Heboh Kisah 2 Jasad Bayi Disimpan di Kulkas, Apa Hubungannya dengan Denial of Pregnancy?

Sabtu, 20 Agustus 2022 - 08:58 WIB
loading...
Heboh Kisah 2 Jasad Bayi Disimpan di Kulkas, Apa Hubungannya dengan Denial of Pregnancy?
Jagat Twitter dihebohkan dengan kisah soal penemuan dua jasad bayi di dalam kulkas rumah seorang ekspatriat asal Prancis di Korea Selatan. / Foto: Twitter @apriseuldiyana
A A A
JAKARTA - Jagat Twitter dihebohkan dengan kisah soal penemuan dua jasad bayi di dalam kulkas rumah seorang ekspatriat asal Prancis di Korea Selatan bernama Jean Louis Courjult.

Sorotan yang cukup menarik perhatian adalah istilah 'denial of pregnancy'. Ya, istri dari ekspatriat tersebut, Veronique Fievre Courjult diketahui mengalami kondisi mental yang disebut dengan 'denial of pregnancy'. Itu kenapa dia tidak merasa hamil, dan tega menghabisi kedua bayinya sendiri.

"Mereka (kedua bayinya) bukanlah seorang anak, melainkan bagian dari diri saya yang telah saya bunuh," ungkap Veronique di persidangan dari penuturan pengunggah kisah di akun Twitter @apriseuldiyana.

Baca juga: Rizky Billar Pamerkan Momen Romantis pada Anniversary Pertama Pernikahan

Makna dari pernyataan Veronique adalah dia merasa bayi yang dilahirkannya itu hanyalah bagian dari tubuhnya yang hilang. "Layaknya tangan atau kaki yang hilang, bukan anaknya," terang penutur cerita.

Perlu Anda tahu juga bahwa Veronique pernah melakukan tindak kriminal sebelumnya bahwa dirinya dengan sadar membuang bayi yang baru dilahirkan ke perapian dan membakarnya hidup-hidup. Kejadian ini dia lakukan pada 1999 di Prancis.

Dari serangkaian kejadian tersebut, tim profesional yang menangani kasus ini menyebut Veronique memiliki kondisi mental yang dinamakan 'denial of pregnancy', yang mana itu bisa terjadi ketika seseorang tidak memiliki keinginan untuk hamil, dia mungkin tahu atau tidak tahu bahwa dirinya sedang hamil.

Laman kesehatanMedical Life Sciences menjelaskan apa penyebab seorang perempuan bisa mengalami 'denial of pregnancy'. Adalah akibat kegagalan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi kehamilan.

"Ini termasuk kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan kebutuhan dan tuntutan fisik, perubahan bentuk tubuh, mempersiapkan kelahiran dan perawatan bayi, dan mengembangkan katan awal dengan janin," sebut laporan kesehatan yang ditulis dr. Liji Thomas, MD, dikutip Sabtu (20/8/2022).

Semua itu, kata dr. Liji, dapat mengakibatkan ketakutan dan keraguan yang luar biasa tentang kemampuan diri sendiri untuk berhasil memiliki dan merawat bayi, dan dalam kebanyakan kasus yang parah, menyebabkan pasien menyangkal bahwa dirinya hamil.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2967 seconds (0.1#10.140)