Hati-hati! Anak Kurang 2 tahun Obesitas Bisa Kena Ini Saat Dewasa

Sabtu, 03 Oktober 2015 - 08:26 WIB
Hati-hati! Anak Kurang 2 tahun Obesitas Bisa Kena Ini Saat Dewasa
Hati-hati! Anak Kurang 2 tahun Obesitas Bisa Kena Ini Saat Dewasa
A A A
DEPOK - Usia anak sama tetapi tinggi badan mereka berbeda atau pendek (stunting). Stunting terjadi akibat kekurangan gizi berulang dalam waktu lama, pada masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang anak.

Tidak hanya berpengaruh pada fisik, dampak gizi kurang atau gizi buruk begitu berpengaruh pada perkembangan otak dan tingkat kecerdasan mereka. 1000 hari pertama kehidupan anak adalah masa dimana 80 persen otak mereka berkembang.

Cara mendeteksi dini masalah gizi untuk mencegah ‘malnutrisi’ yakni dengan memantau pertumbuhan balita menggunakan KMS. Yakni dengan menimbang berat badan, mengukur panjang badan serta lingkar kepala dilakukan di posyandu, puskesmas, rumah sakit, bidan atau dokter.

Hal itu dilakukan setiap bulan pada tahun pertama, setiap tiga bulan pada tahun kedua da ketiga, setiap enam bulan pada tahun keempat dan kelima.

Ahli gizi dari Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik FKUI/RSCM, Damayanti Rusli Syarif mengatakan, kecerdasan seseorang ketika dewasa itu, tergantung ketercukupan gizi ketika mereka di dalam kandungan ibunya. Jika di dalam kandungan kebutuhan gizinya sudah tercukupi maka perkembangan otaknya baik. Begitu pun pada saat masa pertumbuhan.

"Maka pentingnya 1000 hari pertama bagi bayi. Bayi yang mengalami gizi buruk maka perkembangan otaknya terganggu. IQ nya turun. Bila ini terjadi sulit kembali normal, tapi bisa dinaikan," beber Damayanti Rusli Syarif dalam diskusi Teknologi Pangan Dalam Pembuatan MP ASI Fortifikasi di Kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, Jumat (02/10/2015).

Adapun gejala klinis stunting pada anak diantaranya terjadinya hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, serta gangguan sistem pembakaran lemak. Sedangkan tanda-tanda stunting pada dewasa ditandai dengan obesitas, penurunan toleransi glukosa, hipertensi dan osteoporosis.

“Perlu diketahui juga, bahwa anak kurang dari 2 tahun dan mengalami kelebihan berat badan maka saat dewasa berpotensi obesitas, diabetes, dan jantung koroner,” tutup Damayanti.
(sbn)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7074 seconds (0.1#10.140)