Gogon Mengawali Karier Komedi lewat Grup Dangdut Slenget
A
A
A
BOYOLALI - Kematian pelawak Srimulat Gogon meninggalkan duka mendalam, khususnya keluarga dan rekan sesama komedian. Lawakannya mampu membuat penonton terhibur, meski tidak mudah untuk membuat orang tertawa.
Melirik perjalanan kariernya, sebelum populer bersama Srimulat, di era 1982, Gogon bersama rekan di kampung halamannya di Dukuh Bukur Ireng, Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah tergabung dalam grup musik dangdut Slenget yang memadukan komedi dengan music dangdut.
“Kami main dari panggung ke panggung, harus pandai berimprovisasi karena dangdut diselingi lawak,” kata rekan Gogon, Gombloh di sela sela persiapan pemakaman Gogon di rumah duka di Dukuh Bukur Ireng, Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (15/5/2018).
Nama grup music dangdut Slenget mulai dikenal setelah juara I lomba lawak di TVRI. Kala itu, yang menjadi saingan, di antaranya pelawak Thukul dan Marwoto.
Setelah kompetisi tersebut, rezeki Gogon semakin lancar mengalir. Bayaran manggung yang dulunya sering nombok, akhirnya naik tinggi. “Pada waktu itu bayarannya Rp500-750 untuk grup kami. Nilai yang besar di tahun itu,” kenangnya.
Sekitar 1986, Gogon bergabung dengan grup lawak Srimulat yang makin membuat kariernya bersinar. Gogon yang memiliki nama asli Margono akhirnya dikenal sebagai salah satu komedian ternama Tanah Air.
Gaya mendadak menjadi patung dan mendadak melorot saat duduk di kursi menjadi cirri khasnya, meski sudah tidak satu grup, Gogon maupun Gombloh tetap akrab. Keduanya sering bertemu dan ngobrol saat Gogon pulang ke Boyolali.
Dari ngobrol ngobrol itu, Gogon berkiblat pada gaya melawak Tekno Srimulat, Charlie Caplin, dan Didik Mangkuprojo. “Gogon merupakan yang dibesarkan oleh proses,” ucapnya.
Melirik perjalanan kariernya, sebelum populer bersama Srimulat, di era 1982, Gogon bersama rekan di kampung halamannya di Dukuh Bukur Ireng, Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah tergabung dalam grup musik dangdut Slenget yang memadukan komedi dengan music dangdut.
“Kami main dari panggung ke panggung, harus pandai berimprovisasi karena dangdut diselingi lawak,” kata rekan Gogon, Gombloh di sela sela persiapan pemakaman Gogon di rumah duka di Dukuh Bukur Ireng, Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (15/5/2018).
Nama grup music dangdut Slenget mulai dikenal setelah juara I lomba lawak di TVRI. Kala itu, yang menjadi saingan, di antaranya pelawak Thukul dan Marwoto.
Setelah kompetisi tersebut, rezeki Gogon semakin lancar mengalir. Bayaran manggung yang dulunya sering nombok, akhirnya naik tinggi. “Pada waktu itu bayarannya Rp500-750 untuk grup kami. Nilai yang besar di tahun itu,” kenangnya.
Sekitar 1986, Gogon bergabung dengan grup lawak Srimulat yang makin membuat kariernya bersinar. Gogon yang memiliki nama asli Margono akhirnya dikenal sebagai salah satu komedian ternama Tanah Air.
Gaya mendadak menjadi patung dan mendadak melorot saat duduk di kursi menjadi cirri khasnya, meski sudah tidak satu grup, Gogon maupun Gombloh tetap akrab. Keduanya sering bertemu dan ngobrol saat Gogon pulang ke Boyolali.
Dari ngobrol ngobrol itu, Gogon berkiblat pada gaya melawak Tekno Srimulat, Charlie Caplin, dan Didik Mangkuprojo. “Gogon merupakan yang dibesarkan oleh proses,” ucapnya.
(tdy)