Studi: Anak Bertubuh Lebih Pendek Berisiko Alami Stroke Iskemik
A
A
A
JAKARTA - Penelitian terbaru menunjukkan anak pada usia 7 hingga 13 tahun yang memiliki tinggi lebih pendek 5 cm dibandingkan teman seusianya berisiko tinggi mengalami stroke iskemik saat dewasa. Kemungkinan ini terjadi hingga 11%.
Dilansir Mirror, stroke iskemik adalah munculnya gumpalan di pembuluh darah otak yang menghambat aliran darah serta pasokan energi yang dapat menyebabkan sel diotak mati. Meski dapat dialami oleh pria dan wanita namun pria lebih berisiko mengalami pendarahan intraserebal karena pendarahan di otak.
Peneliti dari University of Copenhagen menganalisis 300 ribu anak-anak di Denmark dalam rentang 1930-1989. Hasil penelitan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan ilmuwan Inggris, di mana anak-anak yang lebih tinggi berisiko rendah mengalami serangan jantung.
Sementara, penelitian sebelumnya menemukan bahwa anak-anak yang lebih tinggi dari rata-rata 6-10% cenderung lebih kecil meninggal karena stroke. Perubahan ini pun dapat dimodifikasi guna mengurangi kemungkinan terjadinya stroke.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa tinggi badan pada anak-anak berpengaruh terhadap kemungkinan risiko terjadinya stroke. Anak-anak diharapkan memberi perhatian ekstra untuk mengubah atau mengobati faktor risiko,” kata salah seorang peneliti Prof Jennifer Baker.
Karena itu, para peneliti menyarankan anak dengan tubuh lebih pendek untuk menjalani diet sehat dan menghindari stres. Pasalnya, stroke merupakan penyakit serius yang bisa menyebabkan kematian.
Dilansir Mirror, stroke iskemik adalah munculnya gumpalan di pembuluh darah otak yang menghambat aliran darah serta pasokan energi yang dapat menyebabkan sel diotak mati. Meski dapat dialami oleh pria dan wanita namun pria lebih berisiko mengalami pendarahan intraserebal karena pendarahan di otak.
Peneliti dari University of Copenhagen menganalisis 300 ribu anak-anak di Denmark dalam rentang 1930-1989. Hasil penelitan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan ilmuwan Inggris, di mana anak-anak yang lebih tinggi berisiko rendah mengalami serangan jantung.
Sementara, penelitian sebelumnya menemukan bahwa anak-anak yang lebih tinggi dari rata-rata 6-10% cenderung lebih kecil meninggal karena stroke. Perubahan ini pun dapat dimodifikasi guna mengurangi kemungkinan terjadinya stroke.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa tinggi badan pada anak-anak berpengaruh terhadap kemungkinan risiko terjadinya stroke. Anak-anak diharapkan memberi perhatian ekstra untuk mengubah atau mengobati faktor risiko,” kata salah seorang peneliti Prof Jennifer Baker.
Karena itu, para peneliti menyarankan anak dengan tubuh lebih pendek untuk menjalani diet sehat dan menghindari stres. Pasalnya, stroke merupakan penyakit serius yang bisa menyebabkan kematian.
(tdy)