Era Baru Industri Ritel Pakaian

Rabu, 03 Oktober 2018 - 11:23 WIB
Era Baru Industri Ritel Pakaian
Era Baru Industri Ritel Pakaian
A A A
DALAM Dunia globalisasi dan arus digitalisasi saat ini, perusahaan ritel khususnya ritel pakaian harus memiliki strategi khusus agar bisa bertahan.

Fast Retailing, induk perusahaan UNIQLO, memiliki strategi khusus. Hal tersebut dikatakan Tadashi Yanai, founder dan chairman UNIQLO, sekaligus presiden dan CEO Fast Retailing, saat diwawancara KORAN SINDO di Paris, beberapa waktu lalu.

Yanai menyebutkan, dalam dunia globalisasi dan arus digitalisasi yang bergerak cepat pada era ini, orang, benda, dan informasi mengalir bebas. Semua hal itu saat ini tak terkekang oleh kerangka tradisional seperti negara, industri, atau perusahaan.

Menurut Yanai, perusahaan memasuki era baru operasi informasi-sentris dan persaingan global. “Pada masa saat ini dan masa depan, terutama dalam arus digitalisasi, orang akan mendapatkan informasi yang sama pada waktu yang sama dari seluruh dunia. Baik itu produk terbaru, teknologi terbaru ataupun kampanye iklan terbaru,” ujar Yanai, saat ditemui di Galerie Nationale du Jeu de Paume, Paris Prancis, pada Selasa (25/9).

Pada masa-masa yang berubah ini, menurut Yanai, Fast Retailing telah berpikir panjang dan keras tentang jenis perusahaan seperti apa yang pihaknya inginkan, dan apa yang harus pihaknya lakukan untuk memunculkan pemenang pada industri, khususnya industri pakaian.

Atas dasar itulah, pihaknya memutuskan untuk menciptakan industri berbasis informasi baru sebagai “perusahaan ritel konsumen digital”. Dia pun menjelaskan panjang lebar mengenai rencana masa depan perusahaan ritelnya melalui situs resmi fastretailing.com.

Dia dan timnya menciptakan proyek Ariake. Proyek ini diciptakan dengan maksud untuk menciptakan perusahaan ritel konsumen digital. “Satu tahun setelah peluncuran penuh proyek, kami tidak hanya mengubah seluruh proses perusahaan kami, juga berusaha mengubah cara kerja karyawan kami,” ujar Yanai.

Yanai menambahkan, pihaknya telah menciptakan kerangka kerja baru melalui proyek Ariake. Kerangka kerja tersebut, menurutnya, sangat sukses menciptakan kerja sama antara kantor pusat regional dan toko-toko dengan organisasi terpadu.

Kerja sama tersebut kemudian diolah menjadi informasi yang divisualisasikan dengan jelas. “Kami masih memiliki jalan panjang, tetapi proyek Ariake benar-benar mulai mengubah banyak hal,” imbuh Yanai.

Dalam hal kontribusi bisnis global, Yanai berharap pendapatan UNIQLO International akan melampaui UNIQLO Jepang. Untuk mewujudkan hal ini, pihaknya berekspansi dan beroperasi ke pasar-pasar strategis di China, Korea Selatan, Asia Tenggara, dan kawasan Oceania.

Selain di wilayah-wilayah tersebut, pihaknya pun melihat tanda-tanda baru pertumbuhan pasar baru yang muncul di Amerika Serikat, terutama di Pantai Barat.

“Saya yakin pembangunan lanjutan ekonomi Asia-Pasifik memberikan banyak kesempatan untuk memperluas bisnis UNIQLO di seluruh China, Korea Selatan, Asia Tenggara, dan Oceania, India dan Pantai Barat Amerika Serikat,” sebut Yanai.

Yanai mengatakan, ketika pihaknya memperluas operasi global, pihaknya juga bekerja keras untuk mewujudkan dunia yang lebih berkelanjutan.

Dalam proses pembuatan pakaian misalnya, pihaknya bekerja secara proaktif pada kondisi pabrik, hak-hak pekerja, perlindungan lingkungan, inisiatif daur ulang semua produk, kemajuan perempuan di tempat kerja, dan mempekerjakan penyandang disabilitas.

Dalam proses pembuatan pakaian, pihaknya juga tidak membagi-bagi berdasarkan generasi, misalnya generasi milenial ataupun generasi nonmilenial.

Yanai menuturkan, adapun yang pihaknya perhatikan adalah menciptakan produk pakaian yang dapat menjadi pilihan semua orang, baik dari anak-anak, remaja, dewasa, tua, serta laki-laki maupun perempuan.

“Kami men ciptakan produkproduk dengan desain yang bisa digunakan setiap orang dari berbagai rentang usia, tidak hanya kaum milenial semata,” ujar Yanai.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6092 seconds (0.1#10.140)