Remaja Meksiko Ciptakan Bra yang Bisa Deteksi Kanker Payudara
A
A
A
JAKARTA - Kanker payudara hingga saat ini masih menjadi penyebab salah satu kematian wanita. Sayangnya banyak pasien yang tidak menyadari menderita penyakit mematikan ini. Namun, baru-baru ini Julian Rios Cantu berhasil menciptakan bra yang bisa mendeteksi kanker payudara.
Dilansir dari Foxnews, berdasarkan penemuannya tersebut, remaja asal Meksiko ini berhasil memenangkan penghargaan Global Student Entrepreneur Awards (GSEA). Julian mengatakan, karyanya ini terinspirasi dari ibunya yang melawan penyakit kanker payudara hingga akhirnya kedua payudaranya diangkat.
Bra ini pun dilengkapi dengan alat untuk wanita dengan predisposisi genetik terhadap kanker payudara. "Kenapa bra? Karena hanya inilah yang memungkinan payudara berada di posisi yang sama dan tidak harus dipakai lebih dari satu jam seminggu," papar Julian.
Remaja berusia 18 tahun tersebut menjelaskan, biosensor pada bra ini akan memetakan permukaan payudara dan menentukan konduktivitas termal berdasarkan zona tertentu. Dengan kata lain, bra ini bekerja dengan sistem EVA, jaringan biosensor yang menutupi payudara kemudian mengambil data suhu, menganalisisnya, dan mengirimkan informasi ke aplikasi atau komputer.
"Lebih banyak panas akan menunjukkan lebih banyak aliran darah. Karena panas akan menunjukkan pembuluh darah memberi makan sesuatu yang biasanya akibat dari beberapa jenis sel kanker. Begitu ada malformasi di payudara atau tumor, maka suhu bra semakin tinggi," pungkasnya.
Dilansir dari Foxnews, berdasarkan penemuannya tersebut, remaja asal Meksiko ini berhasil memenangkan penghargaan Global Student Entrepreneur Awards (GSEA). Julian mengatakan, karyanya ini terinspirasi dari ibunya yang melawan penyakit kanker payudara hingga akhirnya kedua payudaranya diangkat.
Bra ini pun dilengkapi dengan alat untuk wanita dengan predisposisi genetik terhadap kanker payudara. "Kenapa bra? Karena hanya inilah yang memungkinan payudara berada di posisi yang sama dan tidak harus dipakai lebih dari satu jam seminggu," papar Julian.
Remaja berusia 18 tahun tersebut menjelaskan, biosensor pada bra ini akan memetakan permukaan payudara dan menentukan konduktivitas termal berdasarkan zona tertentu. Dengan kata lain, bra ini bekerja dengan sistem EVA, jaringan biosensor yang menutupi payudara kemudian mengambil data suhu, menganalisisnya, dan mengirimkan informasi ke aplikasi atau komputer.
"Lebih banyak panas akan menunjukkan lebih banyak aliran darah. Karena panas akan menunjukkan pembuluh darah memberi makan sesuatu yang biasanya akibat dari beberapa jenis sel kanker. Begitu ada malformasi di payudara atau tumor, maka suhu bra semakin tinggi," pungkasnya.
(nfl)