Little Black Dress Karya Fashion Givenchy yang Ikonik
A
A
A
GIVENCHY menjadi label fashion asal Prancis yang berhasil menghasilkan karya fashion ikonik. Karya-karyanya banyak dipakai oleh ratu, putri, selebriti, dan tokoh papan atas dunia.
Kesuksesan Givenchy saat ini tak bisa lepas dari sang pendiri label, Hubert de Givenchy. Dia merupakan salah satu desainer terkemuka dalam jajaran desainer asal Prancis, di antara Christian Dior dan Yves Saint Laurent. Berkat bimbingan Cristobal Balenciaga Hubert berhasil mendefinisikan ulang fashion pasca-Perang Dunia II. Pada 1952 setelah bekerja dengan para desainer ternama, Hubert pun mendirikan label dengan namanya sendiri, yakni Givenchy.
Laki-laki jangkung setinggi 196 cm ini juga dikenal sebagai seorang pelopor pembuat pakaian siap pakai ready to wear. Karya-karyanya juga dinilai mampu “melintasi zaman”. Satu karya ikonik ready to wear Hubert yang populer selama puluhan tahun adalah little black dress. Pakaian ini pertama kali dipopulerkan oleh Audrey Hepburn dalam film "Breakfast at Tiffany's" pada 1961. Gaun malam berwarna hitam tanpa lengan ini dihiasi dengan kalung mutiara. Gaun ini dipercantik dengan sarung tangan sepanjang siku.
"Gaun yang sangat modern di zamannya ini akhirnya menjadi ikon fashion paling populer dari Givenchy," ujar chief executive dari Givenchy Philippe Fortunato seperti yang dilansir dari Vogue.com.
Popularitas little black dress, membuat Givenchy menjadi langganan para selebriti dan tokoh ternama dunia. Selebriti Hollywood, seperti Liz Taylor dan Lauren Bacall hingga tokoh penting dunia seperti Jackie Kennedy dan Putri Grace dari Monako menjadi langganannya. Gloria Guinness, Wallis Simpson, dan Permaisuri Pahlavi dari Iran juga menjadi penggemar karya Givenchy.
Karena semakin tua, Hubert pun memilih untuk pensiun pada 1995. Rumah modenya sukses dijalankan oleh penggantinya, seperti John Galliano, Alexander McQueen, Julien Macdonald, dan Riccardo Tisci. Pada Mei 2017 Clare Waight Keller ditunjuk untuk mengepalai label fashion berusia 66 tahun tersebut. Perempuan kelahiran Inggris ini menjadi perempuan pertama yang memimpin label dengan karya-karya ikonik ini.
"Saya sangat senang melihat Clare membawa rasa keanggunan dan modernitas tunggal ke Givenchy," kata Fortunato.
Fortunato yakin bahwa Clare akan menghasilkan karya-karya yang mampu kembali ke akar label. Menurutnya, gaya modern, chic, dan elegan menjadi hal-hal yang diusung Clare dalam karyanya. "Saya yakin Clare akan membantu Givenchy mencapai potensi penuhnya," ujar Fortunato.
Kesuksesan Givenchy saat ini tak bisa lepas dari sang pendiri label, Hubert de Givenchy. Dia merupakan salah satu desainer terkemuka dalam jajaran desainer asal Prancis, di antara Christian Dior dan Yves Saint Laurent. Berkat bimbingan Cristobal Balenciaga Hubert berhasil mendefinisikan ulang fashion pasca-Perang Dunia II. Pada 1952 setelah bekerja dengan para desainer ternama, Hubert pun mendirikan label dengan namanya sendiri, yakni Givenchy.
Laki-laki jangkung setinggi 196 cm ini juga dikenal sebagai seorang pelopor pembuat pakaian siap pakai ready to wear. Karya-karyanya juga dinilai mampu “melintasi zaman”. Satu karya ikonik ready to wear Hubert yang populer selama puluhan tahun adalah little black dress. Pakaian ini pertama kali dipopulerkan oleh Audrey Hepburn dalam film "Breakfast at Tiffany's" pada 1961. Gaun malam berwarna hitam tanpa lengan ini dihiasi dengan kalung mutiara. Gaun ini dipercantik dengan sarung tangan sepanjang siku.
"Gaun yang sangat modern di zamannya ini akhirnya menjadi ikon fashion paling populer dari Givenchy," ujar chief executive dari Givenchy Philippe Fortunato seperti yang dilansir dari Vogue.com.
Popularitas little black dress, membuat Givenchy menjadi langganan para selebriti dan tokoh ternama dunia. Selebriti Hollywood, seperti Liz Taylor dan Lauren Bacall hingga tokoh penting dunia seperti Jackie Kennedy dan Putri Grace dari Monako menjadi langganannya. Gloria Guinness, Wallis Simpson, dan Permaisuri Pahlavi dari Iran juga menjadi penggemar karya Givenchy.
Karena semakin tua, Hubert pun memilih untuk pensiun pada 1995. Rumah modenya sukses dijalankan oleh penggantinya, seperti John Galliano, Alexander McQueen, Julien Macdonald, dan Riccardo Tisci. Pada Mei 2017 Clare Waight Keller ditunjuk untuk mengepalai label fashion berusia 66 tahun tersebut. Perempuan kelahiran Inggris ini menjadi perempuan pertama yang memimpin label dengan karya-karya ikonik ini.
"Saya sangat senang melihat Clare membawa rasa keanggunan dan modernitas tunggal ke Givenchy," kata Fortunato.
Fortunato yakin bahwa Clare akan menghasilkan karya-karya yang mampu kembali ke akar label. Menurutnya, gaya modern, chic, dan elegan menjadi hal-hal yang diusung Clare dalam karyanya. "Saya yakin Clare akan membantu Givenchy mencapai potensi penuhnya," ujar Fortunato.
(amm)