Toksoplasma Pengaruhi Emosi Manusia, Apa dilarang Piara Kucing?
A
A
A
CHICAGO - Ilmuwan dari University of Chicago menemukan, bahwa parasit pada kucing bisa menyebabkan seseorang alami gangguan emosi atau rage disorder. Seperti diketahui, gangguan emosi membuat seseorang menjadi mudah marah.
Parasit tersebut adalah toxoplasma gondii atau toksoplasma. Parasit ini berada pada kucing, namun karena interaksi yang berlebih, toksoplasma bisa menular ke manusia. Akibatnya, makanan dan minuman mudah terkontaminasi.
Diperkirakan toksoplasma telah menginfeksi sekitar 30 persen populasi manusia di dunia. Dilansir dari Medical Daily, peneliti Dr Royce Lee, dari 358 responden, mereka yang terdiagnosa dengan parasit, berisiko dua kali lipat terkena gangguan emosi atau intermittent explosive disorder (IED).
"Tapi ini bukan berarti orang-orang harus membuang kucing peliharannya. Kami masih belum tau mekanisme apa yang terlibat di dalam hal ini. Bisa jadi ini karena peningkatan respons inflamasi di otak karena si parasit atau malah sebaliknya, orang yang agresif cenderung memelihara lebih banyak kucing atau mengonsumsi daging mentah," papar Lee.
Selain itu, parasit ini juga bisa memicu seseorang berprilaku abnormal. Pasalnya, toksoplasma terbukti bisa mengubah perilaku tikus yang terinfeksi menjadi tertarik pada kucing agar parasit bisa lompat inang.
"Kami masih belum tahu pasti apa yang dilakukan Toxoplasma gondii di otak meski beberapa studi kecil menunjukkan ia mampu memanipulasi kerja neuron. Jadi tergantung area otaknya, bukan tidak mungkin perubahan di otak itu bisa mendorong tendensi agresif inangnya," kata ahli saraf Patrick House dari Stanford University.
Parasit tersebut adalah toxoplasma gondii atau toksoplasma. Parasit ini berada pada kucing, namun karena interaksi yang berlebih, toksoplasma bisa menular ke manusia. Akibatnya, makanan dan minuman mudah terkontaminasi.
Diperkirakan toksoplasma telah menginfeksi sekitar 30 persen populasi manusia di dunia. Dilansir dari Medical Daily, peneliti Dr Royce Lee, dari 358 responden, mereka yang terdiagnosa dengan parasit, berisiko dua kali lipat terkena gangguan emosi atau intermittent explosive disorder (IED).
"Tapi ini bukan berarti orang-orang harus membuang kucing peliharannya. Kami masih belum tau mekanisme apa yang terlibat di dalam hal ini. Bisa jadi ini karena peningkatan respons inflamasi di otak karena si parasit atau malah sebaliknya, orang yang agresif cenderung memelihara lebih banyak kucing atau mengonsumsi daging mentah," papar Lee.
Selain itu, parasit ini juga bisa memicu seseorang berprilaku abnormal. Pasalnya, toksoplasma terbukti bisa mengubah perilaku tikus yang terinfeksi menjadi tertarik pada kucing agar parasit bisa lompat inang.
"Kami masih belum tahu pasti apa yang dilakukan Toxoplasma gondii di otak meski beberapa studi kecil menunjukkan ia mampu memanipulasi kerja neuron. Jadi tergantung area otaknya, bukan tidak mungkin perubahan di otak itu bisa mendorong tendensi agresif inangnya," kata ahli saraf Patrick House dari Stanford University.
(sbn)