Hipertensi Masih Dianggap Hal yang Sepele
A
A
A
JAKARTA - Petugas Teknis Penyakit Tidak Menular Badan Kesehatan Dunia (WHO), dr Sharad Adhikary mengungkapkan, kesadaran masyarakat akan penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi masih rendah. Bahkan, tak jarang penyakit ini dinilai sebagai hal yang spele.
Padahal, jika dibiarkan, hipertensi bisa memicu penyakit kardiovaskuler, stroke, gagal ginjal, diabetes dan gangguan penglihatan. Menurut Sharad, ada beberapa hal yang menyebabkan penyakit hipertensi dianggap spele.
"Orang-orang punya kesalah pahaman menganggap 'kalau saya minum obat penyakit akan terkendali'. Ya ini memang benar kalau kita hipertensi lalu minum obat teratur kita bisa hidup normal, tapi masalahnya saat itu tanda komplikasi serius umumnya sudah muncul," papar Shared di kantor Direktorat Jenderal P2PL Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, Senin (16/5/2016).
Sedangkan, alasan kedua adalah karena hipertensi tidak langsung menunjukkan adanya gejala atau masalah yang serius. Akibatnya, penyakit ini dinilai masyarakat awam sebagai masalah yang tidak serius.
"Mereka berpikir 'Ah, ini bukan masalah saya saja, ada banyak orang yang memilikinya dan mungkin juga karena saya sudah tua'. Jadi ini dianggap sebagai sesuatu yang normal. Kita harus mengubah cara berpikir seperti ini," kata dia.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi nasional untuk hipertensi sekitar 25,8%. Jumlah tersebut di dominasi oleh penduduk berusia 18 tahun.
Sementara, WHO mencatat, bahwa penderita hipertensi di dunia pada tahun 2011 tercatat sebesar 1 miliar. Sebanyak 8 juta orang pun meninggal setiap tahunnya karena penyakit ini. 1,5 juta di antaranya berasal dari negara-negara di Asia Tenggara.
Padahal, jika dibiarkan, hipertensi bisa memicu penyakit kardiovaskuler, stroke, gagal ginjal, diabetes dan gangguan penglihatan. Menurut Sharad, ada beberapa hal yang menyebabkan penyakit hipertensi dianggap spele.
"Orang-orang punya kesalah pahaman menganggap 'kalau saya minum obat penyakit akan terkendali'. Ya ini memang benar kalau kita hipertensi lalu minum obat teratur kita bisa hidup normal, tapi masalahnya saat itu tanda komplikasi serius umumnya sudah muncul," papar Shared di kantor Direktorat Jenderal P2PL Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, Senin (16/5/2016).
Sedangkan, alasan kedua adalah karena hipertensi tidak langsung menunjukkan adanya gejala atau masalah yang serius. Akibatnya, penyakit ini dinilai masyarakat awam sebagai masalah yang tidak serius.
"Mereka berpikir 'Ah, ini bukan masalah saya saja, ada banyak orang yang memilikinya dan mungkin juga karena saya sudah tua'. Jadi ini dianggap sebagai sesuatu yang normal. Kita harus mengubah cara berpikir seperti ini," kata dia.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi nasional untuk hipertensi sekitar 25,8%. Jumlah tersebut di dominasi oleh penduduk berusia 18 tahun.
Sementara, WHO mencatat, bahwa penderita hipertensi di dunia pada tahun 2011 tercatat sebesar 1 miliar. Sebanyak 8 juta orang pun meninggal setiap tahunnya karena penyakit ini. 1,5 juta di antaranya berasal dari negara-negara di Asia Tenggara.
(alv)