sekretariat WHO," papar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Untuk cacar monyet ini komplikasi masih bisa," kata Dokter RSPI Sulianti Saroso, dr. Ni Luh Putu Pitawati, SpKK baru-baru ini.
Adapun komplikasi yang disebabkan cacar monyet meliputi bekas luka pada tempat cacar, cacar mengeluarkan nanah atau kondisi memburuk, infeksi paru-paru bagi mereka yang sedang melakukan kemoterapi atau sistem kekebalan tubuh lemah, infeksi saluran napas dan terjadi jika infeksi pada seluruh tubuh.
"Pertama bentuknya kelainan kulit yang dalam menimbulkan lesi atau meninggalkan bekas atau cekung di kulit. Kemudian, lainnya mungkin terjadi bila personal hygiene (kebersihan) kita buruk, misalkan selama sakit tidak mandi, sebabkan infeksi bakteri masuk di luka, bisa menimbulkan plenting (cacar) bernanah," jelas Ni Luh.
Sementara untuk mereka yang sedang mengidap penyakit lain atau sedang kemoterapi juga bisa meningkatkan risiko komplikasi karena cacar monyet. Ini karena kondisi lemah sehingga bisa menyebabkan infeksi di paru-paru.
"Jika infeksi virus menyebar ke tubuh saat kondisi lemah bisa sebabkan infeksi pada saluran nafas," ujar Ni Luh.
Karena itu, Ni Luh menekankan pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan diri. "Cacar monyet memang self limitting atau bisa sembuh sendiri. Tapi jika tidak didasari dengan kondisi yang sehat bisa terjadi komplikasi," tandasnya.
Di sisi lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan cacar monyet belum menjadi darurat kesehatan global. WHO masih melakukan investigasi mendalam soalan cacar monyet ini. Sampai saat ini, kasus cacar monyet sudah mencapai 3.417 yang dilaporkan di 58 negara.
Kebanyakan adalah negara non endemik yang mana kasusnya didominasi oleh laki-laki berhubungan seks dengan laki-laki.
"Saya sangat prihatin dengan wabah cacar monyet, ini jelas merupakan ancaman kesehatan yang berkembang yang diikuti oleh rekan-rekan saya dan saya di Sekretariat WHO," papar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
(dra)