Waspada! Bahaya Konsumsi Mi Instan pada Wanita
A
A
A
JAKARTA - Mi instan kerap menjadi alternatif makanan dikala kesibukan. Makanan ini kerap dipilih, karena rasanya yang lezat dan mudah dibuat. Tak heran jika mi instan kerap membuat banyak orang menjadi ketagihan.
Namun sayang, dibalik kelezatan mi instan, makanan ini memicu berbagai masalah kesehatan. Terutama pada wanita. Pasalnya, sebuah studi baru dari The Journal of Nutrition mengungkapkan, mengonsumsi mi instan dapat meningkatkan risiko sindrom kardiometabolik.
Dilansir dari Womenshealthmag, parahnya, sindrom kardiometabolik menyebabkan berbagai penyakit mematikan, seperti jantung, diabetes dan stroke.
Peneliti dari Baylor University, meneliti dua pola makanan utama manusia, yaitu pola diet tradisional dimana hanya mengonsumsi nasi, ikan, sayuran, buah, dan kentang.
Tak lupa, mereka juga meneliti orang yang gemar makan junk food, daging merah, makanan gorengan, mi instan dan minum soda.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan, orang yang gemar mengonsumsi makanan instan berisiko terserang obesitas yang tinggi dan memiliki kolesterol jahat.
Sementara orang yang diet tradisional, tidak menunjukkan adanya hubungan kardiometabolik dan risiko obesitas.
Penelitian tersebut juga menunjukkan, orang yang mengonsumsi mi instan dua kali per minggu, berisiko 68% lebih tinggi terkena sindrom metabolik.
Keadaan ini umumnya ditemui pada wanita. Bahkan, setelah disesuaikan dengan asupan natrium, estrogen dan lingkar pinggang, mengonsumsi mi instan seminggu sekali berisiko buruk sebesar 26%.
Menurut para peneliti, peningkatan risiko kemungkinan karena kalori tinggi, karbohidrat olahan, lemak jenuh, dan kandungan natrium yang ditemukan dalam mi instan. Meski demikian, risiko tersebut jarang menyerang pria. Pasalnya, hal ini disebabkan karena wanita rentan terserang penyakit karena pengaruh hormonal.
Seperti, bahan kimia Bisphenol A (BPA) yang terdapat dalam wadah styrofoam yang kerap digunakan untuk paket mi instan. Zat tersebut sangat memengaruhi sinyal hormon estrogen dalam tubuh para wanita.
Namun sayang, dibalik kelezatan mi instan, makanan ini memicu berbagai masalah kesehatan. Terutama pada wanita. Pasalnya, sebuah studi baru dari The Journal of Nutrition mengungkapkan, mengonsumsi mi instan dapat meningkatkan risiko sindrom kardiometabolik.
Dilansir dari Womenshealthmag, parahnya, sindrom kardiometabolik menyebabkan berbagai penyakit mematikan, seperti jantung, diabetes dan stroke.
Peneliti dari Baylor University, meneliti dua pola makanan utama manusia, yaitu pola diet tradisional dimana hanya mengonsumsi nasi, ikan, sayuran, buah, dan kentang.
Tak lupa, mereka juga meneliti orang yang gemar makan junk food, daging merah, makanan gorengan, mi instan dan minum soda.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan, orang yang gemar mengonsumsi makanan instan berisiko terserang obesitas yang tinggi dan memiliki kolesterol jahat.
Sementara orang yang diet tradisional, tidak menunjukkan adanya hubungan kardiometabolik dan risiko obesitas.
Penelitian tersebut juga menunjukkan, orang yang mengonsumsi mi instan dua kali per minggu, berisiko 68% lebih tinggi terkena sindrom metabolik.
Keadaan ini umumnya ditemui pada wanita. Bahkan, setelah disesuaikan dengan asupan natrium, estrogen dan lingkar pinggang, mengonsumsi mi instan seminggu sekali berisiko buruk sebesar 26%.
Menurut para peneliti, peningkatan risiko kemungkinan karena kalori tinggi, karbohidrat olahan, lemak jenuh, dan kandungan natrium yang ditemukan dalam mi instan. Meski demikian, risiko tersebut jarang menyerang pria. Pasalnya, hal ini disebabkan karena wanita rentan terserang penyakit karena pengaruh hormonal.
Seperti, bahan kimia Bisphenol A (BPA) yang terdapat dalam wadah styrofoam yang kerap digunakan untuk paket mi instan. Zat tersebut sangat memengaruhi sinyal hormon estrogen dalam tubuh para wanita.
(nfl)