Mengenal Sejarah Hari Kesehatan Mental Dunia

JAKARTA - Hari kesehatan mental dunia yang selalu diperingati setiap tanggal 10 Oktober bertujuan untuk meningatkan kesadaran betapa pentingnya kesehatan mental dan menyebarkan edukasi tentang permasalahan kesehatan mental.

Mengingat dengan perkembangan zaman, permasalahan kesehatan mental telah menjadi isu serta fokus utama yang perlu kita selesaikan bersama karena orang-orang dari berbagai kelompok umur dan pekerjaan telah menanggung beban baru. Kesehatan dan pekerja, pelajar, orang yang tinggal sendiri, dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya sangat terpengaruh atas kesehatan mental.

Berdasarkan data dari WHO dalam beberapa tahun terakhir, kondisi kesehatan mental di dunia mengalami peningkatan yang cukup signifikan, peningkatan terjadi sekitar 13% dalam kondisi kesehatan mental dan gangguan penggunaan narkoba dalam dekade terakhir (hingga 2017).

"Kondisi kesehatan mental sekarang menyebabkan 1 dari 5 tahun hidup dengan disabilitas. Sekitar 20% anak-anak dan remaja di dunia memiliki kondisi kesehatan mental, dengan bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua di antara usia 15-29 tahun. Sekitar satu dari lima orang di lingkungan pasca-konflik memiliki kondisi kesehatan mental," ungkap WHO di laman resminya.



Namun, tahukah kalian bahwa Hari Kesehatan Mental Sedunia 2022, yang ditetapkan oleh Federasi Kesehatan Mental Dunia (WFMH) pada tahun 1992 itu merupakan bagian dari kegiatan tahunan Federasi Kesehatan Jiwa Sedunia. Saat itu, peringatan hari kesehatan mental diprakarsai oleh Wakil Sekretaris Jenderal Richard Hunter.

Selain itu, disaat kesempatan pertama hari kesehatan mental itu diperingati tidak memiliki tema khusus selain menciptakan kesadaran di kalangan massa. Kemudian, di tahun 1994 pada hari peringatan kesehatan mental mulai mengangkat tema “improving the Quality of Mental Health Services throughout the World".

Di tahun – tahun berikutnya hari kesehatan mental menjadi langkah maju untuk bisa mengkritisi efek penyakit jangka panjang pada pasien dengan penyakit kronis utama dan keluarga mereka, serta pentingnya bagi para pendukung kesehatan mental.

(MG/Nabillah Amanda Rahmawaty)