Eksplorasi Wastra Indonesia
A
A
A
KEKAYAAN ragam wastra yang mewarnai kebudayaan bangsa dan kemajuan talenta industri mode Tanah Air menuai pujian. Karenanya, eksplorasi wastra Indonesia semakin dikembangkan para desainer.
Dalam acara bertajuk “Wastra The Love Affair” di Galeri Indonesia Kaya, Kamis (25/6) lalu, berbagai persembahan karya dari wastra Indonesia hadir dibalut kreativitas desainer berbagai label, yakni Lekat, dat MEN, Cita Tenun Indonesia, Sejauh Mata Memandang, dan PribuMI. Showcase ini merupakan bentuk apresiasi atas pencapaian para desainer modern Indonesia dalam mengolah wastra menjadi bagian dari industri ready-to-wear.
Nah yang diharapkan dapat menjadi parameter untuk perkembangan industri serupa ke depannya. Wastra The Love Affair menampilkan enam desainer, label dan asosiasi dengan materi wastra berbeda untuk diolah.
Seperti Lekat yang fokus menciptakan koleksi dari materi tenun Baduy, dat MEN yang memfokuskan diri pada busana pria berbasis world heritage,termasuk wastra Tanah Air, Cita Tenun Indonesia yang menaungi berbagai perajin tenun dari sebaran wilayah Indonesia, Sejauh Mata Memandang yang mengolah batik cap menjadi tekstil bermotif unik dan modern, serta PribuMi lewat koleksi apparelyang memadukan fine leatherbermutu tinggi dengan batik berkualitas terbaik.
Bermain dengan tenun Baduy, label Lekat oleh direktur kreatifnya, Amanda Lestari, membawa wastra Indonesia asal Baduy yang menyatu dengan alam dan budayanya. Keindahan suku Baduy ternarasikan dalam kekuatan kerajinan tangan penerus budaya lampau pada abad ke-21 ini dengan sesuatu yang baru. “Fashion adalah masa depan-kunci kekinian bagi warisan masa lalu setiap bangsa,” ujar Amanda.
Kemudian menyatukan wastra Nusantara ke dalam berbagai bentuk produk fashionberkualitas tinggi dalam aksesori, khususnya dihadirkan Ella V Brizadly, pendiri sekaligus desainer dari label PRibuMI. Bersama label PribuMI, Ella melansir produk-produk fashion seperti handbag, footwear, dan small leather goodyang terinspirasi dari kesempurnaan wastra Nusantara dan juga keelokan Indonesia.
“Tersebar di seluruh negeri, wastra Nusantara merupakan bukti bahwa kekayaan tekstil Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Terbentang dari tanah Aceh sampai tanah Papua, kain-kain tradisional tersebut menyimpan berjuta cerita, dan filosofi akan negeri ini,” sebut Ella saat acara.
Keseluruhan rangkaian koleksi PribuMI diungkapkan Ella menjadi persembahan tertinggi kepada pelestarian budaya. Label ini menyatukan unsur tradisional ke dalam kehidupan yang modern. Menyambut musim mode spring/summer 2015 PribuMI juga kembali melansir koleksi aksesori terbarunya, di antaranya ROTE Evening Bag, MAROS Classic Brogue Woman Shoes, MOLU Hobo Bag, dan LOTU Peep Toe Shoes.
Selanjutnya, ada label d|a|t MEN yang menjadi bagian dari upaya pelestarian world heritagemelalui modern fashion. Sebagai brandpria Tanah Air, brandyang baru dilansir pertengahan 2014 lalu oleh kedua founderdan creative directorTemma Prasetio dan Dicky Kartawinata ini mengangkat tenun Bali Sidemen untuk menjadi koleksi pakaian pria selama dua musim terakhir dengan sambutan menggembirakan dari pencinta mode khusus pria.
“Tenun Bali Sidemen memiliki ciri khas begitu kuat dari daerah Sidemen Bali yang dikenal sangat mahir menenun,” ujar Temma Prasetio. Sejauh Mata Memandang, dalam talenta craftwomandi material yang dikerjakan dengan cinta ikut membawa wastra Indonesia dalam bentuk fashion.
Chitra Subyakto, sang direktur kreatif, mengungkapkan fabric-nya sendiri diproses dalam cara alam, menggunakan teknik soft dyed, hand painted, weaved,batik, hingga baju yang diproses melalui hand printed.Warnawarna yang hadir akhirnya menghasilkan juga sisi alam seperti indigo, warna bumi yang sederhana dalam palet natural.
Selain keempat brand, Cita Tenun Indonesia (CTI) ikut bekerja sama dengan desainer untuk memasyarakatkan wastra Indonesia lebih luas. Satu di antaranya d hasil karya desainer Biyan Wanaatmadja dalam rancangan busana modern.
Dyah ayu pamela
Dalam acara bertajuk “Wastra The Love Affair” di Galeri Indonesia Kaya, Kamis (25/6) lalu, berbagai persembahan karya dari wastra Indonesia hadir dibalut kreativitas desainer berbagai label, yakni Lekat, dat MEN, Cita Tenun Indonesia, Sejauh Mata Memandang, dan PribuMI. Showcase ini merupakan bentuk apresiasi atas pencapaian para desainer modern Indonesia dalam mengolah wastra menjadi bagian dari industri ready-to-wear.
Nah yang diharapkan dapat menjadi parameter untuk perkembangan industri serupa ke depannya. Wastra The Love Affair menampilkan enam desainer, label dan asosiasi dengan materi wastra berbeda untuk diolah.
Seperti Lekat yang fokus menciptakan koleksi dari materi tenun Baduy, dat MEN yang memfokuskan diri pada busana pria berbasis world heritage,termasuk wastra Tanah Air, Cita Tenun Indonesia yang menaungi berbagai perajin tenun dari sebaran wilayah Indonesia, Sejauh Mata Memandang yang mengolah batik cap menjadi tekstil bermotif unik dan modern, serta PribuMi lewat koleksi apparelyang memadukan fine leatherbermutu tinggi dengan batik berkualitas terbaik.
Bermain dengan tenun Baduy, label Lekat oleh direktur kreatifnya, Amanda Lestari, membawa wastra Indonesia asal Baduy yang menyatu dengan alam dan budayanya. Keindahan suku Baduy ternarasikan dalam kekuatan kerajinan tangan penerus budaya lampau pada abad ke-21 ini dengan sesuatu yang baru. “Fashion adalah masa depan-kunci kekinian bagi warisan masa lalu setiap bangsa,” ujar Amanda.
Kemudian menyatukan wastra Nusantara ke dalam berbagai bentuk produk fashionberkualitas tinggi dalam aksesori, khususnya dihadirkan Ella V Brizadly, pendiri sekaligus desainer dari label PRibuMI. Bersama label PribuMI, Ella melansir produk-produk fashion seperti handbag, footwear, dan small leather goodyang terinspirasi dari kesempurnaan wastra Nusantara dan juga keelokan Indonesia.
“Tersebar di seluruh negeri, wastra Nusantara merupakan bukti bahwa kekayaan tekstil Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Terbentang dari tanah Aceh sampai tanah Papua, kain-kain tradisional tersebut menyimpan berjuta cerita, dan filosofi akan negeri ini,” sebut Ella saat acara.
Keseluruhan rangkaian koleksi PribuMI diungkapkan Ella menjadi persembahan tertinggi kepada pelestarian budaya. Label ini menyatukan unsur tradisional ke dalam kehidupan yang modern. Menyambut musim mode spring/summer 2015 PribuMI juga kembali melansir koleksi aksesori terbarunya, di antaranya ROTE Evening Bag, MAROS Classic Brogue Woman Shoes, MOLU Hobo Bag, dan LOTU Peep Toe Shoes.
Selanjutnya, ada label d|a|t MEN yang menjadi bagian dari upaya pelestarian world heritagemelalui modern fashion. Sebagai brandpria Tanah Air, brandyang baru dilansir pertengahan 2014 lalu oleh kedua founderdan creative directorTemma Prasetio dan Dicky Kartawinata ini mengangkat tenun Bali Sidemen untuk menjadi koleksi pakaian pria selama dua musim terakhir dengan sambutan menggembirakan dari pencinta mode khusus pria.
“Tenun Bali Sidemen memiliki ciri khas begitu kuat dari daerah Sidemen Bali yang dikenal sangat mahir menenun,” ujar Temma Prasetio. Sejauh Mata Memandang, dalam talenta craftwomandi material yang dikerjakan dengan cinta ikut membawa wastra Indonesia dalam bentuk fashion.
Chitra Subyakto, sang direktur kreatif, mengungkapkan fabric-nya sendiri diproses dalam cara alam, menggunakan teknik soft dyed, hand painted, weaved,batik, hingga baju yang diproses melalui hand printed.Warnawarna yang hadir akhirnya menghasilkan juga sisi alam seperti indigo, warna bumi yang sederhana dalam palet natural.
Selain keempat brand, Cita Tenun Indonesia (CTI) ikut bekerja sama dengan desainer untuk memasyarakatkan wastra Indonesia lebih luas. Satu di antaranya d hasil karya desainer Biyan Wanaatmadja dalam rancangan busana modern.
Dyah ayu pamela
(ftr)