Awas! Baju Baru Banyak Kutu
A
A
A
NEW YORK - Sebuah penelitian mengungkapkan, baju baru bisa menyebabkan timbulnya dampak negatif pada kulit. Hal ini disebabkan oleh penggunaan bahan kimia beracun dalam pengolahan baju yang memicu timbulnya alergi dan adanya kutu.
Dilansir dari Woman's Day, pakar manufaktur dan pengajar di Garment Industri 411, Lana Hogue mengatakan, baju baru harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.
"Segala hal yang kontak langsung dengan kulit dan bisa terpapar keringat, harus dibersihkan dan dicuci dulu sebelum dikenakan,” papar Hogue.
Meski baju tidak terpapar bakteri, namun bahan kimia yang digunakan dalam membuat baju bisa memicu dampak negatif, khususnya pada kulit. Beberapa dampak yang akan ditimbulkan diantara ruam merah, gatal-gatal, kulit radang dan panu.
“Sebagian besar bahan kimia yang digunakan dalam pewarnaan atau pencelupan kain, dan diakhiri dengan penjahitan benang yang diproses dengan peralatan berputar bisa meninggalkan bahan kimia yang rental melukai kulit,” jelasnya.
Lanjut Hogue menjelaskan, setiap busana yang dibuat menggunakan banyak bahan kimia. Mulai dari pelembab, anti jamur hingga cairan kimia yang membuat kain tidak licin ketika dijahit.
“Umumnya tekstil yang dibuat di lingkungan komersial menciptakan hasil tekstil yang telah terekspos dengan pelembab. Kemudian, untuk mencegah tumbuh jamur, bahan kain pun disemprotkan dengan anti-jamur dan cairan kimia untuk membuat kain tidak licin ketika dijahit,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh profesor dermatologi di Columbia University Medical Center, New York, AS, Donald Belsito. Menurutnya, proses pembuatan baju memang rentan terekspos bakteri. Mulai dari pabrik, fase penjahitan, hingga sampai di kamar ganti. Sementara, sumber penyakit kulit yang bisa ditemukan pada baju baru diantaranya, kutu, bakteri dan jamur.
“Aku sering memiliki pasien yang memiliki kutu yang didapat dari pertukaran baju baru di ruang ganti. Selain itu, ada sejumlah virus menular yang berpeluang berpindah-pindah dari baju baru,” ujar Belsito.
Dilansir dari Woman's Day, pakar manufaktur dan pengajar di Garment Industri 411, Lana Hogue mengatakan, baju baru harus dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan.
"Segala hal yang kontak langsung dengan kulit dan bisa terpapar keringat, harus dibersihkan dan dicuci dulu sebelum dikenakan,” papar Hogue.
Meski baju tidak terpapar bakteri, namun bahan kimia yang digunakan dalam membuat baju bisa memicu dampak negatif, khususnya pada kulit. Beberapa dampak yang akan ditimbulkan diantara ruam merah, gatal-gatal, kulit radang dan panu.
“Sebagian besar bahan kimia yang digunakan dalam pewarnaan atau pencelupan kain, dan diakhiri dengan penjahitan benang yang diproses dengan peralatan berputar bisa meninggalkan bahan kimia yang rental melukai kulit,” jelasnya.
Lanjut Hogue menjelaskan, setiap busana yang dibuat menggunakan banyak bahan kimia. Mulai dari pelembab, anti jamur hingga cairan kimia yang membuat kain tidak licin ketika dijahit.
“Umumnya tekstil yang dibuat di lingkungan komersial menciptakan hasil tekstil yang telah terekspos dengan pelembab. Kemudian, untuk mencegah tumbuh jamur, bahan kain pun disemprotkan dengan anti-jamur dan cairan kimia untuk membuat kain tidak licin ketika dijahit,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh profesor dermatologi di Columbia University Medical Center, New York, AS, Donald Belsito. Menurutnya, proses pembuatan baju memang rentan terekspos bakteri. Mulai dari pabrik, fase penjahitan, hingga sampai di kamar ganti. Sementara, sumber penyakit kulit yang bisa ditemukan pada baju baru diantaranya, kutu, bakteri dan jamur.
“Aku sering memiliki pasien yang memiliki kutu yang didapat dari pertukaran baju baru di ruang ganti. Selain itu, ada sejumlah virus menular yang berpeluang berpindah-pindah dari baju baru,” ujar Belsito.
(nfl)