Girls In Tech Upaya Dukung Kaum Hawa Lebih Dapat Berpartisipasi dalam Teknologi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Raden Ajeng Kartini dikenal sebagai sosok pahlawan yang memperjuangkan kesetaraan gender agar perempuan memiliki hak yang sama untuk belajar dan berkembang, terutama pendidikan. Terinspirasi dari pahlawan wanita itu, Girls In Tech Indonesia pun didirikan guna menciptakan lebih banyak peluang bagi perempuan untuk lebih dapat berpartisipasi dalam teknologi .
Baca juga: Bikin Pangling! Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo Jadi Model Catwalk Bak Model Profesional
Dimulai Desember tahun lalu, program beasiswa Girls In Tech berakhir April lalu. Sebagai hasil akhir, program yang diinisiasi GIT Indonesia, Education New Zealand, dan Hacktiv8 mengumumkan tiga outstanding recipients atau penerima beasiswa dengan hasil yang memuaskan, yakni Nurulita Aida Rahmasari, Riza Tri Wulaningrum, dan Linda Oktavianty, dari total 18 perempuan penerima beasiswa.
Tiga perempuan tersebut dan penerima beasiswa lainnya kemudian membagikan pengalaman belajar mereka di Tech Talks Vol. 1,2 dan 3, rangkaian presentasi ditampilkan dengan gaya Pecha Kucha, dan disiarkan langsung pada 24, 25 April, dan 1 Mei 2021 melalui zoom.
Tech Talks merupakan mini-workshop pasca program dalam bentuk webinar di mana para peserta beasiswa berbagi perjalanannya dalam menyelesaikan program beasiswa. Tujuan mini-workshop adalah untuk menciptakan kesadaran dan lebih menginspirasi perempuan lainnya untuk bergabung dengan program Girls in Tech lainnya yang akan datang.
Selama mengikuti program, para penerima beasiswa belajar program Pengembangan Profesional dari Hacktiv8 sesuai dengan minat masing-masing. Nurulita, Riza, Linda, dan perempuan lainnya belajar tiga program berbeda, yaitu Introduction to Python, Front-end development, dan Introduction to Programming.
Para peserta tidak mengalami kendala berarti selama program berlangsung. Riza, penerima beasiswa dari Magelang, mengatakan bahwa bagi dirinya, yang tidak memiliki latar belakang coding, instruktur menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas dan ringkas. "Memiliki mentor membuat segalanya menjadi mudah. Saya menemukan bidang itu sangat menarik," ucapnya seperti dalam siaran pers Girls In Tech, Kamis (6/5).
Sedangkan Nurulita, yang merupakan seorang ahli gizi, bercerita dengan penuh semangat tentang pengalamannya mengikuti program ini. "Saat yang paling menyenangkan adalah ketika saya menyelesaikan tugas akhir menggunakan data tentang nutrisi di Indonesia. Dari seseorang yang tidak tahu apa-apa tentang pemrograman, saya bisa menyelesaikan kursus delapan minggu, menyelesaikan analisis sederhana menggunakan Python," kata dia.
"Saya berharap dapat menggunakan keterampilan baru ini untuk mengumpulkan data yang berguna untuk membuat keputusan strategis bagi pemerintah, khususnya untuk meningkatkan kondisi masyarakat Indonesia terkait gizi dan kesehatan," lanjutnya.
Sementara itu, Linda, salah satu peserta dari Depok, memaparkan hal-hal menarik lainnya pasca program. Dia belajar tentang HTML, CSS, Bootstrap, Javascript, Jquery, dan Github, sebagai bagian dari kursusnya, Front-end Web development. Bagi seorang pemula dalam pemrograman, pengalaman ini telah memberinya kepercayaan diri yang besar untuk beralih karier dari asisten pribadi hingga menjadi web developer di masa yang akan datang.
Baca juga: Ikatan Cinta Terus Menggelora, RCTI Dominasi Audience Share di Jam Prime Time Televisi
Managing Director Girls In Tech Indonesia, Aulia Halimatussadiah mengungkapkan bahwa pengembangan diri tidak pernah terjadi pada zona nyamana. "Ketika kita percaya pada kemampuan kita, maka tidak ada yang mustahil. Kita hanya membutuhkan keberanian untuk melakukan lompatan keyakinan dalam melakukan sesuatu yang berbeda," tukasnya.
Baca juga: Bikin Pangling! Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo Jadi Model Catwalk Bak Model Profesional
Dimulai Desember tahun lalu, program beasiswa Girls In Tech berakhir April lalu. Sebagai hasil akhir, program yang diinisiasi GIT Indonesia, Education New Zealand, dan Hacktiv8 mengumumkan tiga outstanding recipients atau penerima beasiswa dengan hasil yang memuaskan, yakni Nurulita Aida Rahmasari, Riza Tri Wulaningrum, dan Linda Oktavianty, dari total 18 perempuan penerima beasiswa.
Tiga perempuan tersebut dan penerima beasiswa lainnya kemudian membagikan pengalaman belajar mereka di Tech Talks Vol. 1,2 dan 3, rangkaian presentasi ditampilkan dengan gaya Pecha Kucha, dan disiarkan langsung pada 24, 25 April, dan 1 Mei 2021 melalui zoom.
Tech Talks merupakan mini-workshop pasca program dalam bentuk webinar di mana para peserta beasiswa berbagi perjalanannya dalam menyelesaikan program beasiswa. Tujuan mini-workshop adalah untuk menciptakan kesadaran dan lebih menginspirasi perempuan lainnya untuk bergabung dengan program Girls in Tech lainnya yang akan datang.
Selama mengikuti program, para penerima beasiswa belajar program Pengembangan Profesional dari Hacktiv8 sesuai dengan minat masing-masing. Nurulita, Riza, Linda, dan perempuan lainnya belajar tiga program berbeda, yaitu Introduction to Python, Front-end development, dan Introduction to Programming.
Para peserta tidak mengalami kendala berarti selama program berlangsung. Riza, penerima beasiswa dari Magelang, mengatakan bahwa bagi dirinya, yang tidak memiliki latar belakang coding, instruktur menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas dan ringkas. "Memiliki mentor membuat segalanya menjadi mudah. Saya menemukan bidang itu sangat menarik," ucapnya seperti dalam siaran pers Girls In Tech, Kamis (6/5).
Sedangkan Nurulita, yang merupakan seorang ahli gizi, bercerita dengan penuh semangat tentang pengalamannya mengikuti program ini. "Saat yang paling menyenangkan adalah ketika saya menyelesaikan tugas akhir menggunakan data tentang nutrisi di Indonesia. Dari seseorang yang tidak tahu apa-apa tentang pemrograman, saya bisa menyelesaikan kursus delapan minggu, menyelesaikan analisis sederhana menggunakan Python," kata dia.
"Saya berharap dapat menggunakan keterampilan baru ini untuk mengumpulkan data yang berguna untuk membuat keputusan strategis bagi pemerintah, khususnya untuk meningkatkan kondisi masyarakat Indonesia terkait gizi dan kesehatan," lanjutnya.
Sementara itu, Linda, salah satu peserta dari Depok, memaparkan hal-hal menarik lainnya pasca program. Dia belajar tentang HTML, CSS, Bootstrap, Javascript, Jquery, dan Github, sebagai bagian dari kursusnya, Front-end Web development. Bagi seorang pemula dalam pemrograman, pengalaman ini telah memberinya kepercayaan diri yang besar untuk beralih karier dari asisten pribadi hingga menjadi web developer di masa yang akan datang.
Baca juga: Ikatan Cinta Terus Menggelora, RCTI Dominasi Audience Share di Jam Prime Time Televisi
Managing Director Girls In Tech Indonesia, Aulia Halimatussadiah mengungkapkan bahwa pengembangan diri tidak pernah terjadi pada zona nyamana. "Ketika kita percaya pada kemampuan kita, maka tidak ada yang mustahil. Kita hanya membutuhkan keberanian untuk melakukan lompatan keyakinan dalam melakukan sesuatu yang berbeda," tukasnya.
(nug)