Pengaruhi Kualitas Hidup Perempuan, Basmi Stigma Negatif Menstruasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Stigma buruk soal menstruasi melekat kuat di masyarakat Indonesia. Itu yang menyebabkan sebagian orang tidak berani bicara lantang mengatakan menstruasi, melainkan menggantinya dengan kata 'datang bulan' atau 'dapet'.
Stigma 'kotor' yang banyak diamini warga Indonesia. Hal tersebut tentu berdampak pada kualitas hidup perempuan . Bahkan, dinilai mampu mengurangi kesetaraan gender bagi si perempuan.
Persoalan ini pun pernah di-capture UNICEF Indonesia dalam surveinya. Ya, dalam survei tersebut diketahui bahwa 78 persen remaja perempuan dan juga ibu mencuci pembalut mereka sebelum dibuang karena ketakutan akan stigma 'kotor' tersebut.
Baca juga: Begini Teknik Menyusui yang Tepat agar Puting Payudara Tidak Lecet
Selain itu, penelitian UNICEF Indonesia juga menemukan hanya sebagian perempuan mengganti pembalut mereka setelah 8 jam penggunaan.
Bahkan, hampir semua remaja perempuan yang terlibat dalam penelitian mengaku tidak mengganti pembalut mereka selama di sekolah dengan alasan merasa malu.
Bergerak dari adanya stigma dan persepsi tabu soal menstruasi itu, gerakan sosial atau kampanye #RevolusiMenstruasi yang diinisiasi Nona digaungkan ke masyarakat.
"Dampak dari stigma negatif dan tabu soal menstruasi ini menurut kami sudah memengaruhi kualitas hidup perempuan Indonesia," kata Co-Founder Nona, Nicole Jizhar dalam keterangan resminya, Sabtu (6/8/2022).
Bahkan, adanya stigma 'kotor' pada menstruasi itu diyakini Nicole dan tim Nona dapat mengarah kepada ketidaksetaraan gender di tengah masyarakat. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk ikut vokal membasmi stigma negatif ini dengan kampanye #RevolusiMenstruasi.
"Kini sudah waktunya kita semua untuk angkat bicara dan tidak berdiam diri atau merasa malu dengan menstruasi. Kami ingin mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk ikut aksi sosial ini," papar Nicole.
Stigma 'kotor' yang banyak diamini warga Indonesia. Hal tersebut tentu berdampak pada kualitas hidup perempuan . Bahkan, dinilai mampu mengurangi kesetaraan gender bagi si perempuan.
Persoalan ini pun pernah di-capture UNICEF Indonesia dalam surveinya. Ya, dalam survei tersebut diketahui bahwa 78 persen remaja perempuan dan juga ibu mencuci pembalut mereka sebelum dibuang karena ketakutan akan stigma 'kotor' tersebut.
Baca juga: Begini Teknik Menyusui yang Tepat agar Puting Payudara Tidak Lecet
Selain itu, penelitian UNICEF Indonesia juga menemukan hanya sebagian perempuan mengganti pembalut mereka setelah 8 jam penggunaan.
Bahkan, hampir semua remaja perempuan yang terlibat dalam penelitian mengaku tidak mengganti pembalut mereka selama di sekolah dengan alasan merasa malu.
Bergerak dari adanya stigma dan persepsi tabu soal menstruasi itu, gerakan sosial atau kampanye #RevolusiMenstruasi yang diinisiasi Nona digaungkan ke masyarakat.
"Dampak dari stigma negatif dan tabu soal menstruasi ini menurut kami sudah memengaruhi kualitas hidup perempuan Indonesia," kata Co-Founder Nona, Nicole Jizhar dalam keterangan resminya, Sabtu (6/8/2022).
Bahkan, adanya stigma 'kotor' pada menstruasi itu diyakini Nicole dan tim Nona dapat mengarah kepada ketidaksetaraan gender di tengah masyarakat. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk ikut vokal membasmi stigma negatif ini dengan kampanye #RevolusiMenstruasi.
"Kini sudah waktunya kita semua untuk angkat bicara dan tidak berdiam diri atau merasa malu dengan menstruasi. Kami ingin mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk ikut aksi sosial ini," papar Nicole.