Menjadikan Muara Bengawan Solo sebagai Destinasi Wisata

Rabu, 09 Mei 2018 - 20:30 WIB
Menjadikan Muara Bengawan...
Menjadikan Muara Bengawan Solo sebagai Destinasi Wisata
A A A
GRESIK - Gresik memang bukan Malang atau Batu yang memiliki potensi wisata alam. Namun, hasrat menjadi alasan yang kuat mengubah keterbatasan alam menjadi distinasi baru. Salah satunya, muara Bengawan Solo wilayah Desa Pangkah Wetan, Kecamatan Ujungpangkah, Gresik, Jawa Timur.

Demi mewujudkan hasrat tersebut, warga Desa Pangkah Wetan melalui Kepala Desa Abdullah Mahdi melakukan berbagai upaya. Di antaranya adalah memaksimalkan peran dana desa serta melakukan kerja sama dengan perusahaan melalui program CSR (corporate social responcibility) PT PGN Saka.

Tidak cukup sampai di situ. Pemerintah desa juga mengajak para pegiat sosial media untuk ikut mempublikasikan. Diantaranya, PGN Saka untuk mengajak para jurnalis maupun kelompok masyarakat untuk mengunjungi lokasi yang disebut Muara Bengawan Solo atau MBS.

“Ini baru lima bulan kami operasikan dengan kondisi yang seadanya, tetapi kami yakin ini akan menjado tempat wisata andalan Gresik,” kata Abdullah Mahdi kepada para kelompok warga saat membuka sesi dialog di joglo Wisata Mangrove MBS.

Rasa optimistis kepala desa yang kerap dipanggil Sandi itu seolah mengikis rasa pesimisme para pengunjung. Sebab, saat tiba di lokasi setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit dari pelabuhan nelayan ke lokasi, ada rasa kecewa. Ini karena saat warga tiba dan berkeliling mengikuti track mangrove, ternyata tidak ada yang istimewa.

“Kalau tidak ada yang diandalkan, maka tidak menarik. Jaraknya jauh dan panas,” ucap Habib, 32, warga Sidoarjo sebelum sesi dialog.

Sandi lantas dengan gamblang menyampaikan konsep mengembangkan wahana wisata muara Bengawan Solo. Dia mengestimasikan ada 300 hektare lahan yang bakal di sulap menjadi beberapa wahana. Sehingga, warga Pangkah Wetan yang mencapai 9.735 orang tidak lagi mengandalkan mata pencaharian sebagai nelayan lagi.

“Dengan pola ini, kami harapkan mampu membangkitkan ekonomi masyarakatnya melalui sektor lingkungan dan wisata,” kata Sandi.

Memang upaya itu sudah dimulai sejak akhir 2017 lalu. Dana desa sekitar Rp250 juta digelontorkan untuk memulai mimpi warga Pangkah Wetan. Mimpi itu dimula dari penghijauan mangrove yang berada di sepanjang muara Bengawan Solo yang dilakukan secara masif dan berkelanjutan selama hampir 6 tahun.

Mangrove nan rimbun yang lokasinya sekitar 5 kilometer dari pelabuhan nelayan, kini disulap menjadi serba terbatas, namun sejak Desember tahun lalu hingga kini sudah ada 4.500 wisatawan yang datang berkunjung. Jogging track yang dibuat berwarna-warni serta beberapa spot swafoto (selfie) yang menjadi daya tarik wisatawan milenial.

"Saat ini ticketing yang kami bebankan cukup murah hanya Rp10.000 sudah include dengan naik perahu dari dermaga ke MBS ini. Memang tiket segitu murah cuma ganti bahan bakar kapal saja, tetapi itung-itung promosi," beber Sandi.

Ke depan, melalui dana desa dan bantuan CSR PGN Saka Indonesia Pangkah Ltd, Sandi ingin menambah beberapa spot selfie serta anjungan lepas pantai dan area flying fox sehingga wisatawan bisa merasakan sensi yang berbeda.

"Nanti kami akan lengkapi dengan fasilitas fishing khusus. Kami juga akan jadikan magrove ini menjadi suaka burung sehingga wisatawan bisa menikmati pemandangan burung yang keluar di pagi hari dan sore hari," ujar dia.

Pihak desa juga sudah mengembangkan agrowisata lainnya yang merupakan lahan milik warga, yang ditanami lengkeng, nanas dan rambutan. Sebab, pihaknya ingin petani punya nilai tambah sendiri. Jadi tidak lagi jual hasil panen ke pasar lewat perantara. Juga memberdayakan ibu-ibu di sini membuat camilan dan dijual di MBS.

“Untuk memujudkan itu kami perkirakan masih membutuhkan dana sekitar Rp3 miliar lagi. Dan, kami optimistis akan mampu terwujud dalam dua sampai tiga tahun ke depan," tutur Sandi.

Sementara itu, Manager external dan CSR Saka Indonesia Pangkah Limited, Yayan Mulyana menyatakan, pihaknya berupaya mendorong masyarakat Pangkah Wetan lebih berdaya dan mandiri secara ekonomi. Dan untuk memberdayakan mereka juga menggandeng LSM lingkungan pupuk.

"Karena kami sadar suatu saat nanti minyak dan gas bisa habis. Jadi saat CSR kami tidak lagi di sini maka masyarakat disini sudah berdaya," ujar dia.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1055 seconds (0.1#10.140)