Kebanyakan Nonton Film Kartun Bikin Anak Sulit Konsentrasi

Rabu, 02 Maret 2016 - 12:30 WIB
Kebanyakan Nonton Film Kartun Bikin Anak Sulit Konsentrasi
Kebanyakan Nonton Film Kartun Bikin Anak Sulit Konsentrasi
A A A
JAKARTA - Banyak orang tua yang menilai, film kartun atau animasi merupakan tontonan yang pas untuk anak balita. Sayangnya, hal tersebut kurang tepat. Pasalnya, kini banyak film kartun yang mengandung kekerasan.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Washington, Seattle, Amerika Serikat mengungkapkan bahwa sering menonton televisi dan film kartun bisa berpengaruh buruk pada anak saat usianya mencapai periode sekolah.

Penelitian tersebut menemukan, anak usia balita yang kerap menonton televisi bisa mengalami kesulitan fokus dan berkonsentrasi saat mereka mulai bersekolah. Hal ini bisa meningkat hingga mencapai 10% ketika durasi menonton anak bertambah dari waktu yang dianjurkan.

Efek samping ini pun akan terlihat ketika mereka berusia tujuh tahun. Penelitian lainnya pun menyatakan, bahwa 80% anak yang menonton televisi sebanyak delapan jam per hari memiliki risiko sulit berkonsentrasi dibandingkan anak yang menonton kurang dari delapan jam, atau sama sekali tidak menonton televisi.

Selain itu, film kartun yang berjalan cepat dengan gambar warna-warni, dipercaya bisa merusak konsentrasi dan perilaku anak-anak. Beberapa hasil penelitian menunjukkan, bahwa anak empat tahun yang gemar menonton film kartun dengan konsep tersebut, tumbuh dengan kemampuan minim dalam memecahkan masalah.

Dilansir dari CNN, American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan para orangtua untuk mengawasi waktu menonton anak mereka. Idealnya, anak-anak menonton tidak lebih dari 1—2 jam setiap hari. Tidak hanya memperhatikan waktu, orangtua juga harus menyeleksi jenis film kartun yang ditonton si kecil.

"Efek jangka panjang yang permanen dari kebiasaan menonton televisi memang masih merupakan materi yang terus berkembang, tapi menurut penelitian ini, saya konfirmasi, menonton televisi dan film kartun terlalu lama dapat menjadimasalah utama anak," papar Director, Center for Child Health, Behaviour, and Development, University of Washington, Seattle, Amerika Serikat, Dr Dimitri Christakis.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6289 seconds (0.1#10.140)