Tommy Page Meninggal Dunia dalam Usia 46 Tahun
A
A
A
NEW YORK - Sebuah kabar duka datang dari industri musik dunia. Penyanyi, penulis lagu dan eksekutif industri musik yang kondang di era 1990an, Tommy Page, meninggal dunia dalam usia 46 tahun.
Belum diketahui secara pasti apa penyebab meninggalnya Tommy. Tapi, laporan Billboard menuturkan, pelantun Shoulder to Cry On itu ditemukan tewas pada Jumat (3/3/2017) waktu setempat di sebuah apartemen di New York.
Tommy diduga mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Sebuah pos di Facebook yang ditulis jurnalis Michael Musto menyatakan, pelantun Time itu sudah lama mengalami depresi. Tommy meninggalkan 3 orang anak dan seorang partner bernama Charlie.
Kematian Tommy ini menimbulkan rasa duka mendalam bagi banyak pihak yang telah lama mengenal dan bekerja sama dengannya. Salah satunya adalah Billboard. Penyanyi asal New Jersey ini pernah menjadi bagian dari majalah Billboard pada 2011 sebagai associate publisher dan kemudian dipromosikan menjadi publisher setahun kemudian.
“Kami semua berduka cita atas kepergian teman dan kolega kami, Tommy Page. Dia adalah jiwa magnetis dan seorang penghibur sejati,” ungkap Presiden Billboard Entertainment Group John Amato di situs Billboard.com.
Tak hanya Billboard yang berduka. Boyband kondang era 1990an, New Kids on the Block (NKOTB) juga merasa sangat kehilangan.
Pada era tersebut, dua artis idola remaja ini sering menggelar tur bareng. Tak hanya itu, single hit Tommy, I’ll Be Your Everything, adalah lagu yang dia tulis bersama personel NKOTB, yaitu Jordan Knight dan Danny Wood, sementara Donny Walhberg turut menjadi produsernya.
“Dalam kegelapanmu, aku mendoakan agar engkau menemukan cahayamu sekarang! Jiwamu yang cerah akan terus bersinar dalam hatiku selamanya, #RIPTommyPage,” tulis salah satu personel NKOTB, Jonathan Knight, di akun Twitter-nya.
Tommy pernah tampil di drama seri terkondang pada 1990an, Full House. Di salah satu episode yang tayang pada 1992, dia bekerja bersama John Stamos, Candace Cameron Bure dan Jodie Sweetin.
Menjadi penyanyi terkenal tak membuat Tommy lupa pada pendidikan. Dia lantas kembali ke bangku kuliah di Stern School of Business New York University untuk mengejar kariernya sebagai eksekutif musik. Selama kariernya, dia telah merekam 9 album dan terus melakukan tur.
“Saya selalu bermimpi memiliki album No 1 sepanjang hidup saya, sejak saya bisa ingat masuk ke dunia musik. Saya ingin memuncaki tangga lagu Billboard,” ujar Tommy pada 2011 seperti dikutip Billboard.
Bergabung dengan Billboard adalah impian Tommy sejak dulu selain menjadi seorang penyanyi terkenal. “Sejak masih kecil, saya punya aspirasi besar untuk karier musik saya. Pada kata-kata di bawah foto saya di buku tahunan SMA, saya benar-benar menulis, Tangga lagu Billboard, aku datang!—impian dari seorang bocah biasa asal Jersey,” tutut Tommy kala itu.
Sebelum bergabung dengan Billboard, Tommy terlebih dahulu bergabung dengan Warner Bros./Reprise Records dimana dia bertindak sebagai eksekutif A&R dan wakil presiden promosi top 40. Selama masa itu, dia membantu membentuk karier banyak penyanyi sukses, termasuk Michael Buble, Alanis Morissette, Josh Groban, David Foster dan Green Day.
“Orang yang baik dan mengagumkan yang banyak membantu saya di masa-masa awal. Membantu memilih single pertama saya. Dia pernah dan akan terus dicintai. RIP sahabat saya,” tulis Josh Groban di akun Twitter-nya.
Pada 2013, Tommy meninggalkan Billboard untuk menjadi VP artis Pandora dan kemitraan brand, dimana sejarahnya sebagai artis rekaman membantunya memainkan peranan penting dalam upaya perusahaan itu untuk merangkul artis dan komunitas bisnis musik setelah didera kritikan atas rate royalty mereka. Pada 2015, Tommy bergabung dengan Cumulus Media sebagai wakil presiden senior kemitraan brand. Saat ini, dia menjabat sebagai VP kemitraan musik di Village Voice.
Pada 2015, Tommy sempat menggelar konser di Indonesia berjuluk Up Close and Personal. Di kesempatan itu, dia sempat membawakan lagu yang belum pernah dia rilis berjudul You're The Only One.
Belum diketahui secara pasti apa penyebab meninggalnya Tommy. Tapi, laporan Billboard menuturkan, pelantun Shoulder to Cry On itu ditemukan tewas pada Jumat (3/3/2017) waktu setempat di sebuah apartemen di New York.
Tommy diduga mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Sebuah pos di Facebook yang ditulis jurnalis Michael Musto menyatakan, pelantun Time itu sudah lama mengalami depresi. Tommy meninggalkan 3 orang anak dan seorang partner bernama Charlie.
Kematian Tommy ini menimbulkan rasa duka mendalam bagi banyak pihak yang telah lama mengenal dan bekerja sama dengannya. Salah satunya adalah Billboard. Penyanyi asal New Jersey ini pernah menjadi bagian dari majalah Billboard pada 2011 sebagai associate publisher dan kemudian dipromosikan menjadi publisher setahun kemudian.
“Kami semua berduka cita atas kepergian teman dan kolega kami, Tommy Page. Dia adalah jiwa magnetis dan seorang penghibur sejati,” ungkap Presiden Billboard Entertainment Group John Amato di situs Billboard.com.
Tak hanya Billboard yang berduka. Boyband kondang era 1990an, New Kids on the Block (NKOTB) juga merasa sangat kehilangan.
Pada era tersebut, dua artis idola remaja ini sering menggelar tur bareng. Tak hanya itu, single hit Tommy, I’ll Be Your Everything, adalah lagu yang dia tulis bersama personel NKOTB, yaitu Jordan Knight dan Danny Wood, sementara Donny Walhberg turut menjadi produsernya.
“Dalam kegelapanmu, aku mendoakan agar engkau menemukan cahayamu sekarang! Jiwamu yang cerah akan terus bersinar dalam hatiku selamanya, #RIPTommyPage,” tulis salah satu personel NKOTB, Jonathan Knight, di akun Twitter-nya.
Tommy pernah tampil di drama seri terkondang pada 1990an, Full House. Di salah satu episode yang tayang pada 1992, dia bekerja bersama John Stamos, Candace Cameron Bure dan Jodie Sweetin.
Menjadi penyanyi terkenal tak membuat Tommy lupa pada pendidikan. Dia lantas kembali ke bangku kuliah di Stern School of Business New York University untuk mengejar kariernya sebagai eksekutif musik. Selama kariernya, dia telah merekam 9 album dan terus melakukan tur.
“Saya selalu bermimpi memiliki album No 1 sepanjang hidup saya, sejak saya bisa ingat masuk ke dunia musik. Saya ingin memuncaki tangga lagu Billboard,” ujar Tommy pada 2011 seperti dikutip Billboard.
Bergabung dengan Billboard adalah impian Tommy sejak dulu selain menjadi seorang penyanyi terkenal. “Sejak masih kecil, saya punya aspirasi besar untuk karier musik saya. Pada kata-kata di bawah foto saya di buku tahunan SMA, saya benar-benar menulis, Tangga lagu Billboard, aku datang!—impian dari seorang bocah biasa asal Jersey,” tutut Tommy kala itu.
Sebelum bergabung dengan Billboard, Tommy terlebih dahulu bergabung dengan Warner Bros./Reprise Records dimana dia bertindak sebagai eksekutif A&R dan wakil presiden promosi top 40. Selama masa itu, dia membantu membentuk karier banyak penyanyi sukses, termasuk Michael Buble, Alanis Morissette, Josh Groban, David Foster dan Green Day.
“Orang yang baik dan mengagumkan yang banyak membantu saya di masa-masa awal. Membantu memilih single pertama saya. Dia pernah dan akan terus dicintai. RIP sahabat saya,” tulis Josh Groban di akun Twitter-nya.
Pada 2013, Tommy meninggalkan Billboard untuk menjadi VP artis Pandora dan kemitraan brand, dimana sejarahnya sebagai artis rekaman membantunya memainkan peranan penting dalam upaya perusahaan itu untuk merangkul artis dan komunitas bisnis musik setelah didera kritikan atas rate royalty mereka. Pada 2015, Tommy bergabung dengan Cumulus Media sebagai wakil presiden senior kemitraan brand. Saat ini, dia menjabat sebagai VP kemitraan musik di Village Voice.
Pada 2015, Tommy sempat menggelar konser di Indonesia berjuluk Up Close and Personal. Di kesempatan itu, dia sempat membawakan lagu yang belum pernah dia rilis berjudul You're The Only One.
(alv)