Ungkap Dinamika Kehidupan Pesantren Lewat Film, Shalahudin Siregar: Ini Gambaran Umum

Senin, 01 Agustus 2022 - 18:20 WIB
loading...
Ungkap Dinamika Kehidupan...
Rumah produksi Negeri Films menghadirkan film Pesantren. Melalui film ini ingin bicara tentang pesantren dan perempuan dalam kaidah Islam. Foto/Thomas Manggalla/Sindonews
A A A
JAKARTA - Rumah produksi Negeri Films menghadirkan film Pesantren. Melalui film ini ingin bicara tentang pesantren dan perempuan dalam kaidah Islam.

“Kalau ditanyakan apa ini mewakili citra pesantren di Indonesia tidak hanya cerita satu pesantren yang bisa mewakili gambaran pesantren di Indonesia tapi gambaran umum tentang perempuan dalam Islam,” ujar Shalahudin Siregar selaku sutradara sekaligus produser film Pesantren di XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (1/8/2022) sore.

Film Pesantren merupakan usaha mencari tahu tentang hal itu, tentang bagaimana kehidupan para santri di pesantren melalui kisah dua santri dan guru muda di Pondok Kebon Jambu Al-Islamy, sebuah pesantren terbesar dengan 2000 santri di Cirebon, Jawa Barat.

Pondok pesantren ini adalah pesantren tradisional pada umumnya, tetapi istimewa karena dipimpin oleh perempuan.



Shalahuddin Siregar mengatakan dia tidak hanya ingin membuat film yang hanya menjelaskan apa itu pesantren, tetapi ingin melihat lebih dalam hal yang jarang dibahas di luar, maka film ini fokus pada bagaimana Islam dari sudut pandang perempuan.

Film Pesantren diproduksi oleh Negeri Films, sementara distribusinya di bioskop dilakukan oleh Lola Amaria Productions, model kerjasama yang jarang dilakukan di Indonesia, meskipun ini praktik yang lazim di luar.

Lola Amaria, selaku distributor film ini mengatakan bahwa isu yang dibawa film Pesantren sangat penting untuk Indonesia saat ini, karena itulah dia mau mendistribusikan film ini di jaringan bioskop komersil.

Tak hanya itu, Lola Amaria Production dengan Yayasan Bumi Karya Lestari juga membuat program Sinema Ramadan, yaitu program pemutaran film Pesantren di 10 pesantren di pulau Jawa selama bulan Ramadan tahun 2022.

Program ini dibuat sebelum rilis di bioskop, untuk melihat bagaimana pendapat para santri sebagai subjek di film ini.

Produksi film Pesantren yang dimulai tahun 2015 ini sempat berhenti di tengah jalan karena kesulitan pendanaan. Meskipun begitu, film ini akhirnya bisa selesai pada tahun 2019 dengan dukungan dari In-Docs, Steps International, Kedutaan Denmark di Jakarta, Talents Tokyo, serta dua stasiun TV internasional NHK dan Al Jazeera Documentary Channel.

Film ini diputar pertama kali di International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) pada tahun 2019. IDFA adalah festival dokumenter paling bergengsi dan terbesar di dunia.

Film Pesantren terpilih dari sekitar 3000 film, ada pada program di Luminous, sebuah program yang menurut IDFA adalah untuk film yang mampu menenggelamkan penontonnya dalam pengalaman sinematik, yang digerakkan oleh tokoh, cerita, maupun pembuat film.

"Kami hadir untuk memulihkan keindahan relasi, ekspresi dan rasa empati manusia dan membuat yang universal menjadi nyata lewat individu-individu dalam film-fim terpilih,” ungkapnya.

Menurut juru program Luminous Sarah Dawson, gaya observasional (sutradara) memberi kekuatan kepada anak-anak muda yang menjadi subyek film ini sehingga mereka mampu menceritakan kisah mereka sendiri.

“Kita bisa belajar banyak dari guru-guru maupun pelajar dalam film ini, apapun kepercayaan atau identitas kita. Buat saya sendiri, film ini membuat saya merasa lebih punya harapan tentang dunia.”tutupnya.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1415 seconds (0.1#10.140)