Akar Seribu, Keindahan Tersembunyi di Begagan, Mojokerto
A
A
A
MOJOKERTO - Beberapa waktu lalu nama Dusun Begagan, Desa Begaganlimo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, seakan tak pernah ada. Bahkan untuk dikenalpun tidak.
Namun perlahan dusun yang berada di lereng pegunungan itu menjadi perbincangan. Di media sosial, kampung ujung itu ramai dibicarakan lantaran banyaknya potensi wisata yang mulai digali warga setempat.
Salah satu wisata alam andalan kampung ini adalah Akar Seribu, yang kini mulai banyak dikunjungi wisatawan. Wisata berupa pohon berukuran raksasa dipadu dengan jernihnya air sungai ini bahkan telah berkembang menjadi camping ground yang memiliki pemandangan indah.
Wisata yang berada di tengah hutan itu menjadi viral dan menjadi poto area yang indah. Akar Seribu menjadi ikon wisata kampung yang hanya memiliki 77 kepala keluarga itu.
Tak hanya Akar Seribu, ada banyak lokasi wisata alam lainnya di kampung yang memiliki hasil pertanian melimpah itu. Sebut saja situs kuno yang berada di pinggiran hutan. Begitu juga dengan situs Watu Piring yang juga memiliki pemandangan indah.
Belum lagi sebuah air terjun yang juga memiliki pemandangan indah. Banyaknya potensi wisata itulah yang membuat kampung ini dinobatkan sebagai Kampung Wisata.
Penggalian potensi wisata di Dusun Begagan tak luput dari peran mandiri warga sekitar. Deretan wisata yang sebelumnya bisa dinikmati gratis, kini telah dikelola dengan baik, meski untuk menikmati deretan pesona alam itu, harga yang dipatok cukup murah. Dengan mematok tarif tarif Rp10.000 per orang, pengelola sudah bisa membaginya untuk warganya dan pihak Perhutani yang berwenang atas kawasan wisata itu.
Pengelolaan wisata secara terintegrasi bahkan sudah dilakukan oleh warga. Dari hasil penjualan tiket, sebagian diberikan kepada warga yang menitipkan produk kripik pisang khas daerah tersebut. Warga pun bergeliat untuk membuat produk kripik pisang yang bisa dipasarkan secara bundling dengan tiket. Padahal sebelumnya, buah pisang di kampung ini melimpah dan tak banyak dimanfaatkan.
“Ada banyak dampak baik yang dirasakan warga. Kini buah pisang yang melimpah bisa dengan mudah dipasarkan,” ujar Sauji, salah satu warga yang juga pengelola wisata yang dijuluki sebagai Tunjung Biru itu.
Dia menuturkan, upaya menggali potensi wisata ini tak luput dari keinginan warga untuk keluar dari keterpurukan ekonomi. Karena selama ini, kampung yang berada jauh dari perkotaan itu terbilang minus meski memiliki banyak sumberdaya alam dan hanya mengandalkan hutan sebagai tempat mencari uang.
“Kita juga punya kuliner khas, yakni Nasi Bumbung. Ini juga kita tawarkan kepada wisatawan dan bisa menambah penghasilan warga,” kata Sauji.
Kampung Wisata Begaganlimo, memang belum lama dinobatkan. Meski begitu, pengunjung di kampung ini sudah mencapai ratusan orang setiap harinya, terutama hari libur. Dia yakin, jumlah itu akan terus meningkat seiring dengan upaya warga untuk melakukan perbaikan infrastruktur jalan menuju lokasi-lokasi wisata ini.
“Kita kelola sendiri. Perlahan dan satu per satu potensi wisata kita munculkan. Dan ini kita lakukan secara mandiri dengan melibatkan semua warga. Intinya adalah gotong-royong,” ucap dia.
Kepala Desa Begaganlimo, Darto Utomo tak menampik, julukan Kampung Wisata ini tak luput dari peran mandiri warganya. Menurut dia, langkah mandiri ini merupakan upaya warga untuk meningkatkan ekonomi.
“Warga terus melakukan perbaikan-perbaikan infrastruktur agar lokasi wisatanya semakin nyaman. Ini akan menjadi wisata alam alternatif dari wisata alam lainnya yang sudah ada di Kecamatan Pacet. Kami mau berubah, itu kuncinya,” papar Darto.
Darto menyebut, sejauh ini masih banyak potensi wisata yang masih dimiliki kampung ini. Selain pesona alam, di kampungnya juga melimpah hasil hutan berupa buah-buahan dan palawija. Tak hanya itu, kampung ini juga memiliki tradisi khas.
“Inilah yang ingin kita integrasikan agar semua potensi bisa digali. Perlahan kami akan bangkitkan kampung ini dengan semua potensi yang ada,” ujar Darto.
Namun perlahan dusun yang berada di lereng pegunungan itu menjadi perbincangan. Di media sosial, kampung ujung itu ramai dibicarakan lantaran banyaknya potensi wisata yang mulai digali warga setempat.
Salah satu wisata alam andalan kampung ini adalah Akar Seribu, yang kini mulai banyak dikunjungi wisatawan. Wisata berupa pohon berukuran raksasa dipadu dengan jernihnya air sungai ini bahkan telah berkembang menjadi camping ground yang memiliki pemandangan indah.
Wisata yang berada di tengah hutan itu menjadi viral dan menjadi poto area yang indah. Akar Seribu menjadi ikon wisata kampung yang hanya memiliki 77 kepala keluarga itu.
Tak hanya Akar Seribu, ada banyak lokasi wisata alam lainnya di kampung yang memiliki hasil pertanian melimpah itu. Sebut saja situs kuno yang berada di pinggiran hutan. Begitu juga dengan situs Watu Piring yang juga memiliki pemandangan indah.
Belum lagi sebuah air terjun yang juga memiliki pemandangan indah. Banyaknya potensi wisata itulah yang membuat kampung ini dinobatkan sebagai Kampung Wisata.
Penggalian potensi wisata di Dusun Begagan tak luput dari peran mandiri warga sekitar. Deretan wisata yang sebelumnya bisa dinikmati gratis, kini telah dikelola dengan baik, meski untuk menikmati deretan pesona alam itu, harga yang dipatok cukup murah. Dengan mematok tarif tarif Rp10.000 per orang, pengelola sudah bisa membaginya untuk warganya dan pihak Perhutani yang berwenang atas kawasan wisata itu.
Pengelolaan wisata secara terintegrasi bahkan sudah dilakukan oleh warga. Dari hasil penjualan tiket, sebagian diberikan kepada warga yang menitipkan produk kripik pisang khas daerah tersebut. Warga pun bergeliat untuk membuat produk kripik pisang yang bisa dipasarkan secara bundling dengan tiket. Padahal sebelumnya, buah pisang di kampung ini melimpah dan tak banyak dimanfaatkan.
“Ada banyak dampak baik yang dirasakan warga. Kini buah pisang yang melimpah bisa dengan mudah dipasarkan,” ujar Sauji, salah satu warga yang juga pengelola wisata yang dijuluki sebagai Tunjung Biru itu.
Dia menuturkan, upaya menggali potensi wisata ini tak luput dari keinginan warga untuk keluar dari keterpurukan ekonomi. Karena selama ini, kampung yang berada jauh dari perkotaan itu terbilang minus meski memiliki banyak sumberdaya alam dan hanya mengandalkan hutan sebagai tempat mencari uang.
“Kita juga punya kuliner khas, yakni Nasi Bumbung. Ini juga kita tawarkan kepada wisatawan dan bisa menambah penghasilan warga,” kata Sauji.
Kampung Wisata Begaganlimo, memang belum lama dinobatkan. Meski begitu, pengunjung di kampung ini sudah mencapai ratusan orang setiap harinya, terutama hari libur. Dia yakin, jumlah itu akan terus meningkat seiring dengan upaya warga untuk melakukan perbaikan infrastruktur jalan menuju lokasi-lokasi wisata ini.
“Kita kelola sendiri. Perlahan dan satu per satu potensi wisata kita munculkan. Dan ini kita lakukan secara mandiri dengan melibatkan semua warga. Intinya adalah gotong-royong,” ucap dia.
Kepala Desa Begaganlimo, Darto Utomo tak menampik, julukan Kampung Wisata ini tak luput dari peran mandiri warganya. Menurut dia, langkah mandiri ini merupakan upaya warga untuk meningkatkan ekonomi.
“Warga terus melakukan perbaikan-perbaikan infrastruktur agar lokasi wisatanya semakin nyaman. Ini akan menjadi wisata alam alternatif dari wisata alam lainnya yang sudah ada di Kecamatan Pacet. Kami mau berubah, itu kuncinya,” papar Darto.
Darto menyebut, sejauh ini masih banyak potensi wisata yang masih dimiliki kampung ini. Selain pesona alam, di kampungnya juga melimpah hasil hutan berupa buah-buahan dan palawija. Tak hanya itu, kampung ini juga memiliki tradisi khas.
“Inilah yang ingin kita integrasikan agar semua potensi bisa digali. Perlahan kami akan bangkitkan kampung ini dengan semua potensi yang ada,” ujar Darto.
(alv)