Fashionable, Gaya 4 Selebriti Indonesia
A
A
A
ISYANA Sarasvati, Vanessa Prescilla, Dian Sastro, dan Raisa memiliki karakteristik gaya berpakaian yang berbeda-beda.
Karakteristik inilah yang dijadikan ide kolaborasi dengan label fashion asal Indonesia, Cottonink. Carline Darjanto, Creative Director Cottonink, menyebutkan pakaian yang dipilih sesuai dengan karakter akan membuat penggunanya merasa nyaman dan percaya diri.
Menurutnya, dalam setiap produk fashion yang dibuat, pihaknya selalu memperhatikan setiap detail proses, mulai dari proses pemilihan material produk, desain bentuk, warna, hingga proses penjahitan yang semua dilakukan tangan-tangan terampil desainer lokal.
Carline menuturkan Isyana Sarasvati, Vanessa Prescilla, Dian Sastro, dan Raisa adalah empat figur perempuan Indonesia yang memiliki karakteristik gaya berpakaian yang unik. Keempat figur itu terlibat dalam pembuatan koleksi dari pemilihan bahan, desain, dan juga tahap akhir.
“Koleksi kolaborasi ini menandai 10 tahun perjalanan label kami,” ujar Carline di GoWork Pacific Place, Jakarta, Senin (3/9). Isyana menyebutkan, dalam berpakaian, dia menyukai pola garis (striped ), bunga, cenderung berwarna tanah, serta mengusung color blocking (tabrak warna).
Pilihan warna, motif, dan bahan disesuaikan dengan preferensi penyanyi 25 tahun itu. Untuk koleksi kolaborasi ini, Isyana menggunakan bahan corduroy. “Kenapa corduroy, saya merasa asyik saja. Saya bisa menunjukkan kesan tomboi jika menggunakan corduroy. Untuk para pembeli, semoga bisa merasa dekat dengan saya dan para penggemar musik saya juga,” kata Isyana.
Sementara itu, Vanessa Prescilla lebih memilih bermain dengan motif dan bahan yang nyaman. Pemain film Dilan 1990 ini menuturkan lebih nyaman menggunakan gaya yang kasual. Dia lebih banyak memilih bahan yang dingin, kebanyakan print dari bahan rayon kombinasi katun.
“Vanesha suka yang kasual tapi modelnya menarik. Banyak detail di motif. Berbeda dengan Isyana yang banyak detail di color blocking warna gelap seperti marun dan earthy colors,” kata Carline. Adapun Dian Sastro memiliki gaya busana berkarakter lebih bold dan mengusung warna monokrom.
Beberapa pakaian dari koleksi Dian juga memiliki gaya boyish yang juga memiliki unsur feminin. Menurut Carline, Dian sudah tahu sejak awal koleksinya ingin seperti apa. “Dian menyukai baju yang bisa dipakai ke kantor, hangout , jadi koleksinya sangat versatile,” tutur Carline.
Berbeda dengan Dian yang menyukai pakaian bergaya bold, Raisa lebih menyukai pakaian bergaya santai, namun memiliki fitur di bagian pinggang. Raisa tidak begitu suka baju dengan potongan yang terlalu lurus. Salah satu fitur yang diutamakan pada koleksi Raisa adalah 3D laser cut.
“Untuk salah satu baju yang spesial di-request Raisa adalah baju dengan 3D fabric,” ujar Carline. Sementara itu, menurut Brand and Marketing Director Cottonink Ria Sarwono menuturkan keempat sosok perempuan ini sangat beda umurnya. Dari umur di bawah 20, awal 20, akhir 20, pertengahan 30. Karena perbedaan range umur pihaknya membagi dalam dua label.
“Untuk Isyana dan Vanesha itu labelnya Cottonink, sedangkan untuk Raisa dan Dian, ada Cottonink Studio yang lebih mature,” ujar Ria. Vanesha mengaku menemukan brand fashion lokal berkualitas, tidak semudah yang dibayangkan.
Karena itu, brand ini, menurut dia, berbeda karena merupakan produk dalam negeri yang berkualitas dan tidak meninggalkan ciri khas gaya berpakaian orang Indonesia. “Dalam kolaborasi ini, saya diikutsertakan dalam proses pembuatannya. Saya pun dapat mengekspresikan gaya saya sendiri di label fashion Indonesia,” tutur Vanesha.
Karakteristik inilah yang dijadikan ide kolaborasi dengan label fashion asal Indonesia, Cottonink. Carline Darjanto, Creative Director Cottonink, menyebutkan pakaian yang dipilih sesuai dengan karakter akan membuat penggunanya merasa nyaman dan percaya diri.
Menurutnya, dalam setiap produk fashion yang dibuat, pihaknya selalu memperhatikan setiap detail proses, mulai dari proses pemilihan material produk, desain bentuk, warna, hingga proses penjahitan yang semua dilakukan tangan-tangan terampil desainer lokal.
Carline menuturkan Isyana Sarasvati, Vanessa Prescilla, Dian Sastro, dan Raisa adalah empat figur perempuan Indonesia yang memiliki karakteristik gaya berpakaian yang unik. Keempat figur itu terlibat dalam pembuatan koleksi dari pemilihan bahan, desain, dan juga tahap akhir.
“Koleksi kolaborasi ini menandai 10 tahun perjalanan label kami,” ujar Carline di GoWork Pacific Place, Jakarta, Senin (3/9). Isyana menyebutkan, dalam berpakaian, dia menyukai pola garis (striped ), bunga, cenderung berwarna tanah, serta mengusung color blocking (tabrak warna).
Pilihan warna, motif, dan bahan disesuaikan dengan preferensi penyanyi 25 tahun itu. Untuk koleksi kolaborasi ini, Isyana menggunakan bahan corduroy. “Kenapa corduroy, saya merasa asyik saja. Saya bisa menunjukkan kesan tomboi jika menggunakan corduroy. Untuk para pembeli, semoga bisa merasa dekat dengan saya dan para penggemar musik saya juga,” kata Isyana.
Sementara itu, Vanessa Prescilla lebih memilih bermain dengan motif dan bahan yang nyaman. Pemain film Dilan 1990 ini menuturkan lebih nyaman menggunakan gaya yang kasual. Dia lebih banyak memilih bahan yang dingin, kebanyakan print dari bahan rayon kombinasi katun.
“Vanesha suka yang kasual tapi modelnya menarik. Banyak detail di motif. Berbeda dengan Isyana yang banyak detail di color blocking warna gelap seperti marun dan earthy colors,” kata Carline. Adapun Dian Sastro memiliki gaya busana berkarakter lebih bold dan mengusung warna monokrom.
Beberapa pakaian dari koleksi Dian juga memiliki gaya boyish yang juga memiliki unsur feminin. Menurut Carline, Dian sudah tahu sejak awal koleksinya ingin seperti apa. “Dian menyukai baju yang bisa dipakai ke kantor, hangout , jadi koleksinya sangat versatile,” tutur Carline.
Berbeda dengan Dian yang menyukai pakaian bergaya bold, Raisa lebih menyukai pakaian bergaya santai, namun memiliki fitur di bagian pinggang. Raisa tidak begitu suka baju dengan potongan yang terlalu lurus. Salah satu fitur yang diutamakan pada koleksi Raisa adalah 3D laser cut.
“Untuk salah satu baju yang spesial di-request Raisa adalah baju dengan 3D fabric,” ujar Carline. Sementara itu, menurut Brand and Marketing Director Cottonink Ria Sarwono menuturkan keempat sosok perempuan ini sangat beda umurnya. Dari umur di bawah 20, awal 20, akhir 20, pertengahan 30. Karena perbedaan range umur pihaknya membagi dalam dua label.
“Untuk Isyana dan Vanesha itu labelnya Cottonink, sedangkan untuk Raisa dan Dian, ada Cottonink Studio yang lebih mature,” ujar Ria. Vanesha mengaku menemukan brand fashion lokal berkualitas, tidak semudah yang dibayangkan.
Karena itu, brand ini, menurut dia, berbeda karena merupakan produk dalam negeri yang berkualitas dan tidak meninggalkan ciri khas gaya berpakaian orang Indonesia. “Dalam kolaborasi ini, saya diikutsertakan dalam proses pembuatannya. Saya pun dapat mengekspresikan gaya saya sendiri di label fashion Indonesia,” tutur Vanesha.
(don)