Semakin Lama Anda Tidur, Semakin Besar Risiko Stroke
A
A
A
NEW YORK - Anda mungkin tidak memiliki kontrol atas beberapa faktor risiko terkena stroke, seperti usia atau jenis kelamin, tetapi ada banyak faktor risiko itu yang dapat Anda ubah atau kontrol.
Sebuah studi menunjukkan bahwa, mendapatkan tujuh sampai delapan jam tidur malam dan berolahraga 30 sampai 60 menit, selama 3-6 kali dalam seminggu menurunkan risiko seseorang terkena stroke.
Peneliti menggunakan analisis komputerisasi kesehatan, gaya hidup, demografis dan faktor lain di antara 288.888 orang dewasa (77 persen berkulit putih dan hampir setengah dari responden berusia 45 tahun atau lebih tua) yang berpartisipasi dalam survei periode 2004-2013.
Mereka menganalisis dan meneliti bagaimana durasi tidur panjang, rata-rata dan singkat serta aktivitas fisik, seperti jalan kaki, berenang, bersepeda, berkebun dan lebih, yang dapat berdampak meningkatkan risiko stroke.
Para peneliti menemukan bahwa rata-rata responden tidur, yaitu yang melakoni tidur tujuh hingga delapan jam setiap malam, 25 persen lebih rendah kemungkinannya untuk mengalami stroke.
Sementara yang melakukan tidur panjang, yakni yang mendapat lebih dari delapan jam dalam semalam, 146 persen lebih mungkin untuk menderita stroke.
Para responden yang melakoni tidur lebih singkat, yang tidur kurang dari tujuh jam setiap malam, yang 22 persen lebih mungkin untuk risiko terkena stroke.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidur rata-rata (7-8 jam) dan aktivitas santai tapi kuat/intens (30-60 menit) tiga sampai enam kali per minggu secara signifikan menurunkan risiko stroke.
Analisis komputer yang bagus, hingga peralatan dan informasi kesehatan yang kompleks adalah alat penting untuk secara akurat menentukan risiko kesehatan pada populasi, menurut penulis.
Penelitian ini telah dipresentasikan pada American Stroke Association International Stroke Conference 2016 dan dilansir oleh situs The Times of India.
Sebuah studi menunjukkan bahwa, mendapatkan tujuh sampai delapan jam tidur malam dan berolahraga 30 sampai 60 menit, selama 3-6 kali dalam seminggu menurunkan risiko seseorang terkena stroke.
Peneliti menggunakan analisis komputerisasi kesehatan, gaya hidup, demografis dan faktor lain di antara 288.888 orang dewasa (77 persen berkulit putih dan hampir setengah dari responden berusia 45 tahun atau lebih tua) yang berpartisipasi dalam survei periode 2004-2013.
Mereka menganalisis dan meneliti bagaimana durasi tidur panjang, rata-rata dan singkat serta aktivitas fisik, seperti jalan kaki, berenang, bersepeda, berkebun dan lebih, yang dapat berdampak meningkatkan risiko stroke.
Para peneliti menemukan bahwa rata-rata responden tidur, yaitu yang melakoni tidur tujuh hingga delapan jam setiap malam, 25 persen lebih rendah kemungkinannya untuk mengalami stroke.
Sementara yang melakukan tidur panjang, yakni yang mendapat lebih dari delapan jam dalam semalam, 146 persen lebih mungkin untuk menderita stroke.
Para responden yang melakoni tidur lebih singkat, yang tidur kurang dari tujuh jam setiap malam, yang 22 persen lebih mungkin untuk risiko terkena stroke.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidur rata-rata (7-8 jam) dan aktivitas santai tapi kuat/intens (30-60 menit) tiga sampai enam kali per minggu secara signifikan menurunkan risiko stroke.
Analisis komputer yang bagus, hingga peralatan dan informasi kesehatan yang kompleks adalah alat penting untuk secara akurat menentukan risiko kesehatan pada populasi, menurut penulis.
Penelitian ini telah dipresentasikan pada American Stroke Association International Stroke Conference 2016 dan dilansir oleh situs The Times of India.
(sbn)