Surga Tersembunyi di Pulau Pisang
A
A
A
KRUI - Namanya memang catchy: Pulau Pisang. Tapi, saya tidak menemukan pisang di pulau tersebut. Justru puluhan pohon kelapa yang menjulang tinggi. Ada menyebut bentuk pulau tersebut terlihat seperti pisang dari udara. Bobby, penduduk asli pulau pisang yang juga surf guide di Cabana Surf and Stay bercerita bahwa zaman dulu warga Pulau Pisang menggunakan pelepah pohon pisang untuk menyeberang dari Krui ke pulau tersebut.
Saya memang mengunjungi Pulau Pisang bersama Bobby, ditemani dua orang surfer asal California, serta dua orang surf blogger asal Prancis yang tinggal di Bali.
Kami menyeberang menggunakan kapal selama hampir 1 jam dari pasar Krui. Walau sebenarnya hanya butuh 15 menit-20 menit dari dermaga Tembakak. Kapal kecil itu di ombang-ambing gelombang. Pastikan semua peralatan elektronik di simpan di tas anti air. Tenang, Anda masih terhibur dengan banyaknya ikan terbang dan lumba-lumba hidung botol yang berloncatan di sebelah kiri dan kanan perahu.
Pulau Pisang sendiri masih berada di wilayah Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. Luas daratannya mencapai 148,82 Ha. Bagian barat dan selatan pulau tersebut berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, sedangkan bagian Utara dan Timur berbatasan dengan Pulau Sumatera.
Karakteristik Pulau Pisang masih sangat alami. Penginapan hanya ada rumah-rumah penduduk. Anda bisa langsung snorkeling di air laut yang sangat bening, menyusuri garis pantai dengan pasir putih yang sangat indah, melihat perkebunan cengkeh yang tumbuh subur, menaiki mercusuar, dan ini: menemukan tebing tersembunyi dengan pemandangan yang sangat indah.
Anda juga bisa meloncat dari jembatan yang setengah jadi di pulau tersebut, memancing dengan menyewa kapal nelayan setempat, atau membeli cumi-cumi dan ikan hasil tangkapan nelayan untuk langsung dibakar atau dimasak.
Puas mengeksplorasi Pulau Pisang, selepas makan siang kami langsung kembali lagi ke Krui. Memang belum puas karena banyak hal yang masih bisa dilakukan di pulau tersebut. Tapi, waktu sangat terbatas dan kami tak sabar untuk melepas lelah di Cabana Surf and Stay tempat kami menginap.
Saya memang mengunjungi Pulau Pisang bersama Bobby, ditemani dua orang surfer asal California, serta dua orang surf blogger asal Prancis yang tinggal di Bali.
Kami menyeberang menggunakan kapal selama hampir 1 jam dari pasar Krui. Walau sebenarnya hanya butuh 15 menit-20 menit dari dermaga Tembakak. Kapal kecil itu di ombang-ambing gelombang. Pastikan semua peralatan elektronik di simpan di tas anti air. Tenang, Anda masih terhibur dengan banyaknya ikan terbang dan lumba-lumba hidung botol yang berloncatan di sebelah kiri dan kanan perahu.
Pulau Pisang sendiri masih berada di wilayah Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. Luas daratannya mencapai 148,82 Ha. Bagian barat dan selatan pulau tersebut berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, sedangkan bagian Utara dan Timur berbatasan dengan Pulau Sumatera.
Karakteristik Pulau Pisang masih sangat alami. Penginapan hanya ada rumah-rumah penduduk. Anda bisa langsung snorkeling di air laut yang sangat bening, menyusuri garis pantai dengan pasir putih yang sangat indah, melihat perkebunan cengkeh yang tumbuh subur, menaiki mercusuar, dan ini: menemukan tebing tersembunyi dengan pemandangan yang sangat indah.
Anda juga bisa meloncat dari jembatan yang setengah jadi di pulau tersebut, memancing dengan menyewa kapal nelayan setempat, atau membeli cumi-cumi dan ikan hasil tangkapan nelayan untuk langsung dibakar atau dimasak.
Puas mengeksplorasi Pulau Pisang, selepas makan siang kami langsung kembali lagi ke Krui. Memang belum puas karena banyak hal yang masih bisa dilakukan di pulau tersebut. Tapi, waktu sangat terbatas dan kami tak sabar untuk melepas lelah di Cabana Surf and Stay tempat kami menginap.
(alv)