Ilmuwan Indonesia Temukan Cara Cegah Amblyopia pada Anak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Peneliti gabungan dari University of California Irvine dan Louisiana University mengidentifikasi faktor yang menyebabkan terjadinya kelemahan penglihatan (amblyopia) dini pada anak. Yaitu neuron atau sel saraf yang tidak berfungsi secara tepat.
Neuron sendiri adalah unit dasar otak dan sistem saraf yang bertanggung jawab untuk menerima input sensorik dari dunia luar. Kelainan pada neuron ini yang diidentifikasi sebagai penyebab amblyopia anak yang dapat mengakibatkan cacat permanen pada mata.
Dr. Taruna Ikrar, Ph.D, ilmuwan asal Indonesia yang bekerja sebagai profesor yang juga Kepala Pusat Penelitian Otak di Pacific Health Sciences University California sekaligus Anggota American College of Clinical Pharmacology menjadi bagian dalam penelitian tersebut. (
)
Menurut Dr. Taruna, temuannya yang dimuat dalam Jurnal Internasional Current Biology dengan judul "Layer 4 Gates Plasticity in Visual Cortex Independent of a Canonical Microcircuit" itu memberi harapan bagi kita untuk mencegah terjadinya amblyopia pada anak.
"Sebagai mana diketahui, anak-anak yang menderita amblyopia dan gangguan penglihatan karena kerusakan saraf penglihatan, dalam perkembangannya dapat mengakibatkan cacat permanen pada penglihatan. Sekalipun telah dilakukan operasi atau memperbaiki aksis amblyopia-nya," kata Dr. Taruna melalui keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.
Kerusakan ini sering diakibatkan oleh perkembangan sistem saraf otak yang tidak benar atau dengan kata lain terjadi satu kesalahan dalam perkembangan sistem saraf pada fase pertumbuhan anak tersebut.
Pada penelitian ini ditemukan pula fenomena yang ditunjukkan oleh jenis atau tipe tertentu inhibitory neuron (neuron penghambat) yang mengontrol fase waktu. Yaitu bahwa periode kritis dari pertumbuhan dan perkembangan fase awal penglihatan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Para peneliti menemukan, fungsi yang tidak tepat dari neuron selama periode kritis perkembangan sistem saraflah yang bertanggung jawab terhadap kecacatan penglihatan ini. ( )
“Jenis neuron yang spesifik tersebut meregulasi fase atau periode kritis selama perkembangan anak yang selama ini masih menjadi misteri,” imbuh Dr. Taruna.
“Terobosan kami mengurai jalan baru untuk perawatan yang dapat mengembalikan penglihatan normal pada anak-anak yang memiliki gangguan penglihatan awal,” pungkasnya.
Neuron sendiri adalah unit dasar otak dan sistem saraf yang bertanggung jawab untuk menerima input sensorik dari dunia luar. Kelainan pada neuron ini yang diidentifikasi sebagai penyebab amblyopia anak yang dapat mengakibatkan cacat permanen pada mata.
Dr. Taruna Ikrar, Ph.D, ilmuwan asal Indonesia yang bekerja sebagai profesor yang juga Kepala Pusat Penelitian Otak di Pacific Health Sciences University California sekaligus Anggota American College of Clinical Pharmacology menjadi bagian dalam penelitian tersebut. (
Baca Juga
Menurut Dr. Taruna, temuannya yang dimuat dalam Jurnal Internasional Current Biology dengan judul "Layer 4 Gates Plasticity in Visual Cortex Independent of a Canonical Microcircuit" itu memberi harapan bagi kita untuk mencegah terjadinya amblyopia pada anak.
"Sebagai mana diketahui, anak-anak yang menderita amblyopia dan gangguan penglihatan karena kerusakan saraf penglihatan, dalam perkembangannya dapat mengakibatkan cacat permanen pada penglihatan. Sekalipun telah dilakukan operasi atau memperbaiki aksis amblyopia-nya," kata Dr. Taruna melalui keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.
Kerusakan ini sering diakibatkan oleh perkembangan sistem saraf otak yang tidak benar atau dengan kata lain terjadi satu kesalahan dalam perkembangan sistem saraf pada fase pertumbuhan anak tersebut.
Pada penelitian ini ditemukan pula fenomena yang ditunjukkan oleh jenis atau tipe tertentu inhibitory neuron (neuron penghambat) yang mengontrol fase waktu. Yaitu bahwa periode kritis dari pertumbuhan dan perkembangan fase awal penglihatan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Para peneliti menemukan, fungsi yang tidak tepat dari neuron selama periode kritis perkembangan sistem saraflah yang bertanggung jawab terhadap kecacatan penglihatan ini. ( )
“Jenis neuron yang spesifik tersebut meregulasi fase atau periode kritis selama perkembangan anak yang selama ini masih menjadi misteri,” imbuh Dr. Taruna.
“Terobosan kami mengurai jalan baru untuk perawatan yang dapat mengembalikan penglihatan normal pada anak-anak yang memiliki gangguan penglihatan awal,” pungkasnya.
(tsa)