Terpikat Tenun Indonesia Timur
A
A
A
INDONESIA Inspiring Women Day (IIWD ) untuk pertama kalinya digelar di Jakarta. Bertempat di Grand Ballroom Klub Kelapa Gading, keindahan kain dari daerah Nusa Tenggara Timur dihadirkan oleh Yeni Sebayang selaku penggagas IIWD .
IIWD memberikan kesempatan kepada para penenun dari daerah Indonesia bagian timur untuk memamerkan hasil karya mereka ke masyarakat urban Jakarta. “Saya tergerak untuk mengadakan IIWD karena ingin menghadirkan wadah yang dapat mempertemukan dan menyatukan kaum perempuan untuk bersama-sama berkontribusi dalam mengangkat citra seni dan budaya Indonesia,” kata Yeni Sebayang.
Dengan mengangkat tema “Delivering Indonesian Premium Textile For Everyone”, IIWD mengajak kaum perempuan Indonesia untuk mengenal lebih dekat keindahan kain tradisional timur. “Jika kain batik sudah dikenal luas sebagai salah satu kain tradisional Indonesia, maka para penenun dari daerah bagian timur Indonesia, seperti Samarinda, Sambas, Manado, Bali, Bima, Kupang, Lombok, Ternate, hingga Flores juga ingin memperkaya wawasan budaya perempuan urban Jakarta dengan memperkenalkan kain khas masingmasing,” ujar Yeni.
Di IIWD 2015 beberapa waktu lalu, pengunjung bisa melihat cara menenun yang dilakukan para perajin kain, juga bisa mempelajari, atau bahkan membeli kain-kain dari daerah tersebut langsung dari para penenun. Koleksi tenun yang dipamerkan, di antaranya dari Flores, Kupang, Samarinda, Bali, Bima, Lombok, Ternate, dan Manado. Kain tenun khas NTT merupakan salah satu kain tenun yang masih menjaga keaslian motifnya.
Jika beberapa daerah sudah lebih menyesuaikan motif kain dengan perubahan zaman. Motif atau pola yang ada merupakan manifestasi dari kehidupan sehari-hari masyarakat dan memiliki ikatan emosional yang cukup erat dengan masyarakat di tiap suku. Ada tiga jenis kain tenun yang menjadi kain khas dari Nusa Tenggara Timur, yaitu kain tenun ikat, kain tenun buna, kaintenun lotis atau songket. Imelda Fransisca, Miss Indonesia 2005, mengaku menggemari tenun khas Nusantara.
“Saya melihat kain juga mempunyai makna tersendiri bagi setiap daerah di Indonesia. Melihat secara langsung bagaimana susahnya membuat kain tenun membuat saya sangat menghargai tenun Indonesia,” kata Fransisca.
Andari novianti
IIWD memberikan kesempatan kepada para penenun dari daerah Indonesia bagian timur untuk memamerkan hasil karya mereka ke masyarakat urban Jakarta. “Saya tergerak untuk mengadakan IIWD karena ingin menghadirkan wadah yang dapat mempertemukan dan menyatukan kaum perempuan untuk bersama-sama berkontribusi dalam mengangkat citra seni dan budaya Indonesia,” kata Yeni Sebayang.
Dengan mengangkat tema “Delivering Indonesian Premium Textile For Everyone”, IIWD mengajak kaum perempuan Indonesia untuk mengenal lebih dekat keindahan kain tradisional timur. “Jika kain batik sudah dikenal luas sebagai salah satu kain tradisional Indonesia, maka para penenun dari daerah bagian timur Indonesia, seperti Samarinda, Sambas, Manado, Bali, Bima, Kupang, Lombok, Ternate, hingga Flores juga ingin memperkaya wawasan budaya perempuan urban Jakarta dengan memperkenalkan kain khas masingmasing,” ujar Yeni.
Di IIWD 2015 beberapa waktu lalu, pengunjung bisa melihat cara menenun yang dilakukan para perajin kain, juga bisa mempelajari, atau bahkan membeli kain-kain dari daerah tersebut langsung dari para penenun. Koleksi tenun yang dipamerkan, di antaranya dari Flores, Kupang, Samarinda, Bali, Bima, Lombok, Ternate, dan Manado. Kain tenun khas NTT merupakan salah satu kain tenun yang masih menjaga keaslian motifnya.
Jika beberapa daerah sudah lebih menyesuaikan motif kain dengan perubahan zaman. Motif atau pola yang ada merupakan manifestasi dari kehidupan sehari-hari masyarakat dan memiliki ikatan emosional yang cukup erat dengan masyarakat di tiap suku. Ada tiga jenis kain tenun yang menjadi kain khas dari Nusa Tenggara Timur, yaitu kain tenun ikat, kain tenun buna, kaintenun lotis atau songket. Imelda Fransisca, Miss Indonesia 2005, mengaku menggemari tenun khas Nusantara.
“Saya melihat kain juga mempunyai makna tersendiri bagi setiap daerah di Indonesia. Melihat secara langsung bagaimana susahnya membuat kain tenun membuat saya sangat menghargai tenun Indonesia,” kata Fransisca.
Andari novianti
(ars)