Awas! Osteoporosis Ancam Wanita Usia Produktif
A
A
A
JAKARTA - Jika ada yang beranggapan osteoporosis sebagai penyakit orang tua, itu salah besar. Tidak sepenuhnya anggapan tersebut benar. Malah sekarang ini ancaman penyakit tersebut ada di diri wanita usia produktif.
Lebih jauh ahli Rehabilitasi Medik FKUI. dr. Siti Annisa Nuhonni, SpRM, menjelaskan osteoporosis adalah penyakit memburuknya kepadatan tulang lebih cepat dari yang secara alami direstrukturisasi tubuh. Akibatnya, tulang menjadi tipis, rapuh dan mudah patah.
Dengan gaya hidup yang dilakukan para wanita usia muda masa kini, semakin memicu meningkatnya gejala osteoporosis. Seperti, kurangnya kualitas asupan vitamin D dan kalsium yang ideal, kurang berolahraga atau aktivitas fisik lainnya, sampai masalah hormon (estrogen) pada wanita.
Umumnya puncak kepadatan massa tulang tercapai pada usia 25-35 tahun. Laiknya kanker payudara dan kanker ovarium yang kerap terjadi pada wanita, osteoporosis juga memiliki risiko sama besar. Mungkin bisa lebih mengerikan. Pasalnya, osteoporosis tidak memiliki tanda atau memperlihatkan gejala khusus, sehingga dikategorikan sebagai silent disease atau seperti ‘musuh dalam selimut’.
Ketika ada tulang yang retak atau patah baru mulai terasa nyeri. Biasanya bagian tulang yang sering patah adalah pada bagian tulang belakang utamanya area depan tulang punggung, tulang pangkal paha, dan tulang radius/pengumpil (bagian tangan).
Lalu bagaimana cara mudah mencegah osteoporosis? Penyakit ini memang tidak dapat disembuhkan, tapi bisa dikontrol untuk memperlambat kehilangan massa tulang dan meningkatkan kepadatan tulang untuk mencegah keretakan tulang dan mengurangi rasa sakit.
Beberapa langkah sederhana yang mudah dilakukan:
Sumber vitamin D dapat diperoleh dari ikan salmon, mackerel, minyak ikan, susu, keju, telur, margarin. Konsumsi juga kacang-kacangan, tahu, tempe, dan sayuran hijau sebagai sumber kalsium. (Mom&Kiddie/MDR)
Lebih jauh ahli Rehabilitasi Medik FKUI. dr. Siti Annisa Nuhonni, SpRM, menjelaskan osteoporosis adalah penyakit memburuknya kepadatan tulang lebih cepat dari yang secara alami direstrukturisasi tubuh. Akibatnya, tulang menjadi tipis, rapuh dan mudah patah.
Dengan gaya hidup yang dilakukan para wanita usia muda masa kini, semakin memicu meningkatnya gejala osteoporosis. Seperti, kurangnya kualitas asupan vitamin D dan kalsium yang ideal, kurang berolahraga atau aktivitas fisik lainnya, sampai masalah hormon (estrogen) pada wanita.
Umumnya puncak kepadatan massa tulang tercapai pada usia 25-35 tahun. Laiknya kanker payudara dan kanker ovarium yang kerap terjadi pada wanita, osteoporosis juga memiliki risiko sama besar. Mungkin bisa lebih mengerikan. Pasalnya, osteoporosis tidak memiliki tanda atau memperlihatkan gejala khusus, sehingga dikategorikan sebagai silent disease atau seperti ‘musuh dalam selimut’.
Ketika ada tulang yang retak atau patah baru mulai terasa nyeri. Biasanya bagian tulang yang sering patah adalah pada bagian tulang belakang utamanya area depan tulang punggung, tulang pangkal paha, dan tulang radius/pengumpil (bagian tangan).
Lalu bagaimana cara mudah mencegah osteoporosis? Penyakit ini memang tidak dapat disembuhkan, tapi bisa dikontrol untuk memperlambat kehilangan massa tulang dan meningkatkan kepadatan tulang untuk mencegah keretakan tulang dan mengurangi rasa sakit.
Beberapa langkah sederhana yang mudah dilakukan:
- Terapkan pola makan sehat dan gizi seimbang.
- Biasakan minum susu secara teratur untuk menjaga agar tulang tetap padat.
- Hindari duduk terlalu lama saat mengerjakan suatu pekerjaan. Jika tidak sempat berolahraga, lakukan aktivitas ringan seperti stretching atau jalan di tempat untuk meregangkan otot-otot.
- Sempatkanlah untuk berolahraga walaupun cuma sebentar atau perbanyak aktivitas fisik lainnya seperti berjalan kaki.
- Biasakan terpapar sinar matahari pagi untuk mempermudah penyerapan kalsium dalam tubuh.
- Waspadai beberapa faktor yang memberikan efek negatif terhadap tulang diantaranya berat badan kurang (terlalu kurus), gangguan pola makan, penurunan berat badan yang salah (fad diet), dan gangguan penyerapan laktosa.
- Kurangi kebiasaan buruk seperti merokok, konsumsi garam berlebih, mengonsumsi kopi, alkohol, serta minuman bersoda.
- Makanan atau snack yang menggunakan tambahan bubuk susu, misal, puding, skotel, dan sebagainya.
- Sup krim dengan tambahan susu.Tambahan susu pada minuman coklat.
- Makanan penutup dari produk susu seperti es krim, yogurt, kue-kue.
- Tambahan yoghurt pada buah-buahan yang dikonsumsi.
Sumber vitamin D dapat diperoleh dari ikan salmon, mackerel, minyak ikan, susu, keju, telur, margarin. Konsumsi juga kacang-kacangan, tahu, tempe, dan sayuran hijau sebagai sumber kalsium. (Mom&Kiddie/MDR)
(bbk)