Eksotisme Stalagmit di Gua Cokro di Gunungkidul
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Bentang alam Karst di Gunungkidul yang masuk dalam Gunung Sewu Global Geopark benar-benar menyimpan keindahan baik di permukaan maupun di perut bumi. Bahkan eksotisme di dalam bumi lewat gua di Gunungkidul pun menyimpan keindahan yang luar biasa.
Seperti halnya Gua Cokro yang terletak di Dusun Blimbing, Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong. Selintas tidak ada yang istimewa begitu kita masuk sekitar mulut gua. Hanya lubang kecil berbentuk elips dengan diameter tidak lebih dari 1,5 meter kali 2 meter.
Namun begitu kita turun dengan menggunakan tali hernes, kita akan takjub melihat pemandangan di sana. Begitu menurun menggunakan tali ke kedalaman 18 meter, mata kita langsung tertuju dengan sebuah cahaya indah dari salah satu sudut gua dari sisi atas.
"Ini sama dengan cahaya di Gua Jomblang, kita juga menyebutnya cahaya surga," ungkap ketua pengelola Gua Cokro Purwanto.
Sebuah siluet cahaya itu benar-benar menunjukkan keagungan Tuhan dalam menciptakan bentang alam termasuk keindahan di dalam rongga bumi. Gua Cokro merupakan salah satu geosite yang diakui oleh Unesco. Warga setempat kemudian memgembangkan untuk destinasi wisata minat khusus.
"Di dalam gua kita akan menemukan banyak bentuk stalagmit, seperti kepala singa dan juga keris. Memang keindahan stalaktit dan stalagmit di gua ini berbeda. Semua ornamen juga masih hidup, "imbuhnya.
Untuk bisa menikmati stalaktit dan stalagmit di gua tersebut, pengunjung bisa membayar Rp100.000 untuk satu orang. Itu saja harus lebih dari empat orang untuk bisa turun. Harga paket resmi untuk wisata ini adalah Rp1 juta untuk 10 orang.
Biaya yang dibebankan kepada wisatawan ini jug untuk pemberdayaan kelompok. Mereka harus memberi honor kepada sedikitnya 15 orang mulai dari pemandu wisata di atas dan di dalam gua serta penarik tali yang jumlahnya 10 orang.
Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi yang sempat turun gua pun, mengaku takjub dengan pemandangan di dalam perut bumi tersebut. Dia sempat menyusuri di dalam gua hingga beberapa lokasi, termasuk ke kepala singa hingga kamar pengantin.
Nama kamar pengantin dipilih karena merupakan lokasi dengan pemandangan stalagtit yang cukup indah. "Dari penjelasan pengelola, di lokasi layaknya kamar dengan ukuran 3x4 meter tersebut, terdapat pemandangan stalagmit yang mewakili semua stalagmit yang ada di dalam gua. Belum lagi tadi cahaya surganya luar biasa," papar dia.
Untuk bisa menjangkau lokasi, wisatawan bisa menempuh perjalan darat dengan waktu tempuh sekitar dua jam dari Yogyakarta menuju Ponjong, Gunungkidul, apabila jalan tidak macet. Dari Ponjong, wisatawan bisa mengambil arah menuju Balai Desa Umbulrejo. Di kantor desa sudah dipasang penunjuk arah menuju lokasi. Hanya, dibutuhkan keberanian untuk masuk gua vertikal yang oleh warga masyarakat disebut luweng Cokro tersebut.
Seperti halnya Gua Cokro yang terletak di Dusun Blimbing, Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong. Selintas tidak ada yang istimewa begitu kita masuk sekitar mulut gua. Hanya lubang kecil berbentuk elips dengan diameter tidak lebih dari 1,5 meter kali 2 meter.
Namun begitu kita turun dengan menggunakan tali hernes, kita akan takjub melihat pemandangan di sana. Begitu menurun menggunakan tali ke kedalaman 18 meter, mata kita langsung tertuju dengan sebuah cahaya indah dari salah satu sudut gua dari sisi atas.
"Ini sama dengan cahaya di Gua Jomblang, kita juga menyebutnya cahaya surga," ungkap ketua pengelola Gua Cokro Purwanto.
Sebuah siluet cahaya itu benar-benar menunjukkan keagungan Tuhan dalam menciptakan bentang alam termasuk keindahan di dalam rongga bumi. Gua Cokro merupakan salah satu geosite yang diakui oleh Unesco. Warga setempat kemudian memgembangkan untuk destinasi wisata minat khusus.
"Di dalam gua kita akan menemukan banyak bentuk stalagmit, seperti kepala singa dan juga keris. Memang keindahan stalaktit dan stalagmit di gua ini berbeda. Semua ornamen juga masih hidup, "imbuhnya.
Untuk bisa menikmati stalaktit dan stalagmit di gua tersebut, pengunjung bisa membayar Rp100.000 untuk satu orang. Itu saja harus lebih dari empat orang untuk bisa turun. Harga paket resmi untuk wisata ini adalah Rp1 juta untuk 10 orang.
Biaya yang dibebankan kepada wisatawan ini jug untuk pemberdayaan kelompok. Mereka harus memberi honor kepada sedikitnya 15 orang mulai dari pemandu wisata di atas dan di dalam gua serta penarik tali yang jumlahnya 10 orang.
Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi yang sempat turun gua pun, mengaku takjub dengan pemandangan di dalam perut bumi tersebut. Dia sempat menyusuri di dalam gua hingga beberapa lokasi, termasuk ke kepala singa hingga kamar pengantin.
Nama kamar pengantin dipilih karena merupakan lokasi dengan pemandangan stalagtit yang cukup indah. "Dari penjelasan pengelola, di lokasi layaknya kamar dengan ukuran 3x4 meter tersebut, terdapat pemandangan stalagmit yang mewakili semua stalagmit yang ada di dalam gua. Belum lagi tadi cahaya surganya luar biasa," papar dia.
Untuk bisa menjangkau lokasi, wisatawan bisa menempuh perjalan darat dengan waktu tempuh sekitar dua jam dari Yogyakarta menuju Ponjong, Gunungkidul, apabila jalan tidak macet. Dari Ponjong, wisatawan bisa mengambil arah menuju Balai Desa Umbulrejo. Di kantor desa sudah dipasang penunjuk arah menuju lokasi. Hanya, dibutuhkan keberanian untuk masuk gua vertikal yang oleh warga masyarakat disebut luweng Cokro tersebut.
(alv)