Waspadai Cuaca Ekstrem! Dampaknya Buruk buat Pasien Gagal Jantung
loading...
A
A
A
JAKARTA - Cuaca ekstrem ternyata bisa memberikan dampak yang buruk bagi pasien gagal jantung.
Pasien gagal jantung kronik kebanyakan memiliki kondisi jantung yang tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara efisien. Kondisi tersebut memungkinkan limbah dalam tubuh menumpuk yang mengakibatkan gejala seperti gangguan di paru-paru, penumpukan cairan, edema, retensi cairan, kelelahan, pusing, dan detak jantung tidak teratur atau terlalu cepat.
Untuk meminimalisir dampak tersebut, dokter biasanya meresepkan obat diuretik atau yang lebih dikenal dengan 'pil air' yang berfungsi meningkatkan produksi urin, sehingga dapat mengurangi sesak napas dan pembengkakan. Obat ini meningkatkan jumlah air dan garam yang dikeluarkan melalui urin.
Nah, para peneliti di University of Montpellier, Prancis, berhipotesis bahwa akan ada perubahan berat badan di antara pasien gagal jantung selama cuaca ekstrem berlangsung, seperti saat ini, dan perubahan tersebut dapat dinilai menggunakan telemonitoring.
Studi yang dilakukan peneliti secara jelas memperlihatkan adanya keterkaitan antara cuaca ekstrem dengan perburukan kondisi pasien gagal jantung. Hasil didapat dari mengumpulkan dan menganalisis data dari orang yang sakit jantung menggunakan sistem yang dikelola oleh CDM e-Health atau sistem manajemen penyakit kronis elektronik.
Data dikumpulkan dari Juni hingga September 2019, saat Eropa sedang dilanda panas ekstrem. Indikator yang dilihat antara lain berat badan pasien, suhu lingkungan pada hari yang sama, dan suhu dua hari sebelum pengukuran berat badan.
"Suhu ekstrem dapat berdampak buruk bagi pasien gagal jantung," kata François Roubille, Ph.D., presiden terpilih Heart Failure dari French Society of Cardiology (FSC) yang juga memimpin penelitian ini, dikutip dari Medical News Today, Rabu (28/9/2022).
"Ketika orang sehat minum lebih banyak cairan selama cuaca ekstrem, tubuh mengatur output urin mereka. Tapi, itu tidak berlaku untuk pasien gagal jantung, karena mereka harus meminum diuretik," tambahnya.
Pasien gagal jantung kronik kebanyakan memiliki kondisi jantung yang tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara efisien. Kondisi tersebut memungkinkan limbah dalam tubuh menumpuk yang mengakibatkan gejala seperti gangguan di paru-paru, penumpukan cairan, edema, retensi cairan, kelelahan, pusing, dan detak jantung tidak teratur atau terlalu cepat.
Untuk meminimalisir dampak tersebut, dokter biasanya meresepkan obat diuretik atau yang lebih dikenal dengan 'pil air' yang berfungsi meningkatkan produksi urin, sehingga dapat mengurangi sesak napas dan pembengkakan. Obat ini meningkatkan jumlah air dan garam yang dikeluarkan melalui urin.
Nah, para peneliti di University of Montpellier, Prancis, berhipotesis bahwa akan ada perubahan berat badan di antara pasien gagal jantung selama cuaca ekstrem berlangsung, seperti saat ini, dan perubahan tersebut dapat dinilai menggunakan telemonitoring.
Studi yang dilakukan peneliti secara jelas memperlihatkan adanya keterkaitan antara cuaca ekstrem dengan perburukan kondisi pasien gagal jantung. Hasil didapat dari mengumpulkan dan menganalisis data dari orang yang sakit jantung menggunakan sistem yang dikelola oleh CDM e-Health atau sistem manajemen penyakit kronis elektronik.
Data dikumpulkan dari Juni hingga September 2019, saat Eropa sedang dilanda panas ekstrem. Indikator yang dilihat antara lain berat badan pasien, suhu lingkungan pada hari yang sama, dan suhu dua hari sebelum pengukuran berat badan.
"Suhu ekstrem dapat berdampak buruk bagi pasien gagal jantung," kata François Roubille, Ph.D., presiden terpilih Heart Failure dari French Society of Cardiology (FSC) yang juga memimpin penelitian ini, dikutip dari Medical News Today, Rabu (28/9/2022).
"Ketika orang sehat minum lebih banyak cairan selama cuaca ekstrem, tubuh mengatur output urin mereka. Tapi, itu tidak berlaku untuk pasien gagal jantung, karena mereka harus meminum diuretik," tambahnya.