Gawai Menjadi Pelarian Orang-Orang dengan Tekanan Hidup
A
A
A
JAKARTA - Kemajuan teknologi semakin pesat. Gawai atau gadget adalah salah satu bukti betapa cepatnya kemajuan teknologi dewasa ini.
Berkat kemajuan teknologi, berbagai aplikasi pun tersedia di gawai. Facebook, Twitter, Instagram dan sejumlah media sosial (medsos) lainnya kini dengan mudah diakses lewat ponsel pintar.
Kemajuan teknologi itu pun dimanfaatkan oleh mereka yang dalam kehidupan nyata sejatinya kurang aktif. Dalam sebuah penelitian ditemukan, kemajuan teknologi seakan menjadi ruang bagi mereka yang mengalami stres di dunia nyata. Kecanggihan ponsel pintar pun, dinilai membuat orang yang memang kurang terbuka di dunia nyata menjadi seakan-akan memiliki tempat.
Penelitian itu menemukan bahwa orang-orang yang labil secara emosional, menderita kecemasan dan depresi akan mengalihkan perhatiannya kepada gawai. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa orang menjadi kurang stabil secara emosional dikaitkan dengan perilaku gawai.
Orang-orang yang berjuang dengan kesehatan mental, mereka lebih cenderung menggunakan gawai mereka sebagai bentuk terapi, sekaligus membuka peluang kecanduan ponsel.
"Penggunaan smartphone bermasalah lebih kompleks daripada yang diperkirakan sebelumnya dan penelitian kami telah menyoroti interaksi berbagai faktor psikologis dalam studi penggunaan ponsel pintar," kata Zaheer Hussain, Dosen Psikologi di University of Derby, Inggris, dilansir Zeenews.
"Ini karena orang mungkin mengalami masalah dalam hidup mereka seperti stres, kecemasan, depresi, masalah keluarga, sehingga dalam keadaan itu mereka secara emosional tidak stabil, yang berarti mereka mungkin mencari istirahat dalam bentuk penggunaan smartphone yang sangat berlebihan. Ini mengkhawatirkan," Hussain menambahkan.
Untuk penelitian ini, tim psikolog melakukan studi online terhadap 640 pengguna ponsel cerdas, yang berusia antara 13—69 tahun. Ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan ponsel cerdas dan ciri-ciri kepribadian.
Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang tertutup atau kurang terbuka dengan emosi mereka lebih cenderung mengisi waktu dengan penggunaan ponsel cerdas.
"Mereka mungkin terlibat dalam penggunaan jejaring sosial pasif, di mana Anda menghabiskan banyak waktu di Facebook, Twitter, Instagram, menelusuri komentar, gambar, dan postingan orang lain, dan tidak memposting sesuatu milik Anda sendiri dan tidak terlibat dalam diskusi dengan orang lain,” papar Hussain.
Berkat kemajuan teknologi, berbagai aplikasi pun tersedia di gawai. Facebook, Twitter, Instagram dan sejumlah media sosial (medsos) lainnya kini dengan mudah diakses lewat ponsel pintar.
Kemajuan teknologi itu pun dimanfaatkan oleh mereka yang dalam kehidupan nyata sejatinya kurang aktif. Dalam sebuah penelitian ditemukan, kemajuan teknologi seakan menjadi ruang bagi mereka yang mengalami stres di dunia nyata. Kecanggihan ponsel pintar pun, dinilai membuat orang yang memang kurang terbuka di dunia nyata menjadi seakan-akan memiliki tempat.
Penelitian itu menemukan bahwa orang-orang yang labil secara emosional, menderita kecemasan dan depresi akan mengalihkan perhatiannya kepada gawai. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa orang menjadi kurang stabil secara emosional dikaitkan dengan perilaku gawai.
Orang-orang yang berjuang dengan kesehatan mental, mereka lebih cenderung menggunakan gawai mereka sebagai bentuk terapi, sekaligus membuka peluang kecanduan ponsel.
"Penggunaan smartphone bermasalah lebih kompleks daripada yang diperkirakan sebelumnya dan penelitian kami telah menyoroti interaksi berbagai faktor psikologis dalam studi penggunaan ponsel pintar," kata Zaheer Hussain, Dosen Psikologi di University of Derby, Inggris, dilansir Zeenews.
"Ini karena orang mungkin mengalami masalah dalam hidup mereka seperti stres, kecemasan, depresi, masalah keluarga, sehingga dalam keadaan itu mereka secara emosional tidak stabil, yang berarti mereka mungkin mencari istirahat dalam bentuk penggunaan smartphone yang sangat berlebihan. Ini mengkhawatirkan," Hussain menambahkan.
Untuk penelitian ini, tim psikolog melakukan studi online terhadap 640 pengguna ponsel cerdas, yang berusia antara 13—69 tahun. Ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan ponsel cerdas dan ciri-ciri kepribadian.
Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang tertutup atau kurang terbuka dengan emosi mereka lebih cenderung mengisi waktu dengan penggunaan ponsel cerdas.
"Mereka mungkin terlibat dalam penggunaan jejaring sosial pasif, di mana Anda menghabiskan banyak waktu di Facebook, Twitter, Instagram, menelusuri komentar, gambar, dan postingan orang lain, dan tidak memposting sesuatu milik Anda sendiri dan tidak terlibat dalam diskusi dengan orang lain,” papar Hussain.
(alv)