Frances Caitlin Tirtaguna Angkat Budaya Betawi lewat Ondel-Ondel Galau
A
A
A
JAKARTA - Berawal dari keresahannya melihat sepasang Ondel-ondel yang terlihat lusuh dan meminta sejumlah uang di kemacetan Jakarta, penulis Frances Caitlin Tirtaguna tergerak untuk mencari tahu tentang ondel-ondel yang berujung pada kebudayaan Betawi. Melalui riset yang dia lakukan di Perkampungan Kebudayaan Betawi Setu Babakan, Frances mengemas hasil riset yang dipadukan dengan kehidupannya sehari-hari melalui novel berjudul Ondel-Ondel Galau yang berbahasa Inggris namun sangat ringan dibaca.
Dalam novel ini, Frances mengulas tentang beragam kebudayaan Betawi, mulai dari sejarah, para tokoh, tarian adat, baju adat, lagu adat, mainan tradisional hingga beragam makanan khas Betawi. Buku Ondel-Ondel Galau yang akan dirilis April mendatang merupakan buku keduanya setelah Lost In Bali yang terbit pada 2014 lalu.
Penulis berusia 15 tahun ini mengatakan bahwa Ondel-Ondel Galau adalah salah satu perwujudan dari keinginannya untuk selalu memberikan manfaat bagi orang banyak. Buku kedua yang ditulisnya ini merupakan lanjutan dari keinginannya membuat sebuah bacaan yang dapat bermanfat terutama bagi remaja seusianya.
"Lewat buku ini saya ingin mengenalkan beragam kebudayaan Betawi yang menurut saya saat ini sudah berevolusi sehingga hampir tidak terlihat lagi di kehidupan modern anak-anak seusianya," ucap Frances di Jakarta, Selasa (27/3/2018).
Dia juga mengaku ingin belajar banyak tentang budaya Betawi dan ingin mengajak generasi muda untuk lebih mengenal Budaya Betawi dan meningkatkan kesadaran untuk turut melestarikannya serta mengenalkannya kepada dunia.
"Novel ini membuka mata saya untuk menggali warisan dan identitas diri sendiri. Dari penelitian tentang budaya Betawi yang saya lakukan akhirnya saya bertemu dengan seorang tokoh Betawi, Indra Sutisna di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Dari pertemuan itu saya mulai mengetahui peranan penting ondel-ondel yang telah ada selama ratusan tahun dan bagaimana mereka akhirnya menjadi ikon kota Jakarta. Sayangnya, beberapa orang yang tidak bertanggung jawab mulai menggunakan boneka itu sebagai atraksi jalanan hingga menurunkan nilai budaya yang melekat," papar Frances.
Sementara itu Indra menyambut positif apa yang dilakukan oleh Frances, dia berharap buku ini menjadi pembelajaran bersama-sama, karena menurutnya jika generasi muda dan anak-anak makin jauh dari budaya nya sendiri maka Bang Indra juga khawatir bahwa Jakarta akan kehilangan jati diri.
"Saya berterima kasih dengan apa yang dilakukan Frances untuk menulis buku ini, semoga dengan buku yang nanti bakal terbit, mengenai adanya soal bahasa atau kaitan-kaitan tentang budaya, isi-isi mengenai budaya kita tinggal lihat saja di buku ini. Tetapi yang pasti kita tidak boleh kehilangan budaya kita. Kita tidak boleh kehilangan jati diri kita, pun budaya Betawi sebagai inti kota Jakarta inilah harus kita jaga,” ucap Indra.
Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi, Yahya Andi Saputra juga menyambut baik adanya buku ini. Namun, dia juga berharap selain dibuatkan dalam bentuk cetak, buku ini juga diharapkan dibuatkan versi hidupnya. "Agar kebudayaan Betawi bisa lebih menyebar lagi bukan hanya di tanah Betawi saja, tetapi bisa menyebar sampai keluar negeri," ujar Yahya.
Dalam novel ini, Frances mengulas tentang beragam kebudayaan Betawi, mulai dari sejarah, para tokoh, tarian adat, baju adat, lagu adat, mainan tradisional hingga beragam makanan khas Betawi. Buku Ondel-Ondel Galau yang akan dirilis April mendatang merupakan buku keduanya setelah Lost In Bali yang terbit pada 2014 lalu.
Penulis berusia 15 tahun ini mengatakan bahwa Ondel-Ondel Galau adalah salah satu perwujudan dari keinginannya untuk selalu memberikan manfaat bagi orang banyak. Buku kedua yang ditulisnya ini merupakan lanjutan dari keinginannya membuat sebuah bacaan yang dapat bermanfat terutama bagi remaja seusianya.
"Lewat buku ini saya ingin mengenalkan beragam kebudayaan Betawi yang menurut saya saat ini sudah berevolusi sehingga hampir tidak terlihat lagi di kehidupan modern anak-anak seusianya," ucap Frances di Jakarta, Selasa (27/3/2018).
Dia juga mengaku ingin belajar banyak tentang budaya Betawi dan ingin mengajak generasi muda untuk lebih mengenal Budaya Betawi dan meningkatkan kesadaran untuk turut melestarikannya serta mengenalkannya kepada dunia.
"Novel ini membuka mata saya untuk menggali warisan dan identitas diri sendiri. Dari penelitian tentang budaya Betawi yang saya lakukan akhirnya saya bertemu dengan seorang tokoh Betawi, Indra Sutisna di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Dari pertemuan itu saya mulai mengetahui peranan penting ondel-ondel yang telah ada selama ratusan tahun dan bagaimana mereka akhirnya menjadi ikon kota Jakarta. Sayangnya, beberapa orang yang tidak bertanggung jawab mulai menggunakan boneka itu sebagai atraksi jalanan hingga menurunkan nilai budaya yang melekat," papar Frances.
Sementara itu Indra menyambut positif apa yang dilakukan oleh Frances, dia berharap buku ini menjadi pembelajaran bersama-sama, karena menurutnya jika generasi muda dan anak-anak makin jauh dari budaya nya sendiri maka Bang Indra juga khawatir bahwa Jakarta akan kehilangan jati diri.
"Saya berterima kasih dengan apa yang dilakukan Frances untuk menulis buku ini, semoga dengan buku yang nanti bakal terbit, mengenai adanya soal bahasa atau kaitan-kaitan tentang budaya, isi-isi mengenai budaya kita tinggal lihat saja di buku ini. Tetapi yang pasti kita tidak boleh kehilangan budaya kita. Kita tidak boleh kehilangan jati diri kita, pun budaya Betawi sebagai inti kota Jakarta inilah harus kita jaga,” ucap Indra.
Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi, Yahya Andi Saputra juga menyambut baik adanya buku ini. Namun, dia juga berharap selain dibuatkan dalam bentuk cetak, buku ini juga diharapkan dibuatkan versi hidupnya. "Agar kebudayaan Betawi bisa lebih menyebar lagi bukan hanya di tanah Betawi saja, tetapi bisa menyebar sampai keluar negeri," ujar Yahya.
(alv)