Aktris Cantik Hollywood Ini Nekat Ngutil Gara-gara Depresi
A
A
A
POPULARITAS, karier cemerlang, dan kekayaan nyatanya tidak selalu berhasil membawa kebahagiaan pada seseorang.
Kenyataan ini tidak jarang dialami selebritas papan atas Hollywood sekalipun. Winona Ryder salah satunya. Publik dibuat terkejut oleh berita yang mengabarkan aktris yang tengah naik daun tersebut tertangkap kamera sedang mengutil di sebuah pusat perbelanjaan eksklusif pada 2001.
Winona tidak bisa berkutik dari tuntutan hukum. Dia didakwa mencuri barang mewah di Saks Fifth Avenue yang berada di Beverly Hills senilai 4.000 poundsterling kala itu atau seharga Rp70 juta pada masa kini. Dia yang berusia 30 tahun ketika itu hanya bisa menangis ketika hakim menjatuhi hukuman akibat perbuatannya.
Winona memang datang ke Saks untuk berbelanja menjelang Hari Natal. Dia banyak membeli berbagai barang, tetapi lebih banyak lagi justru yang dicurinya. Ada topi, kaus kaki, tas, aksesori rambut dengan harga yang bervariasi. Dia juga tertangkap tangan mencuri sebuah gaun Gucci seharga puluhan juta setelah sebelumnya membeli sepatu merek yang sama. Sekitar 1,5 jam dia habiskan waktu di toko tersebut.
Video sekuriti yang diperlihatkan di pengadilan menunjukkan bahwa dia berjalan-jalan di toko itu, kemudian memasukkan baju desainer ke tasnya. Gelagatnya menaruh kecurigaan sekuriti toko itu. Dari pengakuannya, dia hanya iseng melakukan perbuatan itu untuk melihat sejauh mana dia bisa lolos dari tempat tersebut. Menguji adrenalin, mungkin itu kata yang tepat. Padahal, dengan kekayaan yang dimiliki saat itu, mudah saja baginya untuk menggesek kartu kreditnya.
Winona dihukum 480 jam melakukan pelayanan masyarakat, membayar denda dalam jumlah besar, dan harus menjalani konseling karena telah terbukti melakukan pencurian. Pada 2004 hukumannya diperingan, tetapi dia tetap menjalani masa percobaan sampai Desember 2005. Kontan saja kasus ini mencoreng namanya. Akibatnya, tawaran bermain film pun surut seketika. “Saya benar-benar butuh waktu untuk istirahat kala itu,” katanya.
Dia menggunakan momen absen dari dunia hiburan itu untuk lebih mendekatkan diri kepada keluarga dan teman-temannya. Winona saat itu mengaku sedang bergulat dengan depresi yang dideritanya justru di puncak keemasan kariernya.
Berbagai tekanan di kejayaannya membuat dia tak sanggup menghadapi. Baru setelah 20 tahun kemudian, dia bisa bangkit dan menunjukkan kepada dunia betapa dia kini dapat mengambil kembali apa yang telah hilang selama ini; ketenaran, karier, dan pundi uang yang berlimpah. Dia bergabung dengan artis lain untuk menyuarakan kampanye melawan gangguan mental.
“Saya muak dengan pandangan orang tentang wanita yang sensitif dan rapuh. Menurut saya, itu sangat aneh,” katanya kepada New York Magazine.
Namun, apa pun yang telah dia lalui, Winona justru menganggapnya sebagai sebuah pelajaran berharga. Dia malah lega dapat bercerita jujur soal depresi yang dia alami pada masa itu. “Saya tidak menyesal telah membuka apa yang saya alami pada saat itu (depresi). Sangat disayangkan kalau Anda mengalami depresi dan merasa malu serta mencoba menyembunyikannya,” bebernya.
Menurutnya, setiap perempuan atau setidaknya hampir setiap perempuan pernah mengalami depresi atau kegelisahan. Karena keterbukaannya ini, masyarakat lalu memandangnya sebagai orang yang supersensitif dan rapuh. Saya memang supersensitif dan saya pikir itu bukanlah hal yang buruk,” pungkasnya.
Kenyataan ini tidak jarang dialami selebritas papan atas Hollywood sekalipun. Winona Ryder salah satunya. Publik dibuat terkejut oleh berita yang mengabarkan aktris yang tengah naik daun tersebut tertangkap kamera sedang mengutil di sebuah pusat perbelanjaan eksklusif pada 2001.
Winona tidak bisa berkutik dari tuntutan hukum. Dia didakwa mencuri barang mewah di Saks Fifth Avenue yang berada di Beverly Hills senilai 4.000 poundsterling kala itu atau seharga Rp70 juta pada masa kini. Dia yang berusia 30 tahun ketika itu hanya bisa menangis ketika hakim menjatuhi hukuman akibat perbuatannya.
Winona memang datang ke Saks untuk berbelanja menjelang Hari Natal. Dia banyak membeli berbagai barang, tetapi lebih banyak lagi justru yang dicurinya. Ada topi, kaus kaki, tas, aksesori rambut dengan harga yang bervariasi. Dia juga tertangkap tangan mencuri sebuah gaun Gucci seharga puluhan juta setelah sebelumnya membeli sepatu merek yang sama. Sekitar 1,5 jam dia habiskan waktu di toko tersebut.
Video sekuriti yang diperlihatkan di pengadilan menunjukkan bahwa dia berjalan-jalan di toko itu, kemudian memasukkan baju desainer ke tasnya. Gelagatnya menaruh kecurigaan sekuriti toko itu. Dari pengakuannya, dia hanya iseng melakukan perbuatan itu untuk melihat sejauh mana dia bisa lolos dari tempat tersebut. Menguji adrenalin, mungkin itu kata yang tepat. Padahal, dengan kekayaan yang dimiliki saat itu, mudah saja baginya untuk menggesek kartu kreditnya.
Winona dihukum 480 jam melakukan pelayanan masyarakat, membayar denda dalam jumlah besar, dan harus menjalani konseling karena telah terbukti melakukan pencurian. Pada 2004 hukumannya diperingan, tetapi dia tetap menjalani masa percobaan sampai Desember 2005. Kontan saja kasus ini mencoreng namanya. Akibatnya, tawaran bermain film pun surut seketika. “Saya benar-benar butuh waktu untuk istirahat kala itu,” katanya.
Dia menggunakan momen absen dari dunia hiburan itu untuk lebih mendekatkan diri kepada keluarga dan teman-temannya. Winona saat itu mengaku sedang bergulat dengan depresi yang dideritanya justru di puncak keemasan kariernya.
Berbagai tekanan di kejayaannya membuat dia tak sanggup menghadapi. Baru setelah 20 tahun kemudian, dia bisa bangkit dan menunjukkan kepada dunia betapa dia kini dapat mengambil kembali apa yang telah hilang selama ini; ketenaran, karier, dan pundi uang yang berlimpah. Dia bergabung dengan artis lain untuk menyuarakan kampanye melawan gangguan mental.
“Saya muak dengan pandangan orang tentang wanita yang sensitif dan rapuh. Menurut saya, itu sangat aneh,” katanya kepada New York Magazine.
Namun, apa pun yang telah dia lalui, Winona justru menganggapnya sebagai sebuah pelajaran berharga. Dia malah lega dapat bercerita jujur soal depresi yang dia alami pada masa itu. “Saya tidak menyesal telah membuka apa yang saya alami pada saat itu (depresi). Sangat disayangkan kalau Anda mengalami depresi dan merasa malu serta mencoba menyembunyikannya,” bebernya.
Menurutnya, setiap perempuan atau setidaknya hampir setiap perempuan pernah mengalami depresi atau kegelisahan. Karena keterbukaannya ini, masyarakat lalu memandangnya sebagai orang yang supersensitif dan rapuh. Saya memang supersensitif dan saya pikir itu bukanlah hal yang buruk,” pungkasnya.
(amm)