Tempe Diusulkan Masuk Warisan Budaya Dunia
A
A
A
BOGOR - Sejumlah pakar gizi dan peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang tergabung dalam Pergizi Pangan Indonesia dan Forum Tempe Indonesia, resmi mengusulkan empe sebagai panganan warisan budaya dunia asal Indonesia kepada Badan Urusan Pendidikan, Sains dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNESCO. Mereka berharap pemerintah akan mempertimbangkan usulan tersebut.
"Sebelum diklaim oleh negara lain, kita harus mendaftarkan tempe menjadi makanan asli Indonesia, agar diakui dunia," ujar Sekretaris Jendral Pergizi Pangan, Prof Made Astrawan di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, Selasa (4/8/2015)
Saat ini sudah ada sekitar 20 negara di dunia yang sudah melakukan penelitian dan membuat produk tempe. Menurut Made, sejumlah negara di dunia diantaranya Jepang, Jerman, dan Malaysia bahkan sudah membuat bahkan mengembangkan tempe sebagai makanan memiliki protein tinggi yang bukan didapat dari hewan. "Tempe merupakan salah satu pangan bergizi dan bagian dari diet sehat, karena proteinnya sama banyak dan tinggi seperti protein hewan," papar dia.
Made menambahkan, produk fermentasi kacang kedelai oleh kapang Rhizopus oligorus, bahkan tempe pun dibuat dengan proses unik mulai dibuat beberapa abad lalu oleh nenek moyang Indonesia. "Ini merupakan bukti sejarah, menggunakan bahan dasar kedelai yang difermentasi yang pertama kali dibuat oleh masyarakat Klaten, Jawa Tengah, sejak tahun 1700 lalu," tutur dia.
Sampai saat ini di Indonesia ada sekitar 100.000, produsen tempe yang tersebar di berbagai provinsi. Tempe juga dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia. Makanan ini memiliki asupan gizi minimal 10% dari total protein harian.
"Sementara protein yang terkandung dalam telur hanya 1,25%, daging 3,15%, sereal sekitar 60%, jadi tempe memiliki protein yang cukup tinggi," ujar Made.
Sementara itu, Ketua Umum Pergizian Panganan Indonesia Prof Dr Herdiyansyah mengatakan, bagi masyarakat Indonesia tempe bukan hanya sekedar makanan, tapi memiliki nilai budaya, sejarah dan ekonomi bangsa, karena keunikannya.
"Dengan terinspirasi dari pengakuan UNESCO yang sudah mengakui kimchi dari Korea dan Batik dari Indonesia sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity (ICHH) maka kami pun akan mendaftarkan tempe agar mendapat pengajuan juga," tutur Herdiyansyah.
Tapi, menurut dia, pendaftaran agar tempe mendapat pengakuan dari dunia internasional menjadi warisan dan budaya bangsa ini, harus dilakukan langsung oleh pemerintah Indonesia ke UNESCO.
"Pemerintahlah yang harus langsung mendaftarkannya, sehingga kami disini akan terus berusaha mengumpulkan semua data terkait tempe, agar bisa diajukan," kata dia.
Data-data yang dikumpulkan tersebut mulai dari sejarah tempe, jenis tempe, perusahaan, kandungan gizi, keunikan dan lain sebagainya. "Mudah-mudahan pemerintah RI pada tahun 2016 bisa langsung mendaftarkan tempe ke UNESCO menggunakan data-data yang kami kumpulkan, sehingga pada tahun 2018 mendatang UNESCO sudah menetapkan tempe sebagai warisan dan budaya dunia," pungkas dia.
"Sebelum diklaim oleh negara lain, kita harus mendaftarkan tempe menjadi makanan asli Indonesia, agar diakui dunia," ujar Sekretaris Jendral Pergizi Pangan, Prof Made Astrawan di Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, Selasa (4/8/2015)
Saat ini sudah ada sekitar 20 negara di dunia yang sudah melakukan penelitian dan membuat produk tempe. Menurut Made, sejumlah negara di dunia diantaranya Jepang, Jerman, dan Malaysia bahkan sudah membuat bahkan mengembangkan tempe sebagai makanan memiliki protein tinggi yang bukan didapat dari hewan. "Tempe merupakan salah satu pangan bergizi dan bagian dari diet sehat, karena proteinnya sama banyak dan tinggi seperti protein hewan," papar dia.
Made menambahkan, produk fermentasi kacang kedelai oleh kapang Rhizopus oligorus, bahkan tempe pun dibuat dengan proses unik mulai dibuat beberapa abad lalu oleh nenek moyang Indonesia. "Ini merupakan bukti sejarah, menggunakan bahan dasar kedelai yang difermentasi yang pertama kali dibuat oleh masyarakat Klaten, Jawa Tengah, sejak tahun 1700 lalu," tutur dia.
Sampai saat ini di Indonesia ada sekitar 100.000, produsen tempe yang tersebar di berbagai provinsi. Tempe juga dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia. Makanan ini memiliki asupan gizi minimal 10% dari total protein harian.
"Sementara protein yang terkandung dalam telur hanya 1,25%, daging 3,15%, sereal sekitar 60%, jadi tempe memiliki protein yang cukup tinggi," ujar Made.
Sementara itu, Ketua Umum Pergizian Panganan Indonesia Prof Dr Herdiyansyah mengatakan, bagi masyarakat Indonesia tempe bukan hanya sekedar makanan, tapi memiliki nilai budaya, sejarah dan ekonomi bangsa, karena keunikannya.
"Dengan terinspirasi dari pengakuan UNESCO yang sudah mengakui kimchi dari Korea dan Batik dari Indonesia sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity (ICHH) maka kami pun akan mendaftarkan tempe agar mendapat pengajuan juga," tutur Herdiyansyah.
Tapi, menurut dia, pendaftaran agar tempe mendapat pengakuan dari dunia internasional menjadi warisan dan budaya bangsa ini, harus dilakukan langsung oleh pemerintah Indonesia ke UNESCO.
"Pemerintahlah yang harus langsung mendaftarkannya, sehingga kami disini akan terus berusaha mengumpulkan semua data terkait tempe, agar bisa diajukan," kata dia.
Data-data yang dikumpulkan tersebut mulai dari sejarah tempe, jenis tempe, perusahaan, kandungan gizi, keunikan dan lain sebagainya. "Mudah-mudahan pemerintah RI pada tahun 2016 bisa langsung mendaftarkan tempe ke UNESCO menggunakan data-data yang kami kumpulkan, sehingga pada tahun 2018 mendatang UNESCO sudah menetapkan tempe sebagai warisan dan budaya dunia," pungkas dia.
(alv)