Kampanye Selamatkan Gajah Sumatera, Tulus Bikin #TemanGajah
A
A
A
JAKARTA - Penyanyi solo Tulus kembali membuktikan kepedulian akan kelangsungan hidup gajah Sumatera dengan membuat sebuah gerakan bertema #TemanGajah. Dalam kampanye kali ini, penyanyi bertubuh tinggi tegap ini bekerja sama dengan portal penggalangan dana KitaBisa.com, perusahaan konsultan bisnis Big Change Indonesia, studio desain NUSAE dan Synchro.
Tulus merupakan musisi yang begitu peduli pada kelangsungan hewan gajah. Berkat kepedulian akan hidup gajah tersebut, pada Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2015, dia mendapat penghargaan untuk Karya Album Terbaik lewat albumnya berjudul Gajah.
Namun di saat bersamaan, pria asal Bukittinggi itu justru mendengar kabar buruk bahwa Yongki, gajah yang membantunya dalam video klip ternyata mati. Nahasnya lagi, hewan jantan itu tewas karena dibunuh dan diambil gadingnya.
Berita duka itu lantas membuat Tulus berinisiatif untuk bekerja sama dengan WWF Indonesia. Sebagai kontribusinya, dia membentuk kampanye #JanganBunuhGajah pada 2016 untuk menjaga konservasi gajah dan dilanjutkan dengan kampanye yang ramah untuk semua kalangan #Teman Gajah.
"Saya ingin melakukan sesuatu kontribusi, untuk membantu keberadaan gajah karena Gajah Sumatera lagi kritis ini menjadi gerakan kepedulian bersama," kata Tulus kepada Koran Sindo seusai peluncuran kampanye #Teman Gajah di resto Kembang Goela Sudirman, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Kampanye #TemanGajah masih memiliki fokus yang sama, yakni mengajak masyarakat menjaga kehidupan gajah. Kegiatan itu menyusul kondisi Gajah Sumatera yang memprihatinkan dan menjadi daftar merah The International Union For Conservation of Nature (IUCN) sebagai spesies kritis.
"Kepedulian lingkungan itu sebuah komitmen yang harus terus dijalani semampu, sekuat tenaga yang kita bisa," kata Tulus, yang menjelaskan latar belakang kampanye #TemanGajah.
Dibanding kampanye tahun lalu, pelantun Jangan Cintai Aku Apa Adanya ini pun menyebut kampanye kali ini lebih ringan, hangat dan menyasar pada segmen tertentu. Kotak-kotak donasi akan diletakkan di 20 sekolah dasar di Jakarta untuk menanamkan kesadaran peduli alam pada generasi muda.
Target dari penggalangan dana ini senilai Rp1 miliar. Untuk tahap pertama, diharapkan terkumpul setengahnya, kemudian kampanye akan diperluas ke ranah SMP, SMA hingga universitas.
Donasi juga dibuka lewat KitaBisa.com dan hasil penggalangan dana akan disalurkan untuk membeli kalung satelit GPS gajah yang didatangkan dari Afrika. "Targetnya 20 kalung, satu kalung harganya Rp40—50 juta," ujar Tulus yang meyakini target itu bisa tercapai.
Untuk menyelamatkan gajah tersisa dan memantau keberadaan kelompoknya, WWF Indonesia membutuhkan 20 buah kalung satelit GPS yang dipasang ke 20 kelompok gajah.
"Dengan adanya ini bisa mengurangi ancaman yang membahayakan gajah. Semoga masyarakat lebih sadar kondisi gajah saat ini dan mari bersama menyelamatkannya," harap dia.
Kalung yang berfungsi sebagai alat pendeteksi lokasi itu berfungsi untuk memantau keberadaan gajah, sehingga ancaman untuk hewan itu bisa diantisipasi secepat mungkin.
"Kampanye lebih besar, target penggalangan dana lewat Kita Bisa mencapai Rp 500 juta untuk kalung tersebut," kata Ririe dari Tulus Company.
Wishnu Sukmantoro, Elephant Counselor Special Coordinator WWF memaparkan populasi gajah Sumatera menurun tiap tahun. Pada 1985, poulasinya berkisar 2.400—4.800 ekor. Pada 2016, jumlah gajah Sumatera diperkirakan kurang dari 2.000 ekor.
Jumlah gajah dalam satu klan (kelompok) juga makin hari semakin menyusut jumlah populasinya. Wishnu mengatakan ia sempat melihat ada 108 ekor gajah dalam satu klan pada 1994. "Terakhir pada 2012, paling banyak satu klan hanya 50—60 individu," ujar dia.
Selain diburu, habitat gajah juga banyak yang rusak akibat konversi lahan. Inimembuat jumlah makanan gajah pun menurun.
Kampanye #TemanGajah dimulai pada 19 Oktober 2017 hingga tiga bulan mendatang. Selain penggalangan dana untuk 20 buah kalung satelit GPS, kegiatan ini juga melibatkan anak sekolah dasar untuk memberikan edukasi sejak dini soal pelestarian lingkungan dan makhluk hidup.
Tulus merupakan musisi yang begitu peduli pada kelangsungan hewan gajah. Berkat kepedulian akan hidup gajah tersebut, pada Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2015, dia mendapat penghargaan untuk Karya Album Terbaik lewat albumnya berjudul Gajah.
Namun di saat bersamaan, pria asal Bukittinggi itu justru mendengar kabar buruk bahwa Yongki, gajah yang membantunya dalam video klip ternyata mati. Nahasnya lagi, hewan jantan itu tewas karena dibunuh dan diambil gadingnya.
Berita duka itu lantas membuat Tulus berinisiatif untuk bekerja sama dengan WWF Indonesia. Sebagai kontribusinya, dia membentuk kampanye #JanganBunuhGajah pada 2016 untuk menjaga konservasi gajah dan dilanjutkan dengan kampanye yang ramah untuk semua kalangan #Teman Gajah.
"Saya ingin melakukan sesuatu kontribusi, untuk membantu keberadaan gajah karena Gajah Sumatera lagi kritis ini menjadi gerakan kepedulian bersama," kata Tulus kepada Koran Sindo seusai peluncuran kampanye #Teman Gajah di resto Kembang Goela Sudirman, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Kampanye #TemanGajah masih memiliki fokus yang sama, yakni mengajak masyarakat menjaga kehidupan gajah. Kegiatan itu menyusul kondisi Gajah Sumatera yang memprihatinkan dan menjadi daftar merah The International Union For Conservation of Nature (IUCN) sebagai spesies kritis.
"Kepedulian lingkungan itu sebuah komitmen yang harus terus dijalani semampu, sekuat tenaga yang kita bisa," kata Tulus, yang menjelaskan latar belakang kampanye #TemanGajah.
Dibanding kampanye tahun lalu, pelantun Jangan Cintai Aku Apa Adanya ini pun menyebut kampanye kali ini lebih ringan, hangat dan menyasar pada segmen tertentu. Kotak-kotak donasi akan diletakkan di 20 sekolah dasar di Jakarta untuk menanamkan kesadaran peduli alam pada generasi muda.
Target dari penggalangan dana ini senilai Rp1 miliar. Untuk tahap pertama, diharapkan terkumpul setengahnya, kemudian kampanye akan diperluas ke ranah SMP, SMA hingga universitas.
Donasi juga dibuka lewat KitaBisa.com dan hasil penggalangan dana akan disalurkan untuk membeli kalung satelit GPS gajah yang didatangkan dari Afrika. "Targetnya 20 kalung, satu kalung harganya Rp40—50 juta," ujar Tulus yang meyakini target itu bisa tercapai.
Untuk menyelamatkan gajah tersisa dan memantau keberadaan kelompoknya, WWF Indonesia membutuhkan 20 buah kalung satelit GPS yang dipasang ke 20 kelompok gajah.
"Dengan adanya ini bisa mengurangi ancaman yang membahayakan gajah. Semoga masyarakat lebih sadar kondisi gajah saat ini dan mari bersama menyelamatkannya," harap dia.
Kalung yang berfungsi sebagai alat pendeteksi lokasi itu berfungsi untuk memantau keberadaan gajah, sehingga ancaman untuk hewan itu bisa diantisipasi secepat mungkin.
"Kampanye lebih besar, target penggalangan dana lewat Kita Bisa mencapai Rp 500 juta untuk kalung tersebut," kata Ririe dari Tulus Company.
Wishnu Sukmantoro, Elephant Counselor Special Coordinator WWF memaparkan populasi gajah Sumatera menurun tiap tahun. Pada 1985, poulasinya berkisar 2.400—4.800 ekor. Pada 2016, jumlah gajah Sumatera diperkirakan kurang dari 2.000 ekor.
Jumlah gajah dalam satu klan (kelompok) juga makin hari semakin menyusut jumlah populasinya. Wishnu mengatakan ia sempat melihat ada 108 ekor gajah dalam satu klan pada 1994. "Terakhir pada 2012, paling banyak satu klan hanya 50—60 individu," ujar dia.
Selain diburu, habitat gajah juga banyak yang rusak akibat konversi lahan. Inimembuat jumlah makanan gajah pun menurun.
Kampanye #TemanGajah dimulai pada 19 Oktober 2017 hingga tiga bulan mendatang. Selain penggalangan dana untuk 20 buah kalung satelit GPS, kegiatan ini juga melibatkan anak sekolah dasar untuk memberikan edukasi sejak dini soal pelestarian lingkungan dan makhluk hidup.
(alv)