Ada Replika Candi Borobudur di Vatikan
A
A
A
JAKARTA - Indonesia medapat perlakuan istimewa di Museum Etnologi di dalam benteng Vatican City, Vatikan. Di tempat bernama lengkap Museo Etnologico Musei Vaticani yang setiap tahun dikunjungi oleh rata-rata enam juta wisatawan tersebut, Galeri Kebudayaan Indonesia mendapat area terluas dibanding negara lainnya yakni sekitar 400 meter persegi.
Begitu memasuki area museum, para pengunjung langsung disambut patung primitif Suku Asmat dari Papua setinggi sekitar delapan meter, menjulang dari lantai hingga langit-langit. Sepanjang koridor sebelah kiri dialokasikan untuk Indonesia Permanent Exhibition Area. Area ini didominasi beragam hiasan dan atribut yang biasa dipakai dalam upacara adat di Bali.
Replika Candi Borobudur dari batu hitam yang detail, dengan ratusan stupa berdiri tegak simetris di keempat sisinya juga bisa ditemui di museum ini. Di balik dinding kaca, terpajang duplikat beberapa relief Borobudur dari cetakan batu berwarna cokelat mediterania. Relief itu sumbangan dari Pemerintah Belanda pada 1920.
Candi Borobodur adalah monumen Buddha terbesar di dunia. Dibangun pada masa Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra pada tahun 824. Candi Borobudur dibangun 300 tahun sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 400 tahun sebelum katedral-katedral agung di Eropa.
Di ujung Galeri Kebudayaan Indonesia, terdapat banner vertikal bertuliskan Wonderful Indonesia, Indonesia The Land of Harmony.
Menteri Pariwisata Arief Yahya sangat mengapresiasi perlakuan istimewa terhadap kekayaan budaya Indonesia di Museum Etnologi Vatikan. “Museum ini menarik karena berada di Vatikan, negara terkecil dengan 842 jiwa namun dikunjungi jutaan orang dari berbagai negara dengan berbagai agama dan latar belakang budaya yang berbeda,” ujar dia.
Di museum ini dipamerkan pula wayang kulit dengan sketsel atau pembatas ruangan ala Jawa. Tiga plong slintru (istilah tradisional Jawa dari sketsel itu) itu bergambar wayang Puntadewa, Gunungan dan Kresna. “Pemilihan model tokoh wayang ini sangat pas untuk dijadikan ikon pada ajang pameran dan diplomasi di Vatikan. Tak hanya kental dengan unsur budaya, semua ini juga kaya filosofi hubungan internasional,” papar Arief dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat (4/12/2015).
Di Galeri Kebudayaan Indonesia juga dihadirkan Alquran terkecil di dunia, yang ukurannya hanya sebesar dua tuts kibor komputer. Kitab suci ini jelas hanya bisa dibaca dengan kaca pembesar. Di kompartemen yang sama dipamerkan pula replika Rumah Gadang Minangkabau yang terbuat dari perak.
Menurut Arief, perlakuan istimewa ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki posisi terhormat di Vatikan. Dia berharap para pengunjung museum ini tertarik untuk datang berwisata ke Indonesia. “Kami berterima kasih diberi tempat yang luas, istimewa dan permanen di Museum Etnologi Vatikan. Ini potensi menarik wisatawan dalam jumlah signifikan bagi Indonesia,” pungkas dia.
Begitu memasuki area museum, para pengunjung langsung disambut patung primitif Suku Asmat dari Papua setinggi sekitar delapan meter, menjulang dari lantai hingga langit-langit. Sepanjang koridor sebelah kiri dialokasikan untuk Indonesia Permanent Exhibition Area. Area ini didominasi beragam hiasan dan atribut yang biasa dipakai dalam upacara adat di Bali.
Replika Candi Borobudur dari batu hitam yang detail, dengan ratusan stupa berdiri tegak simetris di keempat sisinya juga bisa ditemui di museum ini. Di balik dinding kaca, terpajang duplikat beberapa relief Borobudur dari cetakan batu berwarna cokelat mediterania. Relief itu sumbangan dari Pemerintah Belanda pada 1920.
Candi Borobodur adalah monumen Buddha terbesar di dunia. Dibangun pada masa Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra pada tahun 824. Candi Borobudur dibangun 300 tahun sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 400 tahun sebelum katedral-katedral agung di Eropa.
Di ujung Galeri Kebudayaan Indonesia, terdapat banner vertikal bertuliskan Wonderful Indonesia, Indonesia The Land of Harmony.
Menteri Pariwisata Arief Yahya sangat mengapresiasi perlakuan istimewa terhadap kekayaan budaya Indonesia di Museum Etnologi Vatikan. “Museum ini menarik karena berada di Vatikan, negara terkecil dengan 842 jiwa namun dikunjungi jutaan orang dari berbagai negara dengan berbagai agama dan latar belakang budaya yang berbeda,” ujar dia.
Di museum ini dipamerkan pula wayang kulit dengan sketsel atau pembatas ruangan ala Jawa. Tiga plong slintru (istilah tradisional Jawa dari sketsel itu) itu bergambar wayang Puntadewa, Gunungan dan Kresna. “Pemilihan model tokoh wayang ini sangat pas untuk dijadikan ikon pada ajang pameran dan diplomasi di Vatikan. Tak hanya kental dengan unsur budaya, semua ini juga kaya filosofi hubungan internasional,” papar Arief dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat (4/12/2015).
Di Galeri Kebudayaan Indonesia juga dihadirkan Alquran terkecil di dunia, yang ukurannya hanya sebesar dua tuts kibor komputer. Kitab suci ini jelas hanya bisa dibaca dengan kaca pembesar. Di kompartemen yang sama dipamerkan pula replika Rumah Gadang Minangkabau yang terbuat dari perak.
Menurut Arief, perlakuan istimewa ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki posisi terhormat di Vatikan. Dia berharap para pengunjung museum ini tertarik untuk datang berwisata ke Indonesia. “Kami berterima kasih diberi tempat yang luas, istimewa dan permanen di Museum Etnologi Vatikan. Ini potensi menarik wisatawan dalam jumlah signifikan bagi Indonesia,” pungkas dia.
(alv)