Tampilkan Ludruk Perempuan-Perempuan Pilihan, Agus Noor: Gender Bukanlah Faktor Penilaian Kepemimpinan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Empat sosok perempuan berusia senja keluar dari tirai panggung yang mulai terbuka. Mereka berlenggak-lenggok mengikuti irama musik yang diaransemen oleh Bintang Indrianto dan Koor oleh Bianglala Voices.
Iringan musik makin begitu lengkap dengan lantunan biola dari seorang violinis cantik, Mia Ismi dan seorang penyanyi keroncong yang tampil bak sinden, yaitu Sruti Respati.
Penampilan mereka makin lengkap dengan suguhan tari para penari-penari perempuan muda berbakat yang dikoreografi oleh Maria Bernadeta Aprianti (Etty Kajol).
Pembukaan lakon ‘Perempuan-Perempuan Pilihan’ yang diadakan di panggung Teater Besar Taman Ismail Marzuki pada Sabtu malam, (17/9/2022), sukses membuat penonton yang sedang ‘ibadah budaya’ itu cukup terhibur.
Tak hanya menyuguhkan penampilan musik dan tarian, lakon tersebut juga menampilkan bakat akting dari sederet pelaku budaya Tanah Air dengan berbagai latar belakang.
Mulai dari Dira Sugandi, Rieke Dyah Pitaloka, Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Wisben, Joned, Sri Krishna Encik, Meryln Sopjan, SAHITA, Sruti Respati, dan Catur Benyek Kuncoro.
Mereka tampil dengan peran masing-masing sesuai skenario yang ditulis dan disutradarai langsung oleh Agus Noor. Meskipun beberapa pemain merupakan laki-laki, mereka tampil dengan dandanan perempuan untuk mendukung tema yang dibawakan, yakni ‘Perempuan-Perempuan Pilihan’.
Tema lakon yang diproduksi oleh Kayan Production dan menampilkan pendiri Indonesia Kita, Butet Kartaredjasa ini mengisahkan tentang kehidupan suatu negara yang makmur dan sejahtera berkat pemerintahan yang dipimpin oleh para para perempuan.
“Tema perempuan-perempuan pilihan itu adalah tema di mana kita ingin beradaptasi di era perempuan. Di inti persoalannya adalah bagaimana di era perempuan kita harus tetap menghargai pria. Jadi gimana pada zaman apapun sesungguhnya penghargaan terhadap minoritas itu sangat penting,” ujar Agus Noor, saat ditemui usai pementasan, di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu, (17/9/2022).
Sebagai sutradara dalam pementasan ini Agus Noor juga menyebut bahwa pemilihan pemain perempuan pada lakon ini adalah sosok-sosok yang cukup pantas untuk menyuarakan isu kaum minoritas seperti perempuan.
“Ketika kami menyiapkan pentas ini sebenarnya kami menghubungi banyak teman perempuan-perempuan yang sangat aktif menyuarakan suara perempuan. Semoga di pentas-pentas lain banyak lah yang tertarik ikut berpartisipasi menyuarakan isu-isu perempuan,” ungkapnya.
Selain itu, menurutnya, jalinan kisah dalam lakon ini menjadi sangat menarik dan kontekstual di tengah arus pemberitaan hangat yang beredar di media massa akan persiapan pencarian sosok pemimpin di masa depan, menjelang pesta politik 2024.
“Lewat lakon ini, kita justru ingin mengajak penonton untuk melihat bahwa gender bukanlah hal yang harus menjadi faktor dalam menilai kemampuan seseorang, apalagi dalam memimpin,” terangnya.
“Dan itu kami perlihatkan dalam bentuk seni tradisi yakni ludruk, yang sedari dulu tak pernah membatasi para seniman yang tampil dalam pengkotak-kotak gender. Justru konsep pemanggungan ludruk ini akan menantang seni peran para seniman,” lanjutnya.
Lihat Juga: Teladani Pejuang Wanita, Sosok Ini Ingin Perempuan Indonesia Bisa Mandiri dan Berprestasi
Iringan musik makin begitu lengkap dengan lantunan biola dari seorang violinis cantik, Mia Ismi dan seorang penyanyi keroncong yang tampil bak sinden, yaitu Sruti Respati.
Penampilan mereka makin lengkap dengan suguhan tari para penari-penari perempuan muda berbakat yang dikoreografi oleh Maria Bernadeta Aprianti (Etty Kajol).
Pembukaan lakon ‘Perempuan-Perempuan Pilihan’ yang diadakan di panggung Teater Besar Taman Ismail Marzuki pada Sabtu malam, (17/9/2022), sukses membuat penonton yang sedang ‘ibadah budaya’ itu cukup terhibur.
Tak hanya menyuguhkan penampilan musik dan tarian, lakon tersebut juga menampilkan bakat akting dari sederet pelaku budaya Tanah Air dengan berbagai latar belakang.
Mulai dari Dira Sugandi, Rieke Dyah Pitaloka, Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Wisben, Joned, Sri Krishna Encik, Meryln Sopjan, SAHITA, Sruti Respati, dan Catur Benyek Kuncoro.
Mereka tampil dengan peran masing-masing sesuai skenario yang ditulis dan disutradarai langsung oleh Agus Noor. Meskipun beberapa pemain merupakan laki-laki, mereka tampil dengan dandanan perempuan untuk mendukung tema yang dibawakan, yakni ‘Perempuan-Perempuan Pilihan’.
Tema lakon yang diproduksi oleh Kayan Production dan menampilkan pendiri Indonesia Kita, Butet Kartaredjasa ini mengisahkan tentang kehidupan suatu negara yang makmur dan sejahtera berkat pemerintahan yang dipimpin oleh para para perempuan.
“Tema perempuan-perempuan pilihan itu adalah tema di mana kita ingin beradaptasi di era perempuan. Di inti persoalannya adalah bagaimana di era perempuan kita harus tetap menghargai pria. Jadi gimana pada zaman apapun sesungguhnya penghargaan terhadap minoritas itu sangat penting,” ujar Agus Noor, saat ditemui usai pementasan, di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu, (17/9/2022).
Sebagai sutradara dalam pementasan ini Agus Noor juga menyebut bahwa pemilihan pemain perempuan pada lakon ini adalah sosok-sosok yang cukup pantas untuk menyuarakan isu kaum minoritas seperti perempuan.
“Ketika kami menyiapkan pentas ini sebenarnya kami menghubungi banyak teman perempuan-perempuan yang sangat aktif menyuarakan suara perempuan. Semoga di pentas-pentas lain banyak lah yang tertarik ikut berpartisipasi menyuarakan isu-isu perempuan,” ungkapnya.
Selain itu, menurutnya, jalinan kisah dalam lakon ini menjadi sangat menarik dan kontekstual di tengah arus pemberitaan hangat yang beredar di media massa akan persiapan pencarian sosok pemimpin di masa depan, menjelang pesta politik 2024.
“Lewat lakon ini, kita justru ingin mengajak penonton untuk melihat bahwa gender bukanlah hal yang harus menjadi faktor dalam menilai kemampuan seseorang, apalagi dalam memimpin,” terangnya.
“Dan itu kami perlihatkan dalam bentuk seni tradisi yakni ludruk, yang sedari dulu tak pernah membatasi para seniman yang tampil dalam pengkotak-kotak gender. Justru konsep pemanggungan ludruk ini akan menantang seni peran para seniman,” lanjutnya.
Lihat Juga: Teladani Pejuang Wanita, Sosok Ini Ingin Perempuan Indonesia Bisa Mandiri dan Berprestasi
(hri)