Pasar Malam Batik Kudus
A
A
A
Sejak 2009 Denny Wirawan konsisten menghadirkan busana siap pakai dengan unsur etnik lewat label pribadinya, Balijava. Namun, untuk pertama kalinya digelar fashion show tunggal dengan mengaplikasikan batik Kudus untuk koleksi batik tersebut.
Denny Wirawan bersama Bakti Budaya Djarum Foundation bekerja sama mengadakan pergelaran busana Balijava koleksi Batik Kudus. Kepedulian Denny Wirawan ikut aktif melestarikan warisan wastra Nusantara telah melahirkan label Balijava sebagai lini busana siap pakai dengan material kain-kain Indonesia.
Pergelaran tersebut terbilang istimewa karena batik Kudus belum populer dibanding batik dari daerah lain. ”Misi Bakti Budaya Djarum Foundation mengadakan pergelaran ini karena ingin membantu masyarakat lebih mencintai budaya Indonesia. Kudus dikenal sebagai Kota Keretek, padahal batik Kudus sangat indah,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation ketika ditemui di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Kamis (3/9).
Bertempat di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski, Denny yang sebelumnya pernah membuat koleksi Couture memilih tema Pasar malam untuk 80 koleksi Balijava. Dia juga menggandeng E.P.A Jewelry by Eliana Putri Antonio untuk kreasi aksesori, Oscar Daniel dengan LT Pro Profesional make-upuntuk tata rias wajah dan rambut, penata acara dan koreografi Ari Tulang, serta Yovie Widianto sebagai penata musik.
”Saya sengaja memakai tema Pasar Malam karena terinspirasi dari batik Kudus itu sendiri. Warna-warna ceria yang playful dan motif yang beragam membuat saya akhirnya memakai tema Pasar Malam,” ungkap Denny, yang sudah sukses membawa rancangannya ke Eropa. Ballroomyang menjadi tempat pergelaran busana dihelat sengaja dibuat mirip dengan pasar malam.
Beragam busana dengan tampilan ringan, berat, klasik, hingga kontemporer dihadirkan ke dalam empat sequence. Para tamu juga semakin ikut memeriahkan pasar malam ini dengan busana khas Nusantara yang mereka pakai seperti batik dan kebaya. Peragaan busana dibuka dengan para penari dengan gerakan tari keretek yang berasal dari Kudus. Setelah itu para model terlihat glamor dengan mengenakan koleksi Balijava.
Denny banyak mempertunjukkan batik dengan teknik cap bermotif bunga seruni ditimpali motif bunga anggrek cattleya yang dicetak dalam latar putih, hitam, atau berwarna terang. Begitu pula warna kuning dan fuchsia menjadi aksen yang manis. Siluet koleksi yang ditampilkan pun sangat bervariasi, mulai gaun pendek, celana pendek, jumpsuit, rok lebar dengan menyentuh lantai dipadu blus boxy, blus tanpa lengan, jaket, hingga blus berlengan lebar.
Cita rasa provokatif sekaligus seksi yang dikemas dengan sentuhan femininmaskulin yang penuh sophisticated tercermin dari koleksi Denny ini. Untuk koleksi pria pun didominasi celana 7/8 dengan padanan blus kimono, jaket, dan juga kurta. Selanjutnya 20 dari 80 koleksi Balijava tersebut pernah diperagakan di Indonesia Festival (Indofest) di Nottingham, London, 7 Juni lalu. Meskipun koleksinya kebanyakan hadir dalam warna khas batik, tetap lekat dengan kesan kekinian.
Hal ini karena perancang berusia 47 tahun ini juga memadukan batik kudus dengan bahan yang modern. Busana karya Denny diselingi dengan pemakaian batik dan bordir yang tampil sama indah, mewah, dan megah saat berkombinasi dengan tekstil modern, seperti jacquard, tweed, dan herringbone. ”Denny sangat pintar memadukan batik Kudus dengan kesan yang modern.
Saya sangat suka dengan karyanya dan saya yakin motif batik Kudus bisa diterima di masyarakat,” ujar Nena Ardilla, salah satu tamu yang datang di fashion showtersebut. Denny memerlukan waktu sekitar tujuh bulan untuk mempersiapkan pergelaran busana tunggalnya ini. Dia mengungkapkan bahwa dirinya yang terjun langsung untuk bertemu perajin batik di Kudus untuk melakukan survei, mendata kainkain, dan melakukan pemesanan.
”Ada beberapa kain yang memang sudah dimodifikasi oleh saya sehingga ada kesan Denny Wirawan di dalam motif batik tersebut,” pungkas Denny, yang merupakan lulusan Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo itu.
Andari Novianti
Denny Wirawan bersama Bakti Budaya Djarum Foundation bekerja sama mengadakan pergelaran busana Balijava koleksi Batik Kudus. Kepedulian Denny Wirawan ikut aktif melestarikan warisan wastra Nusantara telah melahirkan label Balijava sebagai lini busana siap pakai dengan material kain-kain Indonesia.
Pergelaran tersebut terbilang istimewa karena batik Kudus belum populer dibanding batik dari daerah lain. ”Misi Bakti Budaya Djarum Foundation mengadakan pergelaran ini karena ingin membantu masyarakat lebih mencintai budaya Indonesia. Kudus dikenal sebagai Kota Keretek, padahal batik Kudus sangat indah,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation ketika ditemui di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Kamis (3/9).
Bertempat di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski, Denny yang sebelumnya pernah membuat koleksi Couture memilih tema Pasar malam untuk 80 koleksi Balijava. Dia juga menggandeng E.P.A Jewelry by Eliana Putri Antonio untuk kreasi aksesori, Oscar Daniel dengan LT Pro Profesional make-upuntuk tata rias wajah dan rambut, penata acara dan koreografi Ari Tulang, serta Yovie Widianto sebagai penata musik.
”Saya sengaja memakai tema Pasar Malam karena terinspirasi dari batik Kudus itu sendiri. Warna-warna ceria yang playful dan motif yang beragam membuat saya akhirnya memakai tema Pasar Malam,” ungkap Denny, yang sudah sukses membawa rancangannya ke Eropa. Ballroomyang menjadi tempat pergelaran busana dihelat sengaja dibuat mirip dengan pasar malam.
Beragam busana dengan tampilan ringan, berat, klasik, hingga kontemporer dihadirkan ke dalam empat sequence. Para tamu juga semakin ikut memeriahkan pasar malam ini dengan busana khas Nusantara yang mereka pakai seperti batik dan kebaya. Peragaan busana dibuka dengan para penari dengan gerakan tari keretek yang berasal dari Kudus. Setelah itu para model terlihat glamor dengan mengenakan koleksi Balijava.
Denny banyak mempertunjukkan batik dengan teknik cap bermotif bunga seruni ditimpali motif bunga anggrek cattleya yang dicetak dalam latar putih, hitam, atau berwarna terang. Begitu pula warna kuning dan fuchsia menjadi aksen yang manis. Siluet koleksi yang ditampilkan pun sangat bervariasi, mulai gaun pendek, celana pendek, jumpsuit, rok lebar dengan menyentuh lantai dipadu blus boxy, blus tanpa lengan, jaket, hingga blus berlengan lebar.
Cita rasa provokatif sekaligus seksi yang dikemas dengan sentuhan femininmaskulin yang penuh sophisticated tercermin dari koleksi Denny ini. Untuk koleksi pria pun didominasi celana 7/8 dengan padanan blus kimono, jaket, dan juga kurta. Selanjutnya 20 dari 80 koleksi Balijava tersebut pernah diperagakan di Indonesia Festival (Indofest) di Nottingham, London, 7 Juni lalu. Meskipun koleksinya kebanyakan hadir dalam warna khas batik, tetap lekat dengan kesan kekinian.
Hal ini karena perancang berusia 47 tahun ini juga memadukan batik kudus dengan bahan yang modern. Busana karya Denny diselingi dengan pemakaian batik dan bordir yang tampil sama indah, mewah, dan megah saat berkombinasi dengan tekstil modern, seperti jacquard, tweed, dan herringbone. ”Denny sangat pintar memadukan batik Kudus dengan kesan yang modern.
Saya sangat suka dengan karyanya dan saya yakin motif batik Kudus bisa diterima di masyarakat,” ujar Nena Ardilla, salah satu tamu yang datang di fashion showtersebut. Denny memerlukan waktu sekitar tujuh bulan untuk mempersiapkan pergelaran busana tunggalnya ini. Dia mengungkapkan bahwa dirinya yang terjun langsung untuk bertemu perajin batik di Kudus untuk melakukan survei, mendata kainkain, dan melakukan pemesanan.
”Ada beberapa kain yang memang sudah dimodifikasi oleh saya sehingga ada kesan Denny Wirawan di dalam motif batik tersebut,” pungkas Denny, yang merupakan lulusan Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo itu.
Andari Novianti
(bbg)