Kaum Wanita dan Anak Jadi Populasi Kunci dalam Upaya Akhiri AIDS

Senin, 28 November 2022 - 13:06 WIB
loading...
Kaum Wanita dan Anak Jadi Populasi Kunci dalam Upaya Akhiri AIDS
Di Indonesia, terdapat sekitar 543.100 orang hidup dengan HIV dengan estimasi 27 ribu kasus infeksi baru pada 2021. / Foto: ilustrasi/Freepik
A A A
JAKARTA - Angka orang dengan HIV tiap tahunnya terus meningkat. Data epidemiologi UNAIDS menyebutkan bahwa hingga 2021 jumlah orang dengan HIV mencapai 38,4 juta jiwa. Kelompok perempuan dan anak menunjukkan angka yang memprihatinkan.

Di Indonesia, terdapat sekitar 543.100 orang hidup dengan HIV dengan estimasi 27 ribu kasus infeksi baru pada 2021. Sekitar 40 persen kasus infeksi baru terjadi pada perempuan, sedangkan lebih dari 51 persennya terjadi pada kelompok remaja (15-24 tahun), dan 12 persen infeksi baru pada anak.

Sayangnya, dari angka tersebut hanya 28% yang menerima pengobatan ARV. Indonesia menduduki posisi 3 terbawah di Asia Pasifik untuk cakupan pengobatan ARV bersama dengan Pakistan dan Afghanistan.

Baca juga: 10 Cara Mengontrol Tekanan Darah Tinggi Tanpa Obat

Hampir setengah dari kasus infeksi HIV baru pada anak dipastikan berasal dari ibu yang tidak menerima terapi ARV. "Data juga menunjukkan bahwa ada banyak ibu menghentikan terapi, selama masa hamil dan menyusui," ungkap UNAIDS Indonesia Country Director, Krittayawan Boonto dalam World AIDS Day 2022 Press Briefing 'Let's Equalize, No Woman and Child Left Behind' di Jakarta, belum lam aini.

Selain itu, adanya hambatan hukum yang mempersulit para ibu melakukan tes HIV dan memulai terapi ARV sebelum hamil menyebabkan semakin meningkatnya kasus penularan.

Padahal perempuan dan anak dengan HIV merupakan populasi kunci yang seharusnya menjadi prioritas untuk mengakhiri epidemi AIDS . Sayangnya, mereka masih menghadapi berbagai tantangan untuk melakukan pengobatan.

Pada ibu hamil dan menyusui alasan untuk menghentikan terapi, karena adanya keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan, biaya, stigma dan diskriminasi dari lingkungan sekitar dan efek samping obat.

Bagi anak dan remaja juga bukan hal yang mudah untuk mengakses layanan kesehatan. Adanya keterbatasan obat khusus anak dan hambatan hukum seperti kebijakan persyaratan usia juga menjadi alasan sulitnya mendapatkan pengobatan.

Belum lagi pengetahuan mengenai isu HIV serta kesehatan seksual dan reproduksi, stigma masyarakat dan kurangnya dukungan keluarga semakin menyulitkan mereka untuk bisa mengakses antiretroviral therapy.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.6841 seconds (0.1#10.140)