Cicipi Es Krim di Kampung Salju
A
A
A
CHINA - Kampung Salju Xuexiang, Provinsi Heilongjiang, China menghadirkan pemandangan yang luar biasa indah. Untuk kulinernya juga paling juara.
Menu-menu yang disajikan di Kampung Salju Xuexiang memang sangat khas. Pasalnya, makanannya merupakan menu khas petani Xuexiang. Tentu rasanya sangat lezat karena dibuat dari bahan-bahan pilihan. Jurnalis iNews.id pun secara langsung bisa mencicipi menu-menu khas Kampung Salju Xuexiang atas undangan Administrasi Pariwisata Nasional China. Dalam rombongan, ada pula jurnalis dari Malaysia, Filipina, Singapura, dan China Radio International yang berpusat di Beijing.
Usai berkeliling Kampung Salju Xuexiang, kami makan malam bersama di sebuah restoran. Menunya sangat istimew. Ada jamur kuping, tumis seperti kacang polong, sawit putih, soun, dan tidak ketinggalan pesanan khusus rombongan ASEAN adalah telur dadar. Tentunya, nasi putih hangat tidak ketinggalan melengkapi makan malam istimewa kami di kawasan berhawa dingin.
Makanan yang disajikan memang rata-rata tidak menimbulkan sensasi pedas. Tentu bagi kami yang menyukai makanan pedas, harus menyiasatinya dengan membawa sendiri sambal kemasan.
Ada yang unik di setiap restoran tempat kami makan. Di setiap meja, selalu tersedia satu botol minuman dan dua botol bir merek HARBIN. Rupanya, hal itu untuk mencegah wisatawan tidak masuk angin.
Usai makan malam, kami pun kembali berkeliling di Kampung Salju Xuexiang. Aneka buah seperti apel, pir, peach kesemek, serta buah seperti lobi-lobi dijajakan di sepanjang tempat wisata ini. Tentunya semua dalam keadaan beku.
Ada juga sate buah karamel. Buah yang disusun seperti sate, semakin menambah variasi jajanan beku untuk pengunjung. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk menikmati buah beku agar bisa digigit.
Untuk yang ingin menikmati jajanan panas, tersedia ubi dan jagung rebus yang dijual dalam gentong besar khas China. Tentu harus segera dimakan agar tidak membeku. Jagung di Xuexiang berbeda dengan Indonesia, karena lebih legit seperti beras ketan.
Meski tubuh kedinginan, bahkan tangan dan kaki membeku, kami tetap melanjutkan jalan-jalan. Kami berhenti di sebuah toko suvenir. Berbagai cenderamata bertema Kampung Salju Xuexiang tersedia, ada juga hasil kebun petani setempat, seperti aneka jamur dan buah kering. Tidak ketinggalan, perlengkapan musim dingin, sarung tangan, dan aneka topi bulu, baik yang terbuat dari rajutan, berbahan kulit atau kain, juga menjadi suvenir pilihan.
Ada satu hal yang menarik selama di sini. Kami ditawari es krim dengan merek “modern” aneka rasa, green tea, vanila susu, cokelat, dan rasa buah-buahan. Bagi kami yang tinggal di daerah tropis seperti Indonesia, tentu masih pikir-pikir untuk makan es krim di daerah bersalju. Ternyata, menurut jurnalis dari Malaysia yang sudah tinggal delapan tahun di Beijing, makan es krim di musim salju lebih nikmat karena tidak terasa dingin dan cepat meleleh. Kami pun mengamini alasan yang diberikan.
Setelah membeku di malam hari, kami menuju kamar masing-masing dan berjanji untuk bangun pagi. Kami memang berencana menikmati indahnya matahari terbit.
Pukul 06.30 waktu setempat, saat kondisi di Kampung Salju Xuexiang masih gelap, kami memaksakan diri berjalan ke luar hotel. Rasa penasaran ingin melihat indahnya sunrise dari balik bukit salju, mengalahkan rasa dingin di luar yang sangat menyengat.
Setelah menaiki puluhan anak tangga, kami sampai di titik pantau pemandangan indah Kampung Salju Xuexiang dengan latar belakang bukit-bukit dan pohon pinus berlapis salju tebal. Meski sinar matahari tidak terlihat sempurna, semburat cahayanya tetap tampak indah. Sesekali muncul bentuk setengah lingkaran berwarna kuning, sedikit merah, dan biru.
Udara dingin yang sangat menyengat dan jari-jari yang sudah kaku, memaksa kami tidak bisa berlama-lama menikmati pemandangan alam yang indah. Selanjutnya, kami menikmati sarapan di area hotel pukul 07.30. Menu kali ini yang disajikan, seperti telur rebus, bakpau, dan bubur beras merah. Tersedia juga soun, tahu humhu, kecap, tumis jamur kuping, cah bawang bombai, dan tumis sayuran khas Xuexiang yang mirip kailan. Lagi-lagi, saus sambal kemasan dari Indonesia menjadi penyelamat nafsu makan kami karena semua menu tanpa rasa pedas.
Usai sarapan, agenda kami adalah permainan keajaiban dan bermain seluncuran salju. Keajaiban salju dilakukan dengan membuang air panas dalam termos ke udara, membentuk setengah lingkaran. Hasilnya ajaib, air panas seketika membeku dan membentuk gambar yang indah di udara. Hasil rekaman video dan foto keajaiban salju sangat menakjubkan.
Jika Anda berminat juga, ada permainan seluncur salju sambil duduk di atas kursi dengan cara mengayuh atau naik kereta salju yang ditarik dua ekor anjing. Permainan yang lain adalah seluncur salju. Kami menarik tempat duduk seperti pelampung, lalu naik ke atas tempat dimulainya seluncur salju.
Satu perjalanan seluncur salju berisi empat orang. Kami duduk paling depan. Untuk keamanan, kami mengapit kaki teman yang duduk di belakang dan seterusnya. Dengan diberi aba-aba, kami pun meluncur cepat sambil berteriak senang. Permainan seluncur salju menutup petualangan kami yang sangat berkesan di Kampung Salju Xuexiang. (Eman Sulistiani/iNews)
Menu-menu yang disajikan di Kampung Salju Xuexiang memang sangat khas. Pasalnya, makanannya merupakan menu khas petani Xuexiang. Tentu rasanya sangat lezat karena dibuat dari bahan-bahan pilihan. Jurnalis iNews.id pun secara langsung bisa mencicipi menu-menu khas Kampung Salju Xuexiang atas undangan Administrasi Pariwisata Nasional China. Dalam rombongan, ada pula jurnalis dari Malaysia, Filipina, Singapura, dan China Radio International yang berpusat di Beijing.
Usai berkeliling Kampung Salju Xuexiang, kami makan malam bersama di sebuah restoran. Menunya sangat istimew. Ada jamur kuping, tumis seperti kacang polong, sawit putih, soun, dan tidak ketinggalan pesanan khusus rombongan ASEAN adalah telur dadar. Tentunya, nasi putih hangat tidak ketinggalan melengkapi makan malam istimewa kami di kawasan berhawa dingin.
Makanan yang disajikan memang rata-rata tidak menimbulkan sensasi pedas. Tentu bagi kami yang menyukai makanan pedas, harus menyiasatinya dengan membawa sendiri sambal kemasan.
Ada yang unik di setiap restoran tempat kami makan. Di setiap meja, selalu tersedia satu botol minuman dan dua botol bir merek HARBIN. Rupanya, hal itu untuk mencegah wisatawan tidak masuk angin.
Usai makan malam, kami pun kembali berkeliling di Kampung Salju Xuexiang. Aneka buah seperti apel, pir, peach kesemek, serta buah seperti lobi-lobi dijajakan di sepanjang tempat wisata ini. Tentunya semua dalam keadaan beku.
Ada juga sate buah karamel. Buah yang disusun seperti sate, semakin menambah variasi jajanan beku untuk pengunjung. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk menikmati buah beku agar bisa digigit.
Untuk yang ingin menikmati jajanan panas, tersedia ubi dan jagung rebus yang dijual dalam gentong besar khas China. Tentu harus segera dimakan agar tidak membeku. Jagung di Xuexiang berbeda dengan Indonesia, karena lebih legit seperti beras ketan.
Meski tubuh kedinginan, bahkan tangan dan kaki membeku, kami tetap melanjutkan jalan-jalan. Kami berhenti di sebuah toko suvenir. Berbagai cenderamata bertema Kampung Salju Xuexiang tersedia, ada juga hasil kebun petani setempat, seperti aneka jamur dan buah kering. Tidak ketinggalan, perlengkapan musim dingin, sarung tangan, dan aneka topi bulu, baik yang terbuat dari rajutan, berbahan kulit atau kain, juga menjadi suvenir pilihan.
Ada satu hal yang menarik selama di sini. Kami ditawari es krim dengan merek “modern” aneka rasa, green tea, vanila susu, cokelat, dan rasa buah-buahan. Bagi kami yang tinggal di daerah tropis seperti Indonesia, tentu masih pikir-pikir untuk makan es krim di daerah bersalju. Ternyata, menurut jurnalis dari Malaysia yang sudah tinggal delapan tahun di Beijing, makan es krim di musim salju lebih nikmat karena tidak terasa dingin dan cepat meleleh. Kami pun mengamini alasan yang diberikan.
Setelah membeku di malam hari, kami menuju kamar masing-masing dan berjanji untuk bangun pagi. Kami memang berencana menikmati indahnya matahari terbit.
Pukul 06.30 waktu setempat, saat kondisi di Kampung Salju Xuexiang masih gelap, kami memaksakan diri berjalan ke luar hotel. Rasa penasaran ingin melihat indahnya sunrise dari balik bukit salju, mengalahkan rasa dingin di luar yang sangat menyengat.
Setelah menaiki puluhan anak tangga, kami sampai di titik pantau pemandangan indah Kampung Salju Xuexiang dengan latar belakang bukit-bukit dan pohon pinus berlapis salju tebal. Meski sinar matahari tidak terlihat sempurna, semburat cahayanya tetap tampak indah. Sesekali muncul bentuk setengah lingkaran berwarna kuning, sedikit merah, dan biru.
Udara dingin yang sangat menyengat dan jari-jari yang sudah kaku, memaksa kami tidak bisa berlama-lama menikmati pemandangan alam yang indah. Selanjutnya, kami menikmati sarapan di area hotel pukul 07.30. Menu kali ini yang disajikan, seperti telur rebus, bakpau, dan bubur beras merah. Tersedia juga soun, tahu humhu, kecap, tumis jamur kuping, cah bawang bombai, dan tumis sayuran khas Xuexiang yang mirip kailan. Lagi-lagi, saus sambal kemasan dari Indonesia menjadi penyelamat nafsu makan kami karena semua menu tanpa rasa pedas.
Usai sarapan, agenda kami adalah permainan keajaiban dan bermain seluncuran salju. Keajaiban salju dilakukan dengan membuang air panas dalam termos ke udara, membentuk setengah lingkaran. Hasilnya ajaib, air panas seketika membeku dan membentuk gambar yang indah di udara. Hasil rekaman video dan foto keajaiban salju sangat menakjubkan.
Jika Anda berminat juga, ada permainan seluncur salju sambil duduk di atas kursi dengan cara mengayuh atau naik kereta salju yang ditarik dua ekor anjing. Permainan yang lain adalah seluncur salju. Kami menarik tempat duduk seperti pelampung, lalu naik ke atas tempat dimulainya seluncur salju.
Satu perjalanan seluncur salju berisi empat orang. Kami duduk paling depan. Untuk keamanan, kami mengapit kaki teman yang duduk di belakang dan seterusnya. Dengan diberi aba-aba, kami pun meluncur cepat sambil berteriak senang. Permainan seluncur salju menutup petualangan kami yang sangat berkesan di Kampung Salju Xuexiang. (Eman Sulistiani/iNews)
(nfl)