Utang Lari dan Utang Gambar
A
A
A
DONASI unik atau kreatif semakin banyak digalakkan oleh komunitas bahkan individu. Tentu saja, berbagai kejadian menarik pernah dialami oleh komunitas ini selama mengumpulkan donasi.
Setiap kegiatan yang dilakukan menjadi sarana ruang berdiskusi bagi para anggota atau bahkan para pemberi donasi. Bertemu dengan orang-orang yang berbeda pun menjadi pengalaman tersendiri bagi mereka.
“Kotak gambar yang biasa kita gunakan untuk membuat sketsa itu adalah adaptasi dari kegiatan seorang seniman bernama Tobias Gutmann. Dia keliling dunia buat ngegambarin orang-orang. Lalu saya ngobrol dengan beliau dan meminta izin untuk mengadaptasi kotak tersebut. Dia sangat supportkarena kegiatan ini untuk kemanusiaan,” ungkap Rukii dari Komunitas Lemari Buku-Buku.
Selain bertemu dengan orang baru dan berbeda, mengetahui kebudayaan yang berbeda-beda saat berkeliling Indonesia untuk melakukan donasi pun menjadi pengalaman yang menarik. “Saat saya lari sambil berfoto-foto di berbagai daerah, mereka menganggap itu menarik. Selama ini kan orang pikir lari berkilometer itu bosan dan melelahkan, tapi ternyata kalau diolah dengan konsep menarik, jadi fun,” tambah Hariadhi, inisiator #laribayaran.
Namun, di balik berbagai pengalaman menarik yang dialami, ada tantangan juga yang banyak dialami oleh berbagai komunitas dalam mengumpulkan dana donasi. “Kalau saya, ada yang mencela, membully, merasa tak suka dengan kegiatan yang saya lakukan,” ujar Hariadhi yang menyebut dirinya sebagai entrepreneur social business ini.
Tidak hanya itu, kadang kala mereka juga harus menyelesaikan tantangan lari yang masih belum terselesaikan. “Dana yang terkumpul sekarang Rp17,8 juta yang berarti kami harus berlari sejauh 178 km, tapi sampai sekarang kami baru bisa menyelesaikan 147 km, masih ada utang yang harus kami bayar,” ungkap Firman dari @larisekilo.
Protes pun kadang kala harus mereka hadapi saat mengumpulkan donasi dengan waktu yang menjadi salah satu kendalanya. “Karena terlalu banyak yang nyumbang, sementara kami didera oleh banyaknya pekerjaan kantor, jadi kadang bagi para donatur yang mengirim via pos suka terlambat eksekusi gambarnya, jadi kadang suka ada yang nanyain,” tutur Rukii.
Di balik suka-duka yang dihadapi oleh berbagai komunitas ini, masih ada kegembiraan yang mereka dapatkan. Tanggapan positif mereka terima dari para donatur yang ingin memberikan donasi mereka. Orangorang yang peduli dengan kegiatan berbagi semakin banyak dan berkembang, terlebih para generasi muda yang mulai menyadari betapa pentingnya berbagi dengan sesama.
Transparansi dana juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan semakin banyak orang ingin melakukan donasi. “Kita selalu memanfaatkan media sosial. Kita akan unggah hasil sumbangan yang sudah dikumpulkan agar semuanya jelas,” ujar Hariadhi.
Andari novianti
Setiap kegiatan yang dilakukan menjadi sarana ruang berdiskusi bagi para anggota atau bahkan para pemberi donasi. Bertemu dengan orang-orang yang berbeda pun menjadi pengalaman tersendiri bagi mereka.
“Kotak gambar yang biasa kita gunakan untuk membuat sketsa itu adalah adaptasi dari kegiatan seorang seniman bernama Tobias Gutmann. Dia keliling dunia buat ngegambarin orang-orang. Lalu saya ngobrol dengan beliau dan meminta izin untuk mengadaptasi kotak tersebut. Dia sangat supportkarena kegiatan ini untuk kemanusiaan,” ungkap Rukii dari Komunitas Lemari Buku-Buku.
Selain bertemu dengan orang baru dan berbeda, mengetahui kebudayaan yang berbeda-beda saat berkeliling Indonesia untuk melakukan donasi pun menjadi pengalaman yang menarik. “Saat saya lari sambil berfoto-foto di berbagai daerah, mereka menganggap itu menarik. Selama ini kan orang pikir lari berkilometer itu bosan dan melelahkan, tapi ternyata kalau diolah dengan konsep menarik, jadi fun,” tambah Hariadhi, inisiator #laribayaran.
Namun, di balik berbagai pengalaman menarik yang dialami, ada tantangan juga yang banyak dialami oleh berbagai komunitas dalam mengumpulkan dana donasi. “Kalau saya, ada yang mencela, membully, merasa tak suka dengan kegiatan yang saya lakukan,” ujar Hariadhi yang menyebut dirinya sebagai entrepreneur social business ini.
Tidak hanya itu, kadang kala mereka juga harus menyelesaikan tantangan lari yang masih belum terselesaikan. “Dana yang terkumpul sekarang Rp17,8 juta yang berarti kami harus berlari sejauh 178 km, tapi sampai sekarang kami baru bisa menyelesaikan 147 km, masih ada utang yang harus kami bayar,” ungkap Firman dari @larisekilo.
Protes pun kadang kala harus mereka hadapi saat mengumpulkan donasi dengan waktu yang menjadi salah satu kendalanya. “Karena terlalu banyak yang nyumbang, sementara kami didera oleh banyaknya pekerjaan kantor, jadi kadang bagi para donatur yang mengirim via pos suka terlambat eksekusi gambarnya, jadi kadang suka ada yang nanyain,” tutur Rukii.
Di balik suka-duka yang dihadapi oleh berbagai komunitas ini, masih ada kegembiraan yang mereka dapatkan. Tanggapan positif mereka terima dari para donatur yang ingin memberikan donasi mereka. Orangorang yang peduli dengan kegiatan berbagi semakin banyak dan berkembang, terlebih para generasi muda yang mulai menyadari betapa pentingnya berbagi dengan sesama.
Transparansi dana juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan semakin banyak orang ingin melakukan donasi. “Kita selalu memanfaatkan media sosial. Kita akan unggah hasil sumbangan yang sudah dikumpulkan agar semuanya jelas,” ujar Hariadhi.
Andari novianti
(ftr)