Nutrisi Tepat jadi Kunci Kesehatan Pencernaan Tumbuh Kembang Anak
A
A
A
JAKARTA - Secara periodik dan terjadwal, Nutritalk kembali konsisten dengan mengadakan acara diskusi kesehatan.
Kali ini, diskusi kesehatan Nutritalk yang di gelar di Jakarta membahas mengenai peran saluran cerna bagi kesehatan dan optimalisasi tumbuh kembang anak, serta penanganan saluran cerna sensitif.
Diskusi tersebut menghadirkan pembicara ahli Dr. Badriul Hegar, Ph.D, SpA(K), Konsultan Gastrohepatologi Anak dan DR. Dr. Ahmad Suryawan, SpA(K), Konsultan Tumbuh Kembang Anak.
Sebagai bagian dari Danone ELN Indonesia, PT Sarihusada Generasi Mahardika (Sarihusada) secara rutin mengajak wartawan, blogger dan pemerhati kesehatan serta masyarakat umum untuk berdiskusi dan mengambil manfaat dari bincang kesehatan ini, dan Nutritalk kali ini mengambil tema ‘Dasar dan Pedoman Praktis Mengatasi Saluran Cerna Sensitif pada Anak’.
"Nutritalk adalah forum diskusi yang diselenggarakan untuk menyebarkan pengetahuan kesehatan anak kepada masyarakat luas. Hari ini masyarakat diajak untuk meningkatkan pengetahuannya tentang peran saluran cerna bagi optimalisasi tumbuh kembang dan langkah praktis untuk mengatasi saluran cerna sensitif,” ujar Arif Mujahidin, Head of Corporate Affairs Sarihusada dalam sambutannya di Jakarta, Kamis (28/4/2016).
Kesehatan saluran cerna adalah landasan kesehatan bagi setiap orang. Saluran cerna yang sehat akan mendukung optimalisasi tumbuh kembang anak. Saluran cerna rentan atau sensitif terhadap gangguan, sehingga rentan pula menyebabkan anak gagal tumbuh.
Saluran cerna memerlukan nutrisi yang tepat agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik dalam mencerna dan menyerap makanan, begitu juga sebagai pertahanan terhadap beberapa gangguan saluran cerna seperti diare dan konstipasi.
"Saluran cerna memiliki peran unik dan penting bagi kesehatan setiap anak, karena tidak hanya mencerna dan menyerap makanan tetapi juga sebagai pembatas antara ‘dunia luar’ dan ‘dunia dalam’ tubuh. Saluran cerna yang 40 persen selnya adalah jaringan limfoid yang merupakan sel sistem imun, maka perannya dalam mekanisme pertahanan tubuh secara keseluruhan menjadi sangat penting," ujar Dr. Badriul Hegar, Ph.D, SpA(K) dalam paparannya.
Menurutnya, bayi merupakan makhluk yang sangat rentan, karena secara fisiologi saluran cernanya belum matang sehingga perannya sebagai sistem imun (pertahanan tubuh) juga belum matang, dan sel sel pada permukaan usus yang telah matang, saling terikat satu dengan lainnya, sedangkan pada bayi sel sel tersebut masih dalam posisi renggang sehingga memudahkan kuman atau makanan yang sensitivitasnya tinggi masuk ke dalam tubuh bayi, yang dapat menimbulkan masalah pada kesehatan.
"Sekitar 70 hingga 80 persen sel imun dihasilkan oleh saluran cerna dan proses ini berkembang pesat pada satu tahun pertama kehidupan. Saluran cerna sehat diharapkan dapat menoleransi makanan yang masuk ke dalam tubuh anak dan meningkatkan proteksi terhadap kuman penyakit," katanya lebih lanjut.
Selain itu menurutnya, sekitar 30 persen anak memiliki saluran cerna yang rentan atau sensitif, mudah diare, mengalami konstipasi, atau menghasilkan gas berlebihan dan di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua mencapai 15 hingga 17 persen pada anak usia di bawah 5 tahun, sedangkan konstipasi kronis dialami oleh 12 persen anak.
Diare adalah kondisi dimana anak buang air besar (BAB) cair lebih dari tiga kali sehari. Keadaan ini dapat disebabkan oleh infeksi, seperti virus, bakteri, parasit, dan jamur, atau non-infeksi seperti alergi dan intoleransi makanan. Konstipasi adalah kondisi anak mengalami BAB dengan tinja keras dan frekuensi kurang dari 2 kali dalam seminggu.
Deteksi dini dan tata laksana akurat sangat diperlukan pada gangguan saluran cerna, agar kejadian berkepanjangan atau berulang. Diare dapat dicegah dengan memberikan ASI ekslusif, MPASI sesuai waktu dan kebutuhan bayi, menjaga kebersihan, dan imunisasi. Konstipasi dapat dicegah dengan memberikan cukup cairan dan serat yang cukup tidak berlebihan dan tidak kekurangan.
Saluran cerna yang sehat berarti dapat menjalankan fungsinya dengan optimal, tidak saja mencerna dan menyerap makanan, tetapi juga sebagai mekanisme pertahanan tubuh. Keberadaan mikroflora di dalam saluran cerna juga memegang peran penting terhadap kematangan sistem imun anak. Saluran cerna bayi yang mendapat ASI didominasi oleh bakteri baik yang keberadaannya memberikan keuntungan bagi kesehatan saluran cerna. Oleh karena itu, pemberian ASI eksklusif 6 bulan menjadi sangat penting, papar Dr. Badriul Hegar.
“Pencernaan yang sehat di masa awal kehidupan adalah landasan untuk tumbuh kembang optimal serta membangun tingkat kesehatan tubuh dan mental secara keseluruhan pada usia dewasa,” ujar Dr. Badriul Hegar.
Sementara DR. Dr. Ahmad Suryawan, SpA(K) dalam pemaparannya menyatakan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan window of opportunity tidak hanya untuk perkembangan pencernaan yang sehat saja tetapi juga merupakan masa kritis untuk perkembangan otak anak.
Sehingga bila terdapat gangguan pencernaan pada periode tersebut akan berisiko tinggi berdampak pada pertumbuhan anak dari sisi berat dan tinggi badan, BMI, dan lingkar kepala, maupun perkembangan anak dari sisi penglihatan/pendengaran, motorik, bicara-bahasa, dan personal sosial-emosi.
"Anak dengan tumbuh kembang optimal akan menjalani kualitas hidup yang baik termasuk dari sisi perilaku-sosial maupun prestasi akademis. Pada masa ini, pemberian nutrisi yang tepat dapat menyehatkan pencernaan sehingga tumbuh kembang anak dapat optimal,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan, serat bermanfaat untuk menjaga konsistensi tinja, pergerakan usus, dan meningkatkan produksi SCFA (short chain fatty acid) sebagai sumber nutrisi sel usus besar dan stimulasi pertumbuhan mikroflora baik, sehingga meningkatkan peran proteksi terhadap infeksi. Zinc adalah mineral yang berperan dalam proses regenerasi sel mukosa usus. Glutamin sebagai sumber energi untuk saluran cerna, mempertahankan integritas mukosa, dan translokasi bakteri.
“Pencernaan sensitif dapat berimplikasi tidak saja berupa gagal tumbuh pada anak, tapi juga berupa gangguan perkembangan emosi, perilaku, dan kecerdasan anak jangka panjang. Hal tersebut merupakan salah satu implikasi dari hubungan emosional antara anak dengan orang karena peningkatan stres pada anak akibat tidak bisa makan, yang sangat mungkin diperberat dengan adanya dampak ekonomi keluarga akibat kebutuhan tinggi terhadap biaya obat kunjungan berulang ke tenaga medis, serta berkurangnya produktivitas orang tua. Karenanya pencernaan sensitif memerlukan penanganan yang tepat,” tambah Dr. Ahmad Suryawan.
Pada Nutritalk kali ini juga diperkenalkan pedoman praktis untuk mendeteksi kesehatan saluran pencernaan melalui pengamatan terhadap pola BAB anak pada usia 0 – 3 tahun, meliputi pengamatan terhadap frekuensi BAB, warna faeces (tinja), serta konsistensi.
Kali ini, diskusi kesehatan Nutritalk yang di gelar di Jakarta membahas mengenai peran saluran cerna bagi kesehatan dan optimalisasi tumbuh kembang anak, serta penanganan saluran cerna sensitif.
Diskusi tersebut menghadirkan pembicara ahli Dr. Badriul Hegar, Ph.D, SpA(K), Konsultan Gastrohepatologi Anak dan DR. Dr. Ahmad Suryawan, SpA(K), Konsultan Tumbuh Kembang Anak.
Sebagai bagian dari Danone ELN Indonesia, PT Sarihusada Generasi Mahardika (Sarihusada) secara rutin mengajak wartawan, blogger dan pemerhati kesehatan serta masyarakat umum untuk berdiskusi dan mengambil manfaat dari bincang kesehatan ini, dan Nutritalk kali ini mengambil tema ‘Dasar dan Pedoman Praktis Mengatasi Saluran Cerna Sensitif pada Anak’.
"Nutritalk adalah forum diskusi yang diselenggarakan untuk menyebarkan pengetahuan kesehatan anak kepada masyarakat luas. Hari ini masyarakat diajak untuk meningkatkan pengetahuannya tentang peran saluran cerna bagi optimalisasi tumbuh kembang dan langkah praktis untuk mengatasi saluran cerna sensitif,” ujar Arif Mujahidin, Head of Corporate Affairs Sarihusada dalam sambutannya di Jakarta, Kamis (28/4/2016).
Kesehatan saluran cerna adalah landasan kesehatan bagi setiap orang. Saluran cerna yang sehat akan mendukung optimalisasi tumbuh kembang anak. Saluran cerna rentan atau sensitif terhadap gangguan, sehingga rentan pula menyebabkan anak gagal tumbuh.
Saluran cerna memerlukan nutrisi yang tepat agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik dalam mencerna dan menyerap makanan, begitu juga sebagai pertahanan terhadap beberapa gangguan saluran cerna seperti diare dan konstipasi.
"Saluran cerna memiliki peran unik dan penting bagi kesehatan setiap anak, karena tidak hanya mencerna dan menyerap makanan tetapi juga sebagai pembatas antara ‘dunia luar’ dan ‘dunia dalam’ tubuh. Saluran cerna yang 40 persen selnya adalah jaringan limfoid yang merupakan sel sistem imun, maka perannya dalam mekanisme pertahanan tubuh secara keseluruhan menjadi sangat penting," ujar Dr. Badriul Hegar, Ph.D, SpA(K) dalam paparannya.
Menurutnya, bayi merupakan makhluk yang sangat rentan, karena secara fisiologi saluran cernanya belum matang sehingga perannya sebagai sistem imun (pertahanan tubuh) juga belum matang, dan sel sel pada permukaan usus yang telah matang, saling terikat satu dengan lainnya, sedangkan pada bayi sel sel tersebut masih dalam posisi renggang sehingga memudahkan kuman atau makanan yang sensitivitasnya tinggi masuk ke dalam tubuh bayi, yang dapat menimbulkan masalah pada kesehatan.
"Sekitar 70 hingga 80 persen sel imun dihasilkan oleh saluran cerna dan proses ini berkembang pesat pada satu tahun pertama kehidupan. Saluran cerna sehat diharapkan dapat menoleransi makanan yang masuk ke dalam tubuh anak dan meningkatkan proteksi terhadap kuman penyakit," katanya lebih lanjut.
Selain itu menurutnya, sekitar 30 persen anak memiliki saluran cerna yang rentan atau sensitif, mudah diare, mengalami konstipasi, atau menghasilkan gas berlebihan dan di Indonesia, diare merupakan penyebab kematian nomor dua mencapai 15 hingga 17 persen pada anak usia di bawah 5 tahun, sedangkan konstipasi kronis dialami oleh 12 persen anak.
Diare adalah kondisi dimana anak buang air besar (BAB) cair lebih dari tiga kali sehari. Keadaan ini dapat disebabkan oleh infeksi, seperti virus, bakteri, parasit, dan jamur, atau non-infeksi seperti alergi dan intoleransi makanan. Konstipasi adalah kondisi anak mengalami BAB dengan tinja keras dan frekuensi kurang dari 2 kali dalam seminggu.
Deteksi dini dan tata laksana akurat sangat diperlukan pada gangguan saluran cerna, agar kejadian berkepanjangan atau berulang. Diare dapat dicegah dengan memberikan ASI ekslusif, MPASI sesuai waktu dan kebutuhan bayi, menjaga kebersihan, dan imunisasi. Konstipasi dapat dicegah dengan memberikan cukup cairan dan serat yang cukup tidak berlebihan dan tidak kekurangan.
Saluran cerna yang sehat berarti dapat menjalankan fungsinya dengan optimal, tidak saja mencerna dan menyerap makanan, tetapi juga sebagai mekanisme pertahanan tubuh. Keberadaan mikroflora di dalam saluran cerna juga memegang peran penting terhadap kematangan sistem imun anak. Saluran cerna bayi yang mendapat ASI didominasi oleh bakteri baik yang keberadaannya memberikan keuntungan bagi kesehatan saluran cerna. Oleh karena itu, pemberian ASI eksklusif 6 bulan menjadi sangat penting, papar Dr. Badriul Hegar.
“Pencernaan yang sehat di masa awal kehidupan adalah landasan untuk tumbuh kembang optimal serta membangun tingkat kesehatan tubuh dan mental secara keseluruhan pada usia dewasa,” ujar Dr. Badriul Hegar.
Sementara DR. Dr. Ahmad Suryawan, SpA(K) dalam pemaparannya menyatakan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan merupakan window of opportunity tidak hanya untuk perkembangan pencernaan yang sehat saja tetapi juga merupakan masa kritis untuk perkembangan otak anak.
Sehingga bila terdapat gangguan pencernaan pada periode tersebut akan berisiko tinggi berdampak pada pertumbuhan anak dari sisi berat dan tinggi badan, BMI, dan lingkar kepala, maupun perkembangan anak dari sisi penglihatan/pendengaran, motorik, bicara-bahasa, dan personal sosial-emosi.
"Anak dengan tumbuh kembang optimal akan menjalani kualitas hidup yang baik termasuk dari sisi perilaku-sosial maupun prestasi akademis. Pada masa ini, pemberian nutrisi yang tepat dapat menyehatkan pencernaan sehingga tumbuh kembang anak dapat optimal,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan, serat bermanfaat untuk menjaga konsistensi tinja, pergerakan usus, dan meningkatkan produksi SCFA (short chain fatty acid) sebagai sumber nutrisi sel usus besar dan stimulasi pertumbuhan mikroflora baik, sehingga meningkatkan peran proteksi terhadap infeksi. Zinc adalah mineral yang berperan dalam proses regenerasi sel mukosa usus. Glutamin sebagai sumber energi untuk saluran cerna, mempertahankan integritas mukosa, dan translokasi bakteri.
“Pencernaan sensitif dapat berimplikasi tidak saja berupa gagal tumbuh pada anak, tapi juga berupa gangguan perkembangan emosi, perilaku, dan kecerdasan anak jangka panjang. Hal tersebut merupakan salah satu implikasi dari hubungan emosional antara anak dengan orang karena peningkatan stres pada anak akibat tidak bisa makan, yang sangat mungkin diperberat dengan adanya dampak ekonomi keluarga akibat kebutuhan tinggi terhadap biaya obat kunjungan berulang ke tenaga medis, serta berkurangnya produktivitas orang tua. Karenanya pencernaan sensitif memerlukan penanganan yang tepat,” tambah Dr. Ahmad Suryawan.
Pada Nutritalk kali ini juga diperkenalkan pedoman praktis untuk mendeteksi kesehatan saluran pencernaan melalui pengamatan terhadap pola BAB anak pada usia 0 – 3 tahun, meliputi pengamatan terhadap frekuensi BAB, warna faeces (tinja), serta konsistensi.
(sbn)