AMD, Musuh Retina Mata Para Lansia
A
A
A
DEPOK - Selain katarak, age related macular degeneration (AMD) juga menjadi ancaman bagi para lansia. Gangguan pada retina mata ini berpotensi menyebabkan kebutaan. Faktor risiko yang ada juga dapat memicu terjadinya AMD.
Gangguan AMD terjadi pada makula yang memiliki fungsi penting terkait penglihatan pusat. Akibatnya, penderita mengalami gangguan penglihatan sentral atau distorsi penglihatan. Misalnya, ketika melihat ke jam dinding, penderita AMD hanya dapat melihat angka-angka di bagian tepi jam, sementara di bagian tengah tampak kabur, buram, gelap, atau bahkan hitam dan bergelombang. Kasus AMD dapat berlangsung lambat dan tidak tampak gejala awal, tetapi ada juga yang berlangsung cepat dengan progresivitas tinggi.
AMD menjadi penyebab kebutaan utama pada mereka yang berusia 50 tahun atau lebih. “Saraf mata di bagian tengah yang langsung alami kerusakan, jadi penglihatannya di tengah tampak kabur, buram, atau gelap. Bahayanya, ini menjadi penyebab utama kebutaan usia tua dengan tidak menampakkan gejala awal,” ujar dr Zeiras Eka Djamal SpM, Kepala Klinik Mata Utama JEC @ Cinere Depok, dalam acara pembukaan klinik mata tersebut baru-baru ini.
Beberapa faktor risiko yang dapat memicu lebih cepat terjadinya AMD adalah rokok, ras, dan hipertensi. Spesialis glaukoma dr Arini Safira SpM menjelaskan, rokok mengandung zat stres oksidatif yang merupakan molekul utama penyebab AMD.
“Semakin besar zat stres oksidatif ini pada retina, semakin besar risiko AMD,” bebernya. Dia mengingatkan makanan yang mengandung bahan pengawet juga dapat melepaskan zat berbahaya ini. Maka itu, sebaiknya batasi konsumsi makanan berpengawet.
Mengenai ras, Kaukasia merupakan ras yang paling rentan terkena AMD. Sekitar 11% ras Kaukasia berisiko tinggi alami AMD. Kondisi ini disebabkan iris mata mereka yang lebih tipis dengan pigmen yang kurang sehingga paparan sinar UV lebih mudah masuk ke syaraf mata dan merusak saraf. AMD dibedakan menjadi dua jenis, yaitu AMD basah dan kering. AMD basah umumnya menyebabkan kondisi yang lebih parah, meskipun lebih dapat ditangani.
Berbeda dengan AMD kering, prevalensinya justru lebih tinggi dibanding AMD basah. Tetapi, kemungkinan baru terdeteksi ketika penderita melakukan pemeriksaan mata. Degenerasi makula tipe basah adalah penyebab utama kehilangan penglihatan pada orang-orang berusia di atas 50.
Hal ini terjadi karena rusaknya bagian tengah retina yang dikenal sebagai makula. Retina adalah jaringan saraf yang peka terhadap sinar dan terletak di mata bagian belakang. Bentuk “basah” dari degenerasi makula terjadi karena pertumbuhan tidak normal dari pembuluh darah dari koroid yang terletak di bawah makula.
Pertumbuhan yang tidak normal ini akan menyebabkan pembuluh darah yang terbentuk lebih rapuh dan mudah pecah. Pecahnya pembuluh darah membuat darah dan cairan mengalir ke retina dan menyebabkan distorsi penglihatan yang membuat garis lurus tampak bergelombang, serta mengakibatkan titik buta (blind spot ) dan hilangnya penglihatan di bagian tengah.
Pembuluh darah yang tidak normal ini akan menyebabkan jaringan parut dan akhirnya dapat terjadi kebutaan total. Lebih jauh, mata merupakan organ vital bagi manusia karena lebih dari 80% informasi yang kita terima berasal dari apa yang kita lihat.
Gangguan pada fungsi penglihatan atau kebutaan akan berdampak pada menurunnya kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan penurunan kondisi mental dan tentunya kualitas hidup.
Menyinggung soal katarak, dr Zeiras mengatakan bahwa katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di dunia maupun di Tanah Air. Riset tahun 2010 yang dilakukan WHO memperkirakan, terdapat 285 juta orang di seluruh dunia yang mengalami gangguan penglihatan dan 39 juta orang mengalami kebutaan.
Katarak masih menjadi penyebab kebutaan terbesar di Indonesia. Letaknya yang berada di daerah tropis menjadikan penduduk Indonesia memiliki kecenderungan jumlah penderita katarak lebih banyak dari mereka yang bermukim di bilangan subtropis.
“Maka itu, kami berharap klinik ini dapat membantu masyarakat lebih memahami pentingnya organ mata dan dapat mendorong mereka melakukan pemeriksaan kesehatan mata secara berkala sehingga dapat menurunkan risiko gangguan penglihatan dan kebutaan sedini mungkin,” tutur dr Zeiras. (Sri Noviarni)
Gangguan AMD terjadi pada makula yang memiliki fungsi penting terkait penglihatan pusat. Akibatnya, penderita mengalami gangguan penglihatan sentral atau distorsi penglihatan. Misalnya, ketika melihat ke jam dinding, penderita AMD hanya dapat melihat angka-angka di bagian tepi jam, sementara di bagian tengah tampak kabur, buram, gelap, atau bahkan hitam dan bergelombang. Kasus AMD dapat berlangsung lambat dan tidak tampak gejala awal, tetapi ada juga yang berlangsung cepat dengan progresivitas tinggi.
AMD menjadi penyebab kebutaan utama pada mereka yang berusia 50 tahun atau lebih. “Saraf mata di bagian tengah yang langsung alami kerusakan, jadi penglihatannya di tengah tampak kabur, buram, atau gelap. Bahayanya, ini menjadi penyebab utama kebutaan usia tua dengan tidak menampakkan gejala awal,” ujar dr Zeiras Eka Djamal SpM, Kepala Klinik Mata Utama JEC @ Cinere Depok, dalam acara pembukaan klinik mata tersebut baru-baru ini.
Beberapa faktor risiko yang dapat memicu lebih cepat terjadinya AMD adalah rokok, ras, dan hipertensi. Spesialis glaukoma dr Arini Safira SpM menjelaskan, rokok mengandung zat stres oksidatif yang merupakan molekul utama penyebab AMD.
“Semakin besar zat stres oksidatif ini pada retina, semakin besar risiko AMD,” bebernya. Dia mengingatkan makanan yang mengandung bahan pengawet juga dapat melepaskan zat berbahaya ini. Maka itu, sebaiknya batasi konsumsi makanan berpengawet.
Mengenai ras, Kaukasia merupakan ras yang paling rentan terkena AMD. Sekitar 11% ras Kaukasia berisiko tinggi alami AMD. Kondisi ini disebabkan iris mata mereka yang lebih tipis dengan pigmen yang kurang sehingga paparan sinar UV lebih mudah masuk ke syaraf mata dan merusak saraf. AMD dibedakan menjadi dua jenis, yaitu AMD basah dan kering. AMD basah umumnya menyebabkan kondisi yang lebih parah, meskipun lebih dapat ditangani.
Berbeda dengan AMD kering, prevalensinya justru lebih tinggi dibanding AMD basah. Tetapi, kemungkinan baru terdeteksi ketika penderita melakukan pemeriksaan mata. Degenerasi makula tipe basah adalah penyebab utama kehilangan penglihatan pada orang-orang berusia di atas 50.
Hal ini terjadi karena rusaknya bagian tengah retina yang dikenal sebagai makula. Retina adalah jaringan saraf yang peka terhadap sinar dan terletak di mata bagian belakang. Bentuk “basah” dari degenerasi makula terjadi karena pertumbuhan tidak normal dari pembuluh darah dari koroid yang terletak di bawah makula.
Pertumbuhan yang tidak normal ini akan menyebabkan pembuluh darah yang terbentuk lebih rapuh dan mudah pecah. Pecahnya pembuluh darah membuat darah dan cairan mengalir ke retina dan menyebabkan distorsi penglihatan yang membuat garis lurus tampak bergelombang, serta mengakibatkan titik buta (blind spot ) dan hilangnya penglihatan di bagian tengah.
Pembuluh darah yang tidak normal ini akan menyebabkan jaringan parut dan akhirnya dapat terjadi kebutaan total. Lebih jauh, mata merupakan organ vital bagi manusia karena lebih dari 80% informasi yang kita terima berasal dari apa yang kita lihat.
Gangguan pada fungsi penglihatan atau kebutaan akan berdampak pada menurunnya kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan penurunan kondisi mental dan tentunya kualitas hidup.
Menyinggung soal katarak, dr Zeiras mengatakan bahwa katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di dunia maupun di Tanah Air. Riset tahun 2010 yang dilakukan WHO memperkirakan, terdapat 285 juta orang di seluruh dunia yang mengalami gangguan penglihatan dan 39 juta orang mengalami kebutaan.
Katarak masih menjadi penyebab kebutaan terbesar di Indonesia. Letaknya yang berada di daerah tropis menjadikan penduduk Indonesia memiliki kecenderungan jumlah penderita katarak lebih banyak dari mereka yang bermukim di bilangan subtropis.
“Maka itu, kami berharap klinik ini dapat membantu masyarakat lebih memahami pentingnya organ mata dan dapat mendorong mereka melakukan pemeriksaan kesehatan mata secara berkala sehingga dapat menurunkan risiko gangguan penglihatan dan kebutaan sedini mungkin,” tutur dr Zeiras. (Sri Noviarni)
(nfl)