Kemewahan Persembahan Bramanta Wijaya

Rabu, 03 Januari 2018 - 12:12 WIB
Kemewahan Persembahan Bramanta Wijaya
Kemewahan Persembahan Bramanta Wijaya
A A A
JAKARTA - Memeringati enam tahun berkiprah di dunia mode Indonesia, desainer Bramanta Wijaya mengadakan pergelaran tunggal koleksinya bertajuk Faithfully. Sebanyak 16 gaun ditampilkan dengan inspirasi gaya Hollywood era 1930-an.

Koleksi untuk spring/summer 2018 ini mengusung konsep Simple but Not Plain, Classic but Not Old. Desainer yang merupakan anggota Indonesia Fashion Chamber ini menjelaskan, Faithfully merupakan sebuah show yang dipersembahkannya sebagai ungkapan syukur akan enam tahun perjalanannya sebagai seorang desainer mode. Dia mengawalinya dengan sebuah mimpi dan menjalaninya dengan iman.

Bramanta percaya bahwa hanya iman dan rasa cintanya pada dunia mode yang mengantarkannya pada tahun keenam dan tahun-tahun yang akan datang.

“Karena iman adalah dasar segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat,” ujar Bramanta belum lama ini. Berawal dari mimpi, Bramanta menggapai mimpinya dengan kerja keras hingga mencapai titik dia berdiri sekarang.

Baginya, kesuksesan yang diraihnya berasal dari keyakinannya kepada Sang Pencipta yang memberinya jalan. Menjelang sore di Hotel Gran Mahakam, Kebayoran, Jakarta Selatan, pada Desember lalu, tamu undangan yang terdiri dari media, kolega, dan selebritas seperti Rini Wulandari, Amanda Zevannya (Miss Indonesia), Dea Rizkita (Putri Indonesia), Sissy Prescilia, tampak memenuhi tempat duduk peragaan busana.

Dekorasi ruangan pun dihias serbaputih untuk merepresentasikan sisi mewah dan elegan peragaan busana sore itu. Pesona glamor dan kemewahan 1930- an langsung terasa ketika para model mulai berjalan di catwalk.

Para tamu sore itu diajak merasakan kemegahan dan kemewahan The Old Hollywood Glamour , sebuah era yang dikenal akan garis rancang feminin dan romantis, menunjukkan keindahan siluet tubuh perempuan sebagai perhatian utama dan menandai ditinggalkannya era baju longgar khas 1920-an menuju tren baju khas 1930-an. “Saya memang terinspirasi dari gaya era 1920-1930-an. Bagi saya, tahun itu adalah era terindah di dunia mode, “ kata Bramanta.

Menurut Bramanta, pada era yang juga dikenal sebagai era Great Depression itulah, krisis politik dan ekonomi melanda dunia. Namun, para seniman di bidang mode tidak surut ide membuat karya-karya indah.

Terbukti, busana era 1930-an yang klasik masih relevan hingga sekarang. Melalui imajinasinya, Bramanta menggabungkan berbagai elemen dan cutting ke 16 gaun kreasinya musim ini.

Dia mempertahankan gaya tabrak motif lace yang menerawang dalam warna off white untuk menunjukkan keindahan tubuh perempuan. Gaun dengan pola renda dan tekstur kain merupakan detail lain yang menjadi ekspresi Bramanta dalam menerjemahkan imajinasinya.

Meski sarat akan detail gaya 1930-an, Bramanta turut menggabungkan sentuhan modern sebagai penguat rangkaian koleksi tersebut. Perpaduan antara material ringan dan kain lace mewah melebur dalam siluet yang ditampilkan antara lain melalui garis punggung rendah, mantel tanpa lengan, jubah panjang dari kain renda menerawang, dan beragam potongan gaun panjang romantis.

“Saya juga menampilkan model halter neck , aplikasi rumbai, dan bulu-bulu lembut,” sebut Bramanta. Benang merah Faithfully adalah kesan glamor berbalut romantisme dari keindahan tubuh seorang perempuan.

“Konsepnya adalah Simple but Not Plain, Classic but Not Old sehingga tampilan koleksi musim panasnya bergaya sederhana dan artistik sesuai garis rancang modern masa kini,“ beber Bramanta.

Dalam beberapa rancangannya, hadir pula teknik bordir untuk menciptakan custom lace sebagai ekspresi kebebasan.

“Dengan koleksi ini, saya mengajak para perempuan untuk menikmati kebebasan, keindahan mimpi, merayakan kenangan bahagia, personal, dan penuh makna,” ucapnya. (Dwi Nur Ratnaningsih)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7304 seconds (0.1#10.140)