Bukan Mobilitas Penduduk, Ini Penyebab Utama Lonjakan Kasus Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pergerakan atau mobilitas penduduk ternyata bukan menjadi penyebab terjadinya lonjakan Covid-19 di Indonesia . Namun, penyebab utama hal tersebut adalah varian baru.
Demikian sebagaimana diungkapkan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers virtual, Kamis (5/1/2023).
"Dulu kami mengira itu terjadi karena adanya pergerakan atau mobilitas, tapi ternyata disebabkan terutama karena adanya varian baru," kata Menkes Budi Gunadi.
Baca juga: PPKM Dicabut, Menkes Budi Tegaskan Tes PCR dan Antigen Tak Lagi Wajib
Dengan demikian, apabila mobilitas penduduk Indonesia tinggi, namun tidak ada varian baru dan imunitas penduduk sudah tinggi, maka risiko terjadi lonjakan kasus tidak ada.
Jumlah laboratorium di Indonesia yang bisa melakukan identifikasi varian virus pun terus diperbanyak. Dengan begitu, setiap kali ada varian baru, bisa segera diketahui jenis dan cara penyebarannya.
"Varian baru Covid-19 perlu diidentifikasi secara rutin, termasuk pola penyebarannya seperti apa juga harus diketahui. Itu kenapa sekuensing genomik perlu dilakukan rutin," ujar Menkes Budi Gunadi.
Menkes memaparkan bahwa di Desember 2020, Indonesia mencatat laboratorium sekuensing genomik itu baru ada 16 titik dengan 24 alat. Kapasitas lab kala itu 800 sampel per minggu.
Luar biasanya, pada Desember 2022, terjadi peningkatan yang signifikan dalam upaya pelacakan varian virus ini. Tercatat, pada Desember 2022, Indonesia sudah punya 41 lab dengan 56 alat. Kapasitas per minggu mencapai 2.700 sampel.
Baca juga: Epidemiolog Sebut Pengetatan Pintu Masuk Negara Diperlukan: Tapi Jangan Hanya untuk Turis China!
"Ini sangat membantu sekali dalam strategi penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia, karena kita bisa mengetahui musuhnya siapa dan penyebarannya seperti apa," ujarnya.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
Demikian sebagaimana diungkapkan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers virtual, Kamis (5/1/2023).
"Dulu kami mengira itu terjadi karena adanya pergerakan atau mobilitas, tapi ternyata disebabkan terutama karena adanya varian baru," kata Menkes Budi Gunadi.
Baca juga: PPKM Dicabut, Menkes Budi Tegaskan Tes PCR dan Antigen Tak Lagi Wajib
Dengan demikian, apabila mobilitas penduduk Indonesia tinggi, namun tidak ada varian baru dan imunitas penduduk sudah tinggi, maka risiko terjadi lonjakan kasus tidak ada.
Jumlah laboratorium di Indonesia yang bisa melakukan identifikasi varian virus pun terus diperbanyak. Dengan begitu, setiap kali ada varian baru, bisa segera diketahui jenis dan cara penyebarannya.
"Varian baru Covid-19 perlu diidentifikasi secara rutin, termasuk pola penyebarannya seperti apa juga harus diketahui. Itu kenapa sekuensing genomik perlu dilakukan rutin," ujar Menkes Budi Gunadi.
Menkes memaparkan bahwa di Desember 2020, Indonesia mencatat laboratorium sekuensing genomik itu baru ada 16 titik dengan 24 alat. Kapasitas lab kala itu 800 sampel per minggu.
Luar biasanya, pada Desember 2022, terjadi peningkatan yang signifikan dalam upaya pelacakan varian virus ini. Tercatat, pada Desember 2022, Indonesia sudah punya 41 lab dengan 56 alat. Kapasitas per minggu mencapai 2.700 sampel.
Baca juga: Epidemiolog Sebut Pengetatan Pintu Masuk Negara Diperlukan: Tapi Jangan Hanya untuk Turis China!
"Ini sangat membantu sekali dalam strategi penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia, karena kita bisa mengetahui musuhnya siapa dan penyebarannya seperti apa," ujarnya.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
(nug)