Kreativitas Modest Fashion
A
A
A
Ragam modest fashion kaya kreativitas kembali dihadirkan desainer dari Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) dalam acara bertajuk “Ramadhan Runway 2016” di Mal Kasablanka, Jumat (3/7) lalu.
Empat desainer menjadi pembuka pergelaran, di antaranya Deden Siswanto, Irna Mutiara, Jeny Tjahyawati, dan Sofie. Masingmasing mempresentasikan busana modest yang membawa ciri khas tersendiri. Desainer Irna Mutiara melalui label Irna La Perle menyuguhkan koleksi busana modest khusus untuk wanita. Rancangan yang bertema “Pretty Purity” hadir dalam potongan gamis berbahan chiffon, stain, jacquard, dan crinkle.
“Semua desainnya disertai penggunaan kerudung panjang yang memberikan nuansa wanita sholeha yang lugu dengan aksen-aksen bordir khas saya,” kata Irna. Karakter desain Irna lainnya seperti gaya pemayetan dengan paduan mutiara dan tule berkristal ikut memberi aksen embllishment menarik. Deretan busananya menurut sang desainer mengambil kategori muslim syar’i yang mengeksplorasi bentuk potongan gaun panjang dengan bahan yang ringan dan jatuh.
Irna memilih penggunaan warnawarna pastel sebagai paduan cantik yang selalu menjadi pilihannya, di antaranya palet hijau muda, putih, merah muda, abu-abu, warna mint, dan krem. Adapun siluetnya berbentuk A line dan H line yang longgar, mencerminkan kemurnian dari muslimah yang sopan dan elegan. Kemudian Sofie pada Ramadhan Runway tahun ini menampilkan koleksi busana modest yang lebih kasual dan sedikit menampilkan kesan urban, sekaligus edgy dari eksplorasi salah satunya dari material kain salur.
Sebabnya dapat ditemukan padu padan yang kaya seperti motif garis-garis, polkadot, dan kotak-kotak selain alternatif kesan sederhana lewat warna monokrom seperti hitam, abu-abu, putih, dan merah muda. Siluet yang dipakai berbentuk blus longgar, cardigan, dan beberapa gaun kasual yang dipadukan dengan celana berpotongan lurus maupun celana model jogger.
Deden Siswanto yang kerap mengenakan kain tradisional Indonesia, di koleksi Ramadan ini membuatnya dalam potongan busana modest bernuansa edgy dan kasual. Konsep mix and match turut memberikan kekayaan eksplorasi. “Saya pakai konsep ini agar rancangannya juga dapat dipakai oleh wanita yang tidak berhijab atau tetap dapat dipadu baju lain dan dikenakan selain untuk Ramadan atau Idul Fitri,” kata Deden saat ditemui usai acara.
Itu karena konsep padu padan ini ditemui juga aksesori pelengkap koleksi berupa apron, selendang, dan kalung bermodel etnik. Memakai motif dan material sutera dan katun dari tenun Makassar, 12 koleksi teranyarnya ditujukan untuk pria maupun wanita. Selain konsep mix and match untuk wanita, busana pria lebih terinspirasi dari Hindustan.
Deden menampilkan beragam warna, seperti ungu, hitam, abu-abu, cokelat, merah muda, dan biru. Terakhir, di rancangan Jenny Tjahyawati, hadir bernuansa Indonesia dengan kain-kain lokal dalam warna seputar merah. Muncul paduan kain tradisional seperti batik dan tenun. Dari segi potongan, Jeny memilih tampilan busana wanita bermodel abaya modern maupun kaftan yang disempurnakan dengan celana berbentuk pipa yang membuat penampilan lebih langsing dan tegas.
Busana pria pun ditampilkan berupa batik yang dipadukan dengan celana yang lebar. Palet yang dipergunakan juga meliputi warna merah, cokelat, abu-abu, dan biru pada koleksinya ini. Acara Ramadhan Runway 2016 memasuki tahun ke-3 merupakan kerja sama APPMI dengan Mal Kasablanka.
Event yang terselenggara pada 3 Juli-2 Agustus mendatang ini merupakan bagian dari memacu kreativitas dan kualitas busana Indonesia, sekaligus menjadi sarana mengenalkan modest fashion . Di ajang hadir sebanyak 75 desainer dan brand busana modest dan alternatif pilihan di hari raya melalui fashion show, bazaar, talkshow , dan kompetisi.
Penasihat APPMI, Taruna K Kusmayadi, mengharapkan Ramadhan Runway dapat meningkatkan kompetisi karya busana muslim Indonesia agar dapat diterima di pasar lokal secara luas untuk mempermudah langkah diterima di pasar global. “Semakin banyak pemain di sektor busana muslim yang berkualitas, dipastikan kompetisi akan semakin tinggi sehingga mereka semakin teruji. Jika berhasil diterima di pasar lokal, maka akan mempermudah ekspansi ke pasar yang lebih luas lagi,” kata Taruna.
Dyah ayu Pamela
Empat desainer menjadi pembuka pergelaran, di antaranya Deden Siswanto, Irna Mutiara, Jeny Tjahyawati, dan Sofie. Masingmasing mempresentasikan busana modest yang membawa ciri khas tersendiri. Desainer Irna Mutiara melalui label Irna La Perle menyuguhkan koleksi busana modest khusus untuk wanita. Rancangan yang bertema “Pretty Purity” hadir dalam potongan gamis berbahan chiffon, stain, jacquard, dan crinkle.
“Semua desainnya disertai penggunaan kerudung panjang yang memberikan nuansa wanita sholeha yang lugu dengan aksen-aksen bordir khas saya,” kata Irna. Karakter desain Irna lainnya seperti gaya pemayetan dengan paduan mutiara dan tule berkristal ikut memberi aksen embllishment menarik. Deretan busananya menurut sang desainer mengambil kategori muslim syar’i yang mengeksplorasi bentuk potongan gaun panjang dengan bahan yang ringan dan jatuh.
Irna memilih penggunaan warnawarna pastel sebagai paduan cantik yang selalu menjadi pilihannya, di antaranya palet hijau muda, putih, merah muda, abu-abu, warna mint, dan krem. Adapun siluetnya berbentuk A line dan H line yang longgar, mencerminkan kemurnian dari muslimah yang sopan dan elegan. Kemudian Sofie pada Ramadhan Runway tahun ini menampilkan koleksi busana modest yang lebih kasual dan sedikit menampilkan kesan urban, sekaligus edgy dari eksplorasi salah satunya dari material kain salur.
Sebabnya dapat ditemukan padu padan yang kaya seperti motif garis-garis, polkadot, dan kotak-kotak selain alternatif kesan sederhana lewat warna monokrom seperti hitam, abu-abu, putih, dan merah muda. Siluet yang dipakai berbentuk blus longgar, cardigan, dan beberapa gaun kasual yang dipadukan dengan celana berpotongan lurus maupun celana model jogger.
Deden Siswanto yang kerap mengenakan kain tradisional Indonesia, di koleksi Ramadan ini membuatnya dalam potongan busana modest bernuansa edgy dan kasual. Konsep mix and match turut memberikan kekayaan eksplorasi. “Saya pakai konsep ini agar rancangannya juga dapat dipakai oleh wanita yang tidak berhijab atau tetap dapat dipadu baju lain dan dikenakan selain untuk Ramadan atau Idul Fitri,” kata Deden saat ditemui usai acara.
Itu karena konsep padu padan ini ditemui juga aksesori pelengkap koleksi berupa apron, selendang, dan kalung bermodel etnik. Memakai motif dan material sutera dan katun dari tenun Makassar, 12 koleksi teranyarnya ditujukan untuk pria maupun wanita. Selain konsep mix and match untuk wanita, busana pria lebih terinspirasi dari Hindustan.
Deden menampilkan beragam warna, seperti ungu, hitam, abu-abu, cokelat, merah muda, dan biru. Terakhir, di rancangan Jenny Tjahyawati, hadir bernuansa Indonesia dengan kain-kain lokal dalam warna seputar merah. Muncul paduan kain tradisional seperti batik dan tenun. Dari segi potongan, Jeny memilih tampilan busana wanita bermodel abaya modern maupun kaftan yang disempurnakan dengan celana berbentuk pipa yang membuat penampilan lebih langsing dan tegas.
Busana pria pun ditampilkan berupa batik yang dipadukan dengan celana yang lebar. Palet yang dipergunakan juga meliputi warna merah, cokelat, abu-abu, dan biru pada koleksinya ini. Acara Ramadhan Runway 2016 memasuki tahun ke-3 merupakan kerja sama APPMI dengan Mal Kasablanka.
Event yang terselenggara pada 3 Juli-2 Agustus mendatang ini merupakan bagian dari memacu kreativitas dan kualitas busana Indonesia, sekaligus menjadi sarana mengenalkan modest fashion . Di ajang hadir sebanyak 75 desainer dan brand busana modest dan alternatif pilihan di hari raya melalui fashion show, bazaar, talkshow , dan kompetisi.
Penasihat APPMI, Taruna K Kusmayadi, mengharapkan Ramadhan Runway dapat meningkatkan kompetisi karya busana muslim Indonesia agar dapat diterima di pasar lokal secara luas untuk mempermudah langkah diterima di pasar global. “Semakin banyak pemain di sektor busana muslim yang berkualitas, dipastikan kompetisi akan semakin tinggi sehingga mereka semakin teruji. Jika berhasil diterima di pasar lokal, maka akan mempermudah ekspansi ke pasar yang lebih luas lagi,” kata Taruna.
Dyah ayu Pamela
(bbg)