Tenun Bintan Diperagakan Model Nasional Desainer Wignyo Rahardi
A
A
A
BINTAN - Kain tenun karya tangan-tangan tukang tenun tradisional bukan mesin, melainkan ibu-ibu rumah tangga Kampung Bugis, Tanjunguban Utara, Bintan Utara, diperagakan 12 modeling nasional dan lokal. Di bawah bendera Tenun Gaya pimpinan desainer nasional Wignyo Rahadi, atau yang dikenal desainer tenun SBY peragaan itu diselenggarakan di Gedung Lembaga Adat Melayu Bintan, Kijang, Bintan Timur, Rabu (14/9/2016).
Wignyo disebut desainer tenun SBY, dikarenakan semasa Susilo Bambang Yudhoyono menjabat presiden, SBY dan seluruh keluarga mempercayakan pakaiannya diproduksi desainer terkemuka tersebut.
Kain tenun karya Bintan tak kalah dengan tenun produksi tangan dari daerah manapun, karena syarat dengan warna-warna dan detailnya. Karya buatan tangan yang sarat inovasi terbalut unsur tradisi yang kental, terkesan etnik melayu tetapi dipadukan dengan sentuhan modern yang cantik.
Menenun adalah teknik pembuatan kain dengan menggabungkan benang secara memanjang dengan melintang, mengawinkan helai-helai benang menjadi selembar kain yang bermotif dan sarat unsur kreatifitas serta penuh makna tradisi.
Motif-motif tradisional yang dipakai diantaranya teknik kreasi sulam benang putus, teknik tenun salur bintik atau full bintik, teknik songket, teknik pewarnaan batik, teknik pewarnaan ikat, dan sebagainya.
Usai peragaan, Wignyo mengatakan, kain tenun Bintan sangat menarik dan mesti dikembangkan agar dikenal di tingkat nasional, bahkan ke tingkat internasional dengan cara digabungkan dengan promosi pariwisata di Lagoi, Trikora, maupun Penyengat.
"Promosinya dipadukan dengan pariwisata yang sudah mendunia saat ini, khususnya Lagoi dan Trikora," kata Wignyo.
Direktur PT Mitra Investindo (Miti) Tbk, Diah Pertiwi Gandhi, selaku penggagas dan donatur pelatihan tenun kepada sepuluh ibu rumah tangga Kampung Bugis, yang hasil tenunannya diperagakan para model mengatakan, peragaan busana tenun ini menandai penutupan pelatihan yang dimulai bulan Desember 2015, sampai Juli lalu.
"Pelatihan tenun yang dilaksanakan PT Miti ini merupakan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat," kata Diah.
Ketrampilan yang diperoleh ibu-ibu rumah tangga, lanjutnya, merupakan stimulus untuk terapainya kemandirian dan meningkatkan ekonomi keluarga. Selain pelatihan tenun, PT Miti juga memberikan beasiswa kepada 106 mahasiswa selama dua tahun.
"Juga memberikan bantuan perlengkapan Gedung LAM Bintan. Semoga bantuan yang kami berikan berguna," ungkapnya.
Bupati Bintan Apri Sujadi mengatakan, Corporate Sosial Responsibility (CSR) yang diberikan PT Miti sangat mendidik masyarakat. Dikarenakan bukan hanya berupa uang tunai atau barang yang habis dipakai. Namun memberikan pelatihan dan peralatan produksi untuk meningkatkan kesejahteraan.
"Mestinya perusahaan-perusahaan dalam memberikan CSR berupa kail, bukan berupa ikan. Artinya beri masyarakat ketrampilan untuk berproduksi, agar menghasilkan terus menerus," kata Apri.
Tenun hasil tangan warga Bintan, katanya, akan mampu menerobos pasar internasional apabila pemasarannya dipadukan dengan pariwisata, sebagaimana di Bali.
Wignyo disebut desainer tenun SBY, dikarenakan semasa Susilo Bambang Yudhoyono menjabat presiden, SBY dan seluruh keluarga mempercayakan pakaiannya diproduksi desainer terkemuka tersebut.
Kain tenun karya Bintan tak kalah dengan tenun produksi tangan dari daerah manapun, karena syarat dengan warna-warna dan detailnya. Karya buatan tangan yang sarat inovasi terbalut unsur tradisi yang kental, terkesan etnik melayu tetapi dipadukan dengan sentuhan modern yang cantik.
Menenun adalah teknik pembuatan kain dengan menggabungkan benang secara memanjang dengan melintang, mengawinkan helai-helai benang menjadi selembar kain yang bermotif dan sarat unsur kreatifitas serta penuh makna tradisi.
Motif-motif tradisional yang dipakai diantaranya teknik kreasi sulam benang putus, teknik tenun salur bintik atau full bintik, teknik songket, teknik pewarnaan batik, teknik pewarnaan ikat, dan sebagainya.
Usai peragaan, Wignyo mengatakan, kain tenun Bintan sangat menarik dan mesti dikembangkan agar dikenal di tingkat nasional, bahkan ke tingkat internasional dengan cara digabungkan dengan promosi pariwisata di Lagoi, Trikora, maupun Penyengat.
"Promosinya dipadukan dengan pariwisata yang sudah mendunia saat ini, khususnya Lagoi dan Trikora," kata Wignyo.
Direktur PT Mitra Investindo (Miti) Tbk, Diah Pertiwi Gandhi, selaku penggagas dan donatur pelatihan tenun kepada sepuluh ibu rumah tangga Kampung Bugis, yang hasil tenunannya diperagakan para model mengatakan, peragaan busana tenun ini menandai penutupan pelatihan yang dimulai bulan Desember 2015, sampai Juli lalu.
"Pelatihan tenun yang dilaksanakan PT Miti ini merupakan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat," kata Diah.
Ketrampilan yang diperoleh ibu-ibu rumah tangga, lanjutnya, merupakan stimulus untuk terapainya kemandirian dan meningkatkan ekonomi keluarga. Selain pelatihan tenun, PT Miti juga memberikan beasiswa kepada 106 mahasiswa selama dua tahun.
"Juga memberikan bantuan perlengkapan Gedung LAM Bintan. Semoga bantuan yang kami berikan berguna," ungkapnya.
Bupati Bintan Apri Sujadi mengatakan, Corporate Sosial Responsibility (CSR) yang diberikan PT Miti sangat mendidik masyarakat. Dikarenakan bukan hanya berupa uang tunai atau barang yang habis dipakai. Namun memberikan pelatihan dan peralatan produksi untuk meningkatkan kesejahteraan.
"Mestinya perusahaan-perusahaan dalam memberikan CSR berupa kail, bukan berupa ikan. Artinya beri masyarakat ketrampilan untuk berproduksi, agar menghasilkan terus menerus," kata Apri.
Tenun hasil tangan warga Bintan, katanya, akan mampu menerobos pasar internasional apabila pemasarannya dipadukan dengan pariwisata, sebagaimana di Bali.
(nfl)