Hubungan Pasutri Membosankan? Mungkin ini Penyebabnya
A
A
A
Bulan madu, rasanya menjadi kewajiban bagi pasangan yang baru saja menikah. Masa indah itu rasanya tak rela dilepaskan begitu saja.
Sayangnya, tidak sedikit pasutri yang memasuki usia perkawinan menginjak 8-10 tahun menemui kejenuhan dan membosankan. Ternyata kondisi tersebut jika tak segera diatasi bisa membahayakan.
Sejauh ini memang belum ada referensi penelitian yang menentukan kapan usia pernikahan bisa mengalami kebosanan, namun bisa saja hal itu terjadi pada rumah tangga Anda. Mau tahu penyebabnya, Agustina, M.Psi, Psikolog, seperti dikutip Tabloid GENIE :
1. Perbedaan Usia
Perbedaan usia antarpasangan menjadi salah satu penyebab hubungan pernikahan menjadi membosankan. Hal karena adanya perbedaan aktivitas atau kegemaran yang dilakukan pasangan. Misal, usia istri jauh lebih muda dengan suami. Bisa saja si istri masih memiliki kesibukan bersosialisasi dengan teman-temannya, sedangkan suami menganggap, urusan gaul sudah lewat masanya.
Solusi: Kunci paling penting dalam perbedaan usia pasangan ialah toleransi. Dengan toleransi, kegiatan yang dilakukan pasangan tidak dijadikan pemicu timbulnya konflik.
2. Kesibukan Pasangan
Pasutri memiliki kesibukan yang berbeda. Misalnya suami terlalu sibuk bekerja dan istri sibuk dengan aktivitasnya di rumah maupun urusan pekerjaan juga (wanita karier). Apalagi bila keduanya ‘tenggelam’ dengan aktivitas masing-masing, bahkan saat libur pun masih sibuk mengurus hal lain.
Solusi: Walaupun suami bekerja di kantor hingga larut malam atau sampai tengah malam baru tiba di rumah, sebaiknya istri bersedia menunggu suami. Atau mungkin ketika suami harus bekerja hinga larut malam, istri bisa mendatangi suami untuk mengajaknya makan bersama.
3. Kehadiran anak
Jangan salah kaprah dengan menyalahkan keberadaan anak sebagai penyebab kebosanan. Namun lebih disebabkan pasangan lebih fokus untuk mengurus anak atau aktivitas dan rutinitas lebih banyak dilakukan untuk anak. Ini menyebabkan kurang waktu untuk menjalani hubungan berdua.
Solusi: Meskipun pasangan sibuk mengurusi anak, kita juga harus memerhatikan kebutuhan pasangan, baik itu ke istri atau suami. Sebaiknya pasangan lebih memperhatikan hal-hal kecil dari pasangannya. Urusan ulang tahun, misalnya. Terkadang ketika istri atau suami akan berulang tahun, bisa jadi Anda baru teringat saat hari H-nya. Padahal perhatian kecil dari pasangan bisa mengurangi kebosanan berumah tangga.
4. Masalah Hubungan Intim
Ini akan memengaruhi rasa bosan dalam hubungan suami istri. Karena suami atau istri yang terlalu lelah dengan aktivitas hariannya maka hubungan intim pun menjadi monoton atau tidak memiliki variasi. Dampaknya, bukan hanya pada masalah seksual saja tetapi juga keharmonisan rumah tangga.
Solusi: Sebaiknya pasangan bisa melakukan hubungan intim dengan berbagai variasi. Suami atau istri bisa melakukan sesuatu hal yang bisa membuat pasangan menjadi bergairah, agar tidak selalu monoton.
5. Istri Bergantung Kepada Suami
Sewaktu awal pernikahan mungkin suami akan senang ketika istri hanya bergantung kepadanya. Misal, mengantarkan ke sana-ke mari atau melakukan kegiatan lain. Namun lambat laun bisa jadi membosankan bagi suami. Apalagi jika urusan ketergantungan ini membawa pengaruh atau mengganggu aktivitas pekerjaan suami.
Solusi: Suami patut menjadikan istri untuk mandiri. Mungkin waktu-waktu tertentu bisa mengandalkan suami, tapi ada saat tertentu juga istri harus mandiri. Kesadaran untuk tidak terlalu bergantung kepada suami harus dimiliki para istri.
6. Masalah Penghasilan
Bila sama-sama bekerja, tidak menutup kemungkinan gaji istri lebih besar dibanding gaji suami. Hal ini bisa memicu konflik. Seolah-olah suami merasa sudah lelah atau bosan dengan rutinitas pekerjaan tapi kontribusi finansialnya masih kalah dengan istri. Ini juga terkait dengan masalah harga diri pria.
Solusi: Di luar rumah memang istri bekerja dan memiliki penghasilan yang lebih besar. Tetapi di dalam rumah masalah penghasilan lebih besar bukanlah menjadi suatu peran. Peran istri tetaplah menjadi seorang istri untuk suami, dan menjadi ibu untuk anak-anaknya. Juga dibutuhkan sikap toleransi dan menghargai pasangan, terlepas siapa yang memiliki penghasilan lebih besar dan kecil. (MDR)
Sayangnya, tidak sedikit pasutri yang memasuki usia perkawinan menginjak 8-10 tahun menemui kejenuhan dan membosankan. Ternyata kondisi tersebut jika tak segera diatasi bisa membahayakan.
Sejauh ini memang belum ada referensi penelitian yang menentukan kapan usia pernikahan bisa mengalami kebosanan, namun bisa saja hal itu terjadi pada rumah tangga Anda. Mau tahu penyebabnya, Agustina, M.Psi, Psikolog, seperti dikutip Tabloid GENIE :
1. Perbedaan Usia
Perbedaan usia antarpasangan menjadi salah satu penyebab hubungan pernikahan menjadi membosankan. Hal karena adanya perbedaan aktivitas atau kegemaran yang dilakukan pasangan. Misal, usia istri jauh lebih muda dengan suami. Bisa saja si istri masih memiliki kesibukan bersosialisasi dengan teman-temannya, sedangkan suami menganggap, urusan gaul sudah lewat masanya.
Solusi: Kunci paling penting dalam perbedaan usia pasangan ialah toleransi. Dengan toleransi, kegiatan yang dilakukan pasangan tidak dijadikan pemicu timbulnya konflik.
2. Kesibukan Pasangan
Pasutri memiliki kesibukan yang berbeda. Misalnya suami terlalu sibuk bekerja dan istri sibuk dengan aktivitasnya di rumah maupun urusan pekerjaan juga (wanita karier). Apalagi bila keduanya ‘tenggelam’ dengan aktivitas masing-masing, bahkan saat libur pun masih sibuk mengurus hal lain.
Solusi: Walaupun suami bekerja di kantor hingga larut malam atau sampai tengah malam baru tiba di rumah, sebaiknya istri bersedia menunggu suami. Atau mungkin ketika suami harus bekerja hinga larut malam, istri bisa mendatangi suami untuk mengajaknya makan bersama.
3. Kehadiran anak
Jangan salah kaprah dengan menyalahkan keberadaan anak sebagai penyebab kebosanan. Namun lebih disebabkan pasangan lebih fokus untuk mengurus anak atau aktivitas dan rutinitas lebih banyak dilakukan untuk anak. Ini menyebabkan kurang waktu untuk menjalani hubungan berdua.
Solusi: Meskipun pasangan sibuk mengurusi anak, kita juga harus memerhatikan kebutuhan pasangan, baik itu ke istri atau suami. Sebaiknya pasangan lebih memperhatikan hal-hal kecil dari pasangannya. Urusan ulang tahun, misalnya. Terkadang ketika istri atau suami akan berulang tahun, bisa jadi Anda baru teringat saat hari H-nya. Padahal perhatian kecil dari pasangan bisa mengurangi kebosanan berumah tangga.
4. Masalah Hubungan Intim
Ini akan memengaruhi rasa bosan dalam hubungan suami istri. Karena suami atau istri yang terlalu lelah dengan aktivitas hariannya maka hubungan intim pun menjadi monoton atau tidak memiliki variasi. Dampaknya, bukan hanya pada masalah seksual saja tetapi juga keharmonisan rumah tangga.
Solusi: Sebaiknya pasangan bisa melakukan hubungan intim dengan berbagai variasi. Suami atau istri bisa melakukan sesuatu hal yang bisa membuat pasangan menjadi bergairah, agar tidak selalu monoton.
5. Istri Bergantung Kepada Suami
Sewaktu awal pernikahan mungkin suami akan senang ketika istri hanya bergantung kepadanya. Misal, mengantarkan ke sana-ke mari atau melakukan kegiatan lain. Namun lambat laun bisa jadi membosankan bagi suami. Apalagi jika urusan ketergantungan ini membawa pengaruh atau mengganggu aktivitas pekerjaan suami.
Solusi: Suami patut menjadikan istri untuk mandiri. Mungkin waktu-waktu tertentu bisa mengandalkan suami, tapi ada saat tertentu juga istri harus mandiri. Kesadaran untuk tidak terlalu bergantung kepada suami harus dimiliki para istri.
6. Masalah Penghasilan
Bila sama-sama bekerja, tidak menutup kemungkinan gaji istri lebih besar dibanding gaji suami. Hal ini bisa memicu konflik. Seolah-olah suami merasa sudah lelah atau bosan dengan rutinitas pekerjaan tapi kontribusi finansialnya masih kalah dengan istri. Ini juga terkait dengan masalah harga diri pria.
Solusi: Di luar rumah memang istri bekerja dan memiliki penghasilan yang lebih besar. Tetapi di dalam rumah masalah penghasilan lebih besar bukanlah menjadi suatu peran. Peran istri tetaplah menjadi seorang istri untuk suami, dan menjadi ibu untuk anak-anaknya. Juga dibutuhkan sikap toleransi dan menghargai pasangan, terlepas siapa yang memiliki penghasilan lebih besar dan kecil. (MDR)
(bbk)